KABARBURSA.COM - PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), sukses mencatatkan kinerja gemilang sepanjang 2024, salah satunya ialah kenaikan laba bersih.
Emiten jasa penunjang pertambangan dan penggalian ini sukses membukukan laba bersih sebesar Rp306,49 miliar pada 2024, meningkat 41 persen dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp217,28 miliar. Adapun total aset turut melonjak 56 persen menjadi Rp 1,61 Triliun dari Rp1,03 triliun.
Kenaikan aset tersebut ditopang oleh peningkatan dari aset tetap bersih sebesar 57,7 persen, sesuai dengan permintaan dari pemberi kerja yang merupakan mitra kerja MINE untuk meningkatkan hasil produksi penambangan bijih nikel.
Adapun pertumbuhan laba bersih MINE didukung oleh pendapatan bersih yang turut meningkat sebesar 20,42 persen menjadi Rp2,11 triliun pada 2024, dari Rp1,75 triliun pada tahun sebelumnya.
Mayoritas pendapatan tersebut disumbangkan oleh bisnis jasa penambangan Rp2,10 triliun. Jumlah itu mencapai 99,35 persen dari total pendapatan Perseroan.
Di sisi lain, piutang usaha pihak ketiga juga meningkat 103 persen menjadi Rp248,45 miliar dari Rp122,27 miliar dan Tagihan Bruto kepada pemberi kerja naik 48,9 persen menjadi Rp481,39 miliar dari Rp323,40 miliar dibandingkan posisi 2023.
"Ke depannya, didukung dengan berhasilnya pencatatan perdana saham atau IPO pada Maret 2025, menjadi daya dukung bagi Perseroan untuk memperbesar bisnis dan meningkatkan kinerja finansial secara berkelanjutan," ujar Direktur Utama MINE Ivo Wangarry dalam keterangan resminya, Rabu, 16 April 2025.
Ivo Wangarry mengatakan, MINE tetap fokus untuk mengoptimalkan peluang bisnis di sektor pertambangan nikel melalui memperbanyak alat berat yang dapat meningkatkan kegiatan operasional dengan salah satu pendanaan dari hasil IPO.
Menurutnya, peningkatan jumlah alat berat itu akan semakin menaikkan kemampuan perusahaan dalam jasa penambangan nikel, sehingga akan berdampak langsung kepada pendapatan Perseroan. Program hilirisasi industri nikel di dalam negeri dan meningkatnya kebutuhan dunia terhadap nikel juga akan menjadi peluang bisnis yang baik bagi perusahaan.
Adapun, Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dengan cadangan mendapai 20 persen dari total cadangan dunia, memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok industri electronic vehicle (EV) atau kendaraan listrik global.
“Dengan semakin banyaknya investasi dalam ekosistem kendaraan listrik, kami optimis bahwa industri ini akan terus berkembang pesat," kata Ivo.
Ivo menyebut, hal itu menjadi katalis positif bagi MINE, yang memiliki kompetensi dan pengalaman selama lebih dari 20 tahun dalam menyediakan layanan berkualitas tinggi bagi sektor pertambangan dan pengolahan nikel.
Dengan ditopang struktur permodalan yang kuat dan dukungan dari para pemegang saham, mitra bisnis, dia pun optimis dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam mendukung industri nikel.
"Dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui peran Perseroan sebagai jasa penunjang pertambangan dan penggalian lainnya," pungkasnya.
MINE Ungkap Rencana Usai Catatkan Saham Perdana
Seperti diketahui, MINE resmi mencatatkan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 10 Maret 2025.
Usai IPO, MINE akan fokus pada pengoptimalisasian peluang bisnis di sektor pertambangan nikel dengan memperbanyak alat berat yang dapat meningkatkan kegiatan operasional.
Ivo Wangarry menjelaskan, IPO ini merupakan momentum bagi perusahaan untuk memperbesar bisnis dan meningkatkan kinerja finansial secara berkelanjutan.
Menurutnya, peningkatkan modal melalui IPO bisa membuat perusahaan memiliki kemampuan lebih besar untuk mengoptimalkan peluang bisnis di sektor pertambangan dan mendukung program hilirisasi industri nikel yang kini menjadi salah satu fokus pemerintah.
"Komitmen kami adalah menjalankan rencana bisnis yang telah kami sampaikan dalam prospektus dan menggunakan mayoritas dana IPO ini untuk memperkuat fundamental Perseroan,” ujarnya dalam acara IPO di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 10 Maret 2025.
Ivo menyatakan, peningkatan jumlah alat berat berpotensi menaikkan kemampuan perusahaan dalam penambangan nikel, sehingga berdampak langsung kepada pendapatan Perseroan.
Program hilirisasi industri nikel di dalam negeri dan meningkatnya kebutuhan dunia terhadap nikel, kata dia, juga akan menjadi peluang bisnis yang baik bagi perusahaan.
"Berkembangnya ekosistem Electric Vehicle (EV/kendaraan listrik) dunia yang membutuhkan dukungan nikel memberi nilai tambah bagi Perseroan untuk meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang. Sebagai pelaku bisnis, kami berharap juga dapat mendukung Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia," pungkasnya.
Dalam IPO ini, sebanyak 612.665.300 saham ditawarkan kepada para investor dengan 15 persen dari modal ditempatkan. Dengan harga perdana saham sebesar Rp216 per saham, Perseoran memperoleh pendanaan sebesar Rp132,3 miliar.
