KABARBURSA.COM - PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, dengan kode saham JPFA, menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang tahun 2024 meskipun berada di tengah tantangan ekonomi dan fluktuasi harga komoditas.
Perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp55,8 triliun, tumbuh sebesar 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kuartal keempat saja, pendapatan mencapai Rp14,5 triliun, mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,3 persen dan kuartalan sebesar 6,5 persen.
Peningkatan ini didorong oleh kombinasi antara stabilnya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) dan meningkatnya volume penjualan, terutama menjelang momentum Ramadan dan Idulfitri.
Lebih dari sekadar pertumbuhan pendapatan, kinerja laba bersih JPFA juga mengalami lonjakan signifikan. Pada akhir 2024, perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp3,02 triliun, melonjak hingga 224,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Di kuartal keempat, laba bersih mencapai Rp923 miliar, meningkat 50 persen secara kuartalan dan berbalik dari kerugian sebesar Rp7,5 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu. Pencapaian ini sebagian besar ditopang oleh efisiensi pengendalian biaya, di mana beban pokok penjualan hanya naik 2 persen secara tahunan, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Pertumbuhan segmen usaha JPFA juga terjaga stabil. Segmen pakan ternak, sebagai kontributor utama pendapatan, tumbuh moderat sebesar 0,6 persen menjadi Rp33,5 triliun. Namun, lonjakan lebih tinggi terjadi di segmen pemrosesan dan produk unggas yang tumbuh 10,3 persen serta pembibitan unggas yang melonjak 23,2 persen.
Pendapatan domestik mendominasi dengan kontribusi 98,3 persen, sementara ekspor menyumbang 1,72 persen, menunjukkan bahwa pasar lokal tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan perusahaan.
Keberlanjutan pertumbuhan ini diyakini akan tetap terjaga seiring dengan program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mendorong peningkatan konsumsi protein hewani.
Kinerja Saham
Sepanjang satu tahun terakhir, harga saham JPFA telah bergerak dalam rentang Rp1.075 hingga Rp2.230. Saat ini, saham JPFA diperdagangkan pada level Rp2.000 per saham, masih memberikan potensi kenaikan sekitar 21 persen menuju target harga 12 bulan ke depan di level Rp2.420.
Proyeksi ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap prospek kinerja JPFA yang berkelanjutan, seiring dengan fundamental perusahaan yang mulai kembali solid setelah melewati tekanan dalam beberapa tahun terakhir.
Dari perspektif industri, JPFA dinilai berada dalam posisi netral secara sektoral. Artinya, meski industri pangan menghadapi tekanan biaya bahan baku dan tantangan distribusi, JPFA mampu mempertahankan daya saing melalui efisiensi operasional dan diversifikasi produk yang baik.
Sektor konsumer non-siklikal seperti ini biasanya lebih defensif terhadap gejolak ekonomi, karena produknya dibutuhkan sehari-hari, dan JPFA termasuk salah satu pemain besar yang mendapat manfaat dari karakteristik tersebut.
Namun, yang menarik untuk dicermati lebih lanjut adalah penilaian dari aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Skor ESG JPFA menunjukkan adanya ruang untuk perbaikan, terutama di aspek lingkungan dan sosial. Skor lingkungan JPFA berada di angka 2,49, sementara aspek sosial bahkan lebih rendah di 1,76.
Sebaliknya, skor tata kelola perusahaan atau governance cukup kuat di level 4,98. Ini mengindikasikan bahwa meskipun JPFA memiliki struktur pengelolaan perusahaan yang baik, masih ada tantangan dalam memperkuat keberlanjutan operasional, terutama yang berkaitan dengan dampak lingkungan dan hubungan sosial.
Hal ini dapat menjadi perhatian investor institusional yang semakin menjadikan ESG sebagai acuan penting dalam pengambilan keputusan investasi.
Pertumbuhan Positif di 2025
Melihat prospek ke depan, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo W, memperkirakan JPFA akan terus mencatat pertumbuhan positif pada 2025. Pendapatan perusahaan diproyeksikan mencapai Rp59,60 triliun, naik 6,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba bersih juga diperkirakan meningkat 7,4 persen menjadi Rp3,24 triliun. Proyeksi ini didasarkan pada asumsi harga broiler yang stabil dan harga jagung sebagai bahan baku utama yang cenderung turun, sehingga meringankan beban biaya produksi.
Kinerja keuangan yang membaik turut berdampak pada posisi neraca JPFA, dengan rasio utang terhadap aset menurun menjadi 0,52 kali dan rasio utang terhadap ekuitas turun ke level 1,09 kali. Kondisi ini mencerminkan pengelolaan utang yang lebih sehat dan ruang yang lebih leluasa bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi di masa depan.
Komitmen Dividen Besar
Setelah tidak membagikan dividen pada tahun sebelumnya, JPFA kembali menunjukkan komitmennya terhadap pemegang saham dengan membagikan dividen sebesar Rp70 per saham. Artinya, bagi investor yang memiliki satu lot saham JPFA akan mendapatkan dividen sebesar Rp7000.
Dengan harga saham saat ini di kisaran Rp2.000, dividen tersebut mencerminkan hasil (yield) sebesar 3,6 persen, yang cukup menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif.
Rekomendasi Beli
Secara valuasi, saham JPFA diperdagangkan pada rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 7,17 kali, di bawah rata-rata sektor yang berada di kisaran 10,02 kali. Dari sisi harga terhadap nilai buku (P/BV), JPFA berada di level 1,22 kali, lebih rendah dibandingkan rata-rata sektor sebesar 1,76 kali. Dengan target harga 12 bulan ke depan sebesar Rp2.420 per saham, saham ini memberikan potensi kenaikan yang menarik, didukung oleh fundamental yang kuat dan valuasi yang masih atraktif.
Dengan valuasi yang masih relatif murah dibandingkan dengan rata-rata industri, dan kinerja keuangan yang menunjukkan pemulihan signifikan, JPFA menawarkan potensi pertumbuhan menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang. Di sisi lain, penguatan pada aspek ESG dapat menjadi pendorong tambahan nilai perusahaan ke depan, sekaligus memperkuat daya tariknya di mata investor global yang semakin fokus pada investasi berkelanjutan.
JPFA saat ini berada di jalur yang positif menuju pemulihan kinerja, dan jika mampu menjaga momentum serta memperbaiki aspek keberlanjutannya, bukan tidak mungkin saham ini akan semakin dilirik sebagai salah satu bintang dalam sektor konsumer yang tangguh menghadapi siklus ekonomi.
Meskipun demikian, investor tetap perlu mencermati sejumlah risiko yang bisa mempengaruhi kinerja JPFA, seperti melemahnya daya beli masyarakat, ketidakpastian regulasi, fluktuasi harga komoditas, serta persaingan yang semakin ketat di industri peternakan dan pangan. Namun secara keseluruhan, dengan fundamental yang kokoh dan prospek yang cerah, JPFA layak dipertimbangkan sebagai pilihan investasi jangka menengah hingga panjang.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.