Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rencana Danantara ini Bawa Angin Segar untuk IHSG

Rencana Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk menjadi penyedia likuiditas di pasar modal membawa angin segar bagi keuangan Indonesia.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 April 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Syahrianto
Rencana Danantara ini Bawa Angin Segar untuk IHSG Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Rencana Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk menjadi penyedia likuiditas di pasar modal membawa angin segar bagi keuangan Indonesia. 

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana, mengatakan rencana Danantara itu berpotensi menjadi babak baru dalam upaya memperkuat fondasi keuangan nasional, terutama untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

"Kehadiran Danantara tidak hanya dipandang sebagai sumber likuiditas baru, tetapi juga sebagai jangkar stabilitas bagi IHSG, khususnya saat pasar menghadapi gejolak," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Selasa, 15 April 2025.

Hendra menegaskan Danantara bisa meredam volatilitas, menjaga kepercayaan investor, serta menopang pertumbuhan indeks lewat strategi investasi jangka panjang yang terukur karena memiliki kapasitas dana besar dan dukungan politik yang kuat. 

Tidak kalah penting, lanjut dia, Danantara juga bisa menjadi penyeimbang dominasi investor asing yang selama ini sangat menentukan arah pergerakan pasar, terutama pada saham-saham unggulan. 

"Walau belum dapat sepenuhnya menggantikan peran asing, Danantara mampu berperan sebagai penyangga pasar di saat aksi jual asing membanjir, sehingga pasar tak mudah terguncang," jelasnya. 

Secara makro, lanjut dia, kehadiran Danantara menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius membangun ekosistem investasi domestik yang tangguh, apalagi jika alokasi dana difokuskan pada sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, teknologi, pangan, hingga manufaktur nasional. 

Menurutnya, efek dominonya bisa sangat besar seperti memperkuat emiten lokal, menarik lebih banyak investor institusi domestik, hingga mendorong lahirnya instrumen pasar baru yang lebih dalam dan terdiversifikasi.

"Namun demikian, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada tata kelola yang profesional, transparan, serta terhindar dari intervensi politik yang bisa merusak tujuan mulia ini," ujarnya. 

Hendra menilai, salah kelola dana sebesar itu bisa menciptakan distorsi harga, bubble, hingga memperburuk persepsi investor terhadap integritas pasar modal Indonesia. 

Maka, kata dia, pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pelibatan manajer investasi berkompeten mutlak dibutuhkan untuk menjaga Danantara bisa menjadi kekuatan yang mendorong pertumbuhan pasar, bukan justru menjadi risiko baru dalam sistem keuangan nasional. 

"Jika dilakukan secara hati-hati dan strategis, Danantara bukan hanya bisa membuat IHSG bergairah, tapi juga menjadi simbol kedaulatan finansial Indonesia di tengah ketidakpastian global," pungkasnya. 

Sebelumny diberitakan, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengingatkan pentingnya praktik manajemen risiko dan tata kelola yang baik dalam pengelolaan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025.

"OJK terus mengharapkan koordinasi dan sinergi baik dengan BPI Danantara maupun pihak terkait lainnya agar BUMN (badan usaha milik negara) sebagaimana dimaksud tetap dapat tumbuh berkesinambungan dengan mengedepankan praktik manajemen risiko dan tata kelola yang baik," ujar Mahendra dalam Konferensi Pers Asesmen sektor jasa keuangan dan kebijakan OJK berdasarkan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan Maret 2025, Jumat, 11 April 2025.

Mahendra menambahkan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), OJK memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi seluruh sektor jasa keuangan, termasuk BUMN yang bergerak di bidang tersebut atau yang menghimpun dana melalui pasar modal. Semua ini dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

“OJK memiliki kewenangan mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan termasuk BUMN yang bergerak di sektor jasa keuangan dan yang menghimpun dana di pasar modal dalam kerangka menjaga stabilitas sistem keuangan nasional,” kata Mahendra.

Sementara itu CIO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Pandu Sjahrir, menyebut pihaknya tengah berdiskusi soal Danantara menjadi penyedia likuiditas di pasar modal. 

"Kami melihat pasti kalau pasar modal tuh dibagi dua, dari bond sama juga equity, jadi tentu kami   melihat dari hasil dividen kami parking dimana, ya bisa saja salah satunya di sana," ujar dia kepada media di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 14 April 2025.

Sinyal Bullish IHSG Jangka Pendek

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat tajam pada perdagangan terakhir, Senin, 14 April 2025, ditutup naik 1,70 persen ke level 6.368. Kenaikan ini ditopang oleh dominasi aksi beli yang mendorong volume perdagangan ke atas rata-rata harian.

Merujuk data perdagangan RTI Business, IHSG kemarin bergerak fluktuatif dengan level terendah 6.225 dan tertinggi 6.404. Menghijaunya indeks membuat 492 saham menguat, 137 saham melemah, dan 176 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 23,255 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp13,920 triliun. 

Di sisi lain, seluruh sektoral terpantau mengalami penguatan. Sektor yang naik siginifikan ialah basic ind (6,2 persen), properti (3,72 persen), infrastruktur (3,52 persen), dan cylical (3,6 persen). 

Penguatan ini memberikan napas segar bagi pelaku pasar yang sempat diliputi kekhawatiran akan tekanan eksternal. Dari sisi teknikal, tren jangka pendek IHSG kini mengarah ke zona bullish dalam 1–2 hari ke depan.

“Selama masih bertahan di atas support terdekat, IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya menuju area 6.510 hingga 6.678,” ujar Herditya Wicaksana, Research Analyst MNC Sekuritas, dalam riset hariannya yang dikutip Senin, 15 April 2025. 

Ia menambahkan bahwa berdasarkan analisis gelombang (wave count), saat ini IHSG diduga sedang berada di fase awal wave B.

Namun Herditya juga mengingatkan bahwa skenario korektif tetap harus diwaspadai. Dalam worst-case scenario, IHSG bisa jadi sedang berada dalam bagian dari wave (iii) dari wave [v], yang berisiko mendorong indeks melemah menuju kisaran 5.633 hingga 5.770.

Dalam konteks teknikal, level-level kunci yang patut dicermati investor antara lain:

Support: 6.148 dan 5.825

Resistance: 6.405 dan 6.510

Meskipun reli hari ini mencerminkan perbaikan sentimen pasar, Herditya menekankan pentingnya kehati-hatian. “Kami tetap menyarankan investor untuk memperhatikan pergerakan level support-resistance dan tetap selektif dalam memilih saham, terutama di tengah potensi volatilitas global,” jelasnya.

Dengan katalis domestik dan eksternal yang masih beragam, pelaku pasar kini menanti arah selanjutnya, apakah penguatan ini akan berlanjut sebagai bagian dari recovery, atau justru menjadi jeda sebelum koreksi berikutnya. (*)