Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Baru Saja IPO, MDLA Rencanakan Pembagian Dividen

Baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia, PT Medela Potentia Tbk atau dengan kode saham MDLA sudah berencana membagikan dividennya tahun ini.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 April 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Yunila Wati
Baru Saja IPO, MDLA Rencanakan Pembagian Dividen Direktur Utama PT Madela Potentia Tbk atau dalam kode saham MDLA usai melantai ke pasar modal di Main Hall BEI, Jakarta pada Selasa, 15 April 2025. Foto: Kabar Bursa/Desty Luthfiani

KABARBURSA.COM - Baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia atau BEI, PT Medela Potentia Tbk, dengan kode saham MDLA, langsung mengumumkan rencana pembagian dividen dari laba tahun buku 2024.

Adapun estimasi payout ratio dari dividen tersebut mencapai 40 persen. Dan, rencana tersebut akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Juni 2025.

"Ya, mudah-mudahan kami bisa membagikan dividen. Rencananya akan kami ajukan di RUPS nanti jika disetujui oleh para pemegang saham," ujar Direktur Utama Medela Potentia, Krestijanto Pandji, di Gedung BEI, Jakarta pada Selasa, 15 April 2025.

Krestijanto menyinggung dalam prospektus IPO, perusahaan memang telah mengisyaratkan potensi pembagian dividen dengan rasio sekitar 40 persen dari laba bersih. Keputusan tersebut, menurut dia, sejalan dengan komitmen perusahaan menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan apresiasi terhadap para pemegang saham.

Lalu, seberapa besarkan laba bersih yang dimiliki MDLA sebagai modal bagi-bagi dividen tersebut?

MDLA menunjukkan kinerja keuangan yang menggembirakan, pertumbuhannya cukup stabil di sepanjang tahun 2024. Melihat data yang tersedia, perusahaan ini menunjukkan kekuatan yang jelas dalam hal pendapatan dan profitabilitas.

Pada kuartal ketiga (Q3) 2024, MDLA tercatat meraih pendapatan sebesar Rp254 miliar, yang meningkat 11,23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya daya tarik yang kuat terhadap produk dan layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, meskipun sektor yang digeluti MDLA belum sepenuhnya bebas dari tantangan.

Dari sisi profitabilitas, perusahaan berhasil menjaga margin kotor sebesar 9,41 persen dan margin laba operasional sebesar 3,16 persen. Meskipun margin laba bersih yang tercatat lebih kecil, yakni 2,36 persen, angka ini tetap menunjukkan bahwa MDLA berhasil menjaga keuntungan meskipun dengan tingkat biaya operasional yang tidak rendah. 

Kenaikan laba bersih per kuartal juga tercatat sebesar 15,66 persen, yang menandakan adanya perbaikan dalam pengelolaan biaya dan peningkatan efisiensi operasional.

Selain itu, MDLA memiliki posisi keuangan yang solid dengan total aset yang tercatat sebesar Rp5.693 miliar, sementara total kewajiban perusahaan berada pada angka Rp3.577 miliar. Perusahaan ini juga berhasil menjaga struktur permodalan yang sehat dengan total ekuitas yang tercatat sebesar Rp2.050 miliar. 

Dengan rasio utang yang relatif rendah—dengan total utang sebesar Rp124 miliar, yang mana sebagian besar merupakan utang jangka pendek—MDLA menunjukkan pengelolaan utang yang cukup hati-hati.

Satu hal yang menonjol adalah jumlah kas yang cukup besar di tangan perusahaan, yakni Rp275 miliar, memberikan MDLA fleksibilitas dalam menjalankan operasional dan mendanai investasi tanpa mengandalkan pembiayaan eksternal. 

Free cash flow yang tercatat sebesar Rp241 miliar menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya mampu mencatatkan laba, tetapi juga menghasilkan arus kas yang sehat, yang dapat digunakan untuk ekspansi atau pembagian dividen di masa depan.

