Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BMRI Terus Jadi Sasaran Jual Asing, Buy or Bye?

Aktivitas investor asing di pasar reguler Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tekanan jual yang cukup besar.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 April 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
BMRI Terus Jadi Sasaran Jual Asing, Buy or Bye? Tampilan Indeks Harga Saham Gabungan yang merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Pada perdagangan bursa Senin, 14 April 2025, pergerakan saham PT Bank Mandiri Tbk atau BMRI menjadi pemberat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Diketahui, saham anjlok hingga lebih dari 7 persen atau setara dengan 380 poin.

Mengutip data stockbit hari ini, pada periode 5 hingga 11 April 2025, aktivitas investor asing di pasar reguler Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tekanan jual yang cukup besar. Dari data yang ditampilkan, total nilai pembelian oleh investor asing (F Buy) saham BMRI tercatat sebesar Rp3,72 triliun, sedangkan nilai penjualan (F Sell) mencapai Rp6,36 triliun. 

Hal ini menghasilkan posisi net foreign sell sebesar minus Rp2,65 triliun dan menandakan bahwa investor asing secara bersih menarik dananya dari pasar saham domestik dalam sepekan tersebut.

Grafik batang yang ditampilkan juga memperkuat data sebelumnya. Terlihat bahwa volume penjualan asing jauh melampaui pembeliannya. 

Di sisi lain, investor domestik justru menunjukkan aktivitas yang lebih aktif dalam membeli saham. Nilai pembelian domestik (D Buy) tercatat sebesar Rp6,04 triliun, melampaui angka penjualan domestik (D Sell) yang berada di Rp3,39 triliun. 

Ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar lokal masih memiliki kepercayaan terhadap prospek pasar saham Indonesia, dan cenderung mengambil alih posisi yang dilepas oleh asing.

Secara keseluruhan, proporsi aktivitas di pasar terbagi cukup seimbang dengan dominasi tipis oleh investor asing yang mencatatkan porsi sebesar 51,68 persen, sementara investor domestik berada di angka 48,32 persen. 

Ketimpangan nilai beli dan jual oleh asing, yang memunculkan tekanan jual bersih, bisa menjadi sinyal kehati-hatian dari investor global terhadap kondisi makroekonomi atau geopolitik tertentu. Di sisi lain, aksi beli investor domestik bisa menjadi sentimen positif jangka pendek jika didukung oleh data fundamental yang solid.

Perkembangan seperti ini penting dicermati oleh para pelaku pasar karena pergerakan investor asing sering kali menjadi indikator arah tren jangka pendek dan sentimen global terhadap pasar Indonesia.

Buy or Bye?

Pada awal perdagangan, saham BMRI mengalami tekanan yang cukup dalam. Saham ditutup melemah sebesar 7,25 persen ke level Rp4.730 per lembar. Pelemahan signifikan ini turut disertai oleh sinyal teknikal yang secara keseluruhan mengindikasikan kecenderungan kuat untuk melanjutkan tren penurunan, baik dari sisi indikator teknikal maupun pergerakan rata-rata (moving average).

Secara teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 39,04, yang mencerminkan tekanan jual telah mendominasi namun belum sepenuhnya masuk ke zona jenuh jual. Namun, indikator Stochastic (9,6) dan Stochastic RSI (14) menunjukkan angka yang sangat rendah, masing-masing 11,65 dan 10,28, yang mengindikasikan kondisi jual berlebih (oversold). 

Ini diperkuat oleh indikator Williams %R di level -84,47 dan Commodity Channel Index (CCI) di -81,38 yang juga masuk ke wilayah oversold, menandakan bahwa harga saat ini telah jauh meninggalkan rata-rata pergerakan normalnya.

Sementara itu, indikator MACD menunjukkan perbedaan yang lebar antara garis MACD dan sinyalnya dengan nilai -58,96, yang mempertegas bahwa tekanan jual masih mendominasi. 

Average Directional Index (ADX) yang berada di level tinggi, 52,56, menandakan bahwa kekuatan tren penurunan ini cukup solid. Indikator lainnya seperti Rate of Change (ROC) di -6,13 dan Bull/Bear Power di -220,10 juga memperlihatkan dominasi tekanan bearish.

Dari sisi moving average, hampir semua periode waktu utama memberikan sinyal jual. Rata-rata pergerakan sederhana (Simple MA) dan eksponensial (Exponential MA) untuk periode MA10 hingga MA200 semuanya menunjukkan harga terkini telah menembus ke bawah garis rata-rata tersebut, sebuah sinyal kuat akan berlanjutnya tekanan. Satu-satunya pengecualian datang dari MA5 sederhana, yang menunjukkan sinyal beli, tetapi ini bisa jadi hanya pantulan sesaat dalam tren turun jangka pendek.

Pivot point hari ini berdasarkan metode klasik menempatkan level support utama (S1) di 4.716 dan resistance pertama (R1) di 4.736. Sementara berdasarkan Fibonacci dan Camarilla, kisaran harga tetap berada dalam rentang sempit yang menunjukkan potensi konsolidasi jangka pendek. Namun demikian, dengan keseluruhan sinyal teknikal yang menunjukkan tekanan jual kuat, potensi untuk harga menguji level support lebih dalam masih cukup tinggi.

Dengan indikator teknikal yang sangat condong