Selama masa penawaran awal dan umum, IPO MINE mendapat permintaan besar pada pooling yang mengalami oversubscribe hingga 25x. Adapun, MINE menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai underwriter atau penjamin pelaksana emisi efek.
Saham dengan Valuasi Rendah
Saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) tampak menarik perhatian investor, terutama bagi mereka yang sedang mencari peluang di saham dengan valuasi rendah. Namun, keputusan untuk membeli saham tidak bisa hanya didasarkan pada valuasi semata.
Diperlukan analisis yang lebih dalam terhadap fundamental perusahaan, prospek bisnis, dan efisiensi manajemen untuk menilai apakah saham ini layak dimiliki. Berikut adalah analisis lengkap berdasarkan data fundamental MINE terbaru.
Dari sisi valuasi, MINE terlihat cukup murah. Price to Earnings Ratio (PE) berada di level 6,35 baik secara tahunan maupun trailing twelve months (TTM), jauh di bawah median IHSG yang berada di angka 7,93. Hal ini menunjukkan bahwa saham MINE diperdagangkan dengan diskon dibandingkan rata-rata pasar.
Earnings Yield-nya pun tinggi, mencapai 15,75 persen, yang artinya imbal hasil dari laba perusahaan terhadap harga saham cukup menarik untuk investor yang fokus pada nilai.
Dari sisi Price to Sales (P/S), angka 0,92 menunjukkan harga saham belum mencerminkan potensi pendapatan secara penuh. Namun, Price to Book Value (P/BV) sebesar 3,21 mengindikasikan saham ini sudah diperdagangkan di atas nilai buku, yang bisa mengindikasikan optimisme pasar terhadap prospek bisnisnya.
Meskipun valuasinya tampak menarik, fundamental keuangan MINE perlu dicermati dengan hati-hati. Dari sisi profitabilitas, perusahaan mencatat margin laba bersih sebesar 10,72 persen dan margin laba kotor 26,93 persen per kuartal.
Namun, pertumbuhan laba bersih secara tahunan (YoY) anjlok sebesar -62,88 persen, dan pendapatan turun drastis hingga -57,07 persen. Ini menandakan adanya tekanan signifikan pada kinerja operasional perusahaan di periode terakhir.
EBITDA TTM tercatat Rp107 miliar, sementara net income tahunan 2024 diperkirakan sebesar Rp306 miliar, naik dari Rp218 miliar tahun sebelumnya. Meski begitu, belum tersedia data lengkap untuk kuartal pertama hingga ketiga 2024, sehingga ada ketidakpastian dalam memproyeksikan kesinambungan kinerja ini.
Dari sisi likuiditas dan solvabilitas, kondisi MINE cukup stabil. Current Ratio sebesar 1,23 dan Quick Ratio 1,17 menunjukkan perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio utang terhadap ekuitas sangat rendah, hanya 0,02, dan total utang terhadap aset hanya 0,01, yang menunjukkan struktur modal yang konservatif. Bahkan, net debt perusahaan negatif sebesar Rp89 miliar, artinya MINE memiliki kas bersih setelah dikurangi seluruh utangnya, yang merupakan sinyal positif.
Namun, rasio leverage dan Altman Z-Score perusahaan mengindikasikan adanya risiko yang perlu diperhatikan. Dengan Z-Score di angka 1,87, MINE berada di zona abu-abu (grey zone), yang berarti ada potensi risiko kebangkrutan dalam jangka menengah jika manajemen tidak melakukan pembenahan. Piotroski F-Score perusahaan juga hanya 3, yang tergolong lemah dalam menilai kekuatan fundamentalnya.
Efisiensi operasional MINE cukup baik. Cash conversion cycle hanya 4,23 hari, menandakan perusahaan cepat dalam mengelola kas dari penjualan. Hari penagihan (DSO) dan hari utang (DPO) seimbang, serta hari penyimpanan barang (DIO) sangat rendah di 3,98 hari, menandakan pengelolaan persediaan yang efisien.
Sayangnya, tidak ada data dividen yang tersedia untuk MINE. Ini bisa berarti perusahaan belum membagikan dividen atau belum mengumumkan kebijakan tersebut. Bagi investor yang mengejar pendapatan pasif, ini bisa menjadi kelemahan. Namun, bagi investor pertumbuhan, fokus utama adalah pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan arus kas positif di masa depan.
Prospek Cuan
Prospek cuan dari saham MINE sangat tergantung pada dua hal utama: pemulihan kinerja keuangan dan kejelasan strategi pertumbuhan perusahaan. Dengan valuasi rendah dan struktur modal yang sehat, saham ini bisa memberikan capital gain menarik jika kinerja keuangan membaik dan sentimen pasar kembali positif.
Namun, risiko tetap ada mengingat penurunan kinerja dan lemahnya efektivitas manajemen seperti terlihat dari ROA, ROE, dan ROCE yang semua tercatat 0 persen.
Bagi investor baru, MINE bisa menjadi saham spekulatif bernilai jika dibeli dengan strategi jangka menengah hingga panjang. Namun, penting untuk menempatkan porsi investasi secara proporsional dan mengombinasikannya dengan saham-saham berfundamental kuat lainnya.
Pemantauan laporan keuangan kuartalan berikutnya akan sangat menentukan arah dan prospek saham ini ke depan. Jika laba bisa dipertahankan dan pendapatan mulai tumbuh kembali, saham ini berpotensi menjadi hidden gem dalam portofolio.(*)