Meskipun belum ada pengumuman mengenai pembagian dividen, kinerja keuangan MDLA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan ini berada pada jalur yang tepat untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan. 

Dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) yang mencapai Rp2.648 triliun, MDLA memiliki potensi untuk terus berkembang, menarik perhatian para investor, dan memperkuat posisinya di industri.

Secara keseluruhan, MDLA menunjukkan hasil yang solid dengan berbagai indikator yang menggembirakan. Meskipun ada ruang untuk perbaikan dalam hal margin keuntungan, perkembangan yang dicatatkan oleh perusahaan ini menunjukkan adanya potensi besar untuk pertumbuhan jangka panjang yang stabil.

Fundamental Kuat MDLA

Tidak hanya kinerja keuangannya yang menggembirakan, fundamental PT Medela Potentia Tbk juga tampak cukup solid dengan berbagai indikator yang mengarah pada prospek yang positif meskipun beberapa metrik tidak sepenuhnya tersedia. 

Dari segi valuasi, MDLA memiliki rasio Price to Earnings (PE) tahunan yang cukup rendah, yaitu 7,81, yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata IHSG PE Ratio TTM yang tercatat di angka 7,87. Hal ini menunjukkan bahwa MDLA mungkin diperdagangkan pada harga yang relatif murah dibandingkan dengan laba yang dihasilkannya, yang dapat menjadi daya tarik bagi investor yang mencari saham dengan valuasi rendah.

Sementara itu, rasio Price to Book Value perusahaan adalah 1,29, yang menunjukkan bahwa saham MDLA diperdagangkan sedikit di atas nilai bukunya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki nilai aset yang kuat dan tidak sepenuhnya dihargai dengan harga di bawah nilai buku, sebuah indikasi positif dalam hal kestabilan nilai perusahaan. Namun, harga saham perusahaan tampaknya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan nilai bukunya, tetapi ini masih berada dalam rentang yang wajar.

Dari perspektif solvabilitas, MDLA memiliki struktur utang yang sangat sehat, dengan Debt to Equity Ratio yang sangat rendah, yaitu 0,06, yang mencerminkan rendahnya tingkat utang perusahaan dibandingkan dengan ekuitasnya. 

Hal ini memberikan perusahaan fleksibilitas finansial untuk menghadapi tantangan ekonomi tanpa bergantung pada pembiayaan utang yang tinggi. Utang jangka panjang perusahaan juga sangat rendah, hanya 0,01, memperlihatkan bahwa MDLA mampu mengelola kewajibannya dengan bijak.

Lebih lanjut, data kas perusahaan menunjukkan angka yang cukup signifikan, yakni Rp275 miliar. Ini memberikan MDLA likuiditas yang baik untuk mendanai operasionalnya dan berinvestasi dalam ekspansi bisnis. Arus kas bebas (free cash flow) yang tercatat sebesar Rp241 miliar juga memperlihatkan bahwa MDLA memiliki kapasitas untuk menghasilkan uang tunai dari operasi yang dapat digunakan untuk investasi atau pengembalian kepada pemegang saham di masa depan.

Namun, meskipun MDLA menunjukkan kinerja yang baik di banyak aspek, beberapa metrik penting seperti Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on Capital Employed (ROCE) menunjukkan hasil yang rendah atau bahkan 0%. Ini mungkin menandakan bahwa perusahaan belum sepenuhnya mengoptimalkan aset atau ekuitasnya untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi, yang bisa menjadi area untuk diperbaiki di masa depan.

Indikator lain yang menunjukkan efisiensi operasional perusahaan adalah Days Sales Outstanding (DSO) yang tercatat 10,25 hari, yang menunjukkan bahwa MDLA cukup efisien dalam mengumpulkan piutang. Selain itu, Cash Conversion Cycle (CCC) yang tercatat 5,12 hari menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola siklus kasnya dengan sangat baik, menghasilkan kas yang cukup cepat dari operasinya.

Secara keseluruhan, MDLA menunjukkan kinerja fundamental yang cukup solid dengan berbagai indikator yang mengarah pada prospek yang positif. Meskipun ada beberapa area untuk perbaikan, seperti efisiensi penggunaan aset dan pengembalian ekuitas, perusahaan ini memiliki posisi keuangan yang kuat dan arus kas yang sehat, yang memberikan landasan yang baik untuk pertumbuhan jangka panjang. 

Dengan valuasi yang relatif terjangkau, MDLA dapat menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari saham dengan potensi pertumbuhan dan stabilitas keuangan yang kuat.

Bagaimana dengan strategi pertumbuhannya?

Hal lain yang perlu menjadi perhatian investor sebelum menjadikan saham MDLA sebagai koleksi adalah strategi pertumbuhannya. Medela tengah menjajaki sejumlah kerja sama dengan mitra luar negeri untuk pengembangan sektor alat kesehatan di Indonesia. 

Saat ini, MDLA juga sudah mendistribusikan berbagai produk internasional dan sedang membangun kemitraan strategis agar para prinsipal asing bersedia berinvestasi langsung di Tanah Air.

"Kami mau mereka datang ke Indonesia. Pasar Indonesia ini sangat besar. Tidak hanya untuk distribusi, tapi juga kami ajak mereka produksi di Indonesia, terutama untuk medical device," jelas Pandji.

Ia menambahkan bahwa ketergantungan pada impor masih tinggi di sektor alat kesehatan, berbeda dengan sektor farmasi di mana sekitar 90 persen kebutuhan obat nasional sudah diproduksi secara lokal oleh perusahaan-perusahaan nasional.

Beberapa calon mitra disebut berasal dari China, yang dinilai potensial untuk melakukan transfer teknologi dan investasi pabrik. "Kami juga sudah mulai pembicaraan dengan perusahaan China, ini kita harapkan bisa realisasi tahun depan," imbuhnya.

Sementara itu, rencana ekspansi regional juga masuk dalam radar strategis MDLA. Setelah hadir di Indonesia dan Kamboja, perusahaan mengincar pasar Asia Tenggara lain seperti Filipina, Vietnam, dan Thailand.

"Sudah ada pembicaraan awal dengan satu pihak di Filipina. Untuk tahun ini, kami fokus dulu di Indonesia, baru tahun depan bisa mulai masuk ke negara-negara lain secara bertahap," tutur Pandji.

Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, utilisasi pabrik medical device milik perusahaan terus ditingkatkan. Lini produksi pertama, yaitu wet area fixation, saat ini telah mencapai utilisasi 60 sampai 70 persen dan ditargetkan naik hingga 90 persen. Sementara itu, lini post-operative dressing dan disinfectant, yang baru diluncurkan, ditargetkan meningkat dari 10 menjadi 40 persen dalam waktu dekat.

"Dari sisi pabrik, fokus tahun ini adalah mengoptimalkan kapasitas dan melakukan vertical integration. Salah satu produk andalan kami adalah woundcare, yang menjadi salah satu dari 10 produk prioritas Kementerian Kesehatan," ujar dia.

Perusahaan juga tengah mempertimbangkan pembelian gudang yang selama ini disewa di kawasan Jababeka II. Gudang tersebut berfungsi sebagai national distribution center dan rencananya akan diambil alih serta diautomasi agar distribusi semakin efisien.

Mengenai dampak dari gejolak perdagangan global, terutama terkait bea masuk atau tarif impor, Pandji menilai pengaruhnya terhadap bisnis MDLA tergolong kecil. "Kalau saya lihat dampaknya hanya sekitar satu sampai dua persen. Yang lebih kami perhatikan adalah potensi penurunan daya beli masyarakat," ujarnya.

Secara keseluruhan, Pandji optimistis MDLA dapat terus bertumbuh dan menjaga kepercayaan investor serta mitra bisnis. 

"Yang paling penting adalah tetap memberikan pelayanan terbaik, menjaga kepercayaan prinsipal, dan terus mencari potensi bisnis baru di dalam dan luar negeri," kata dia.(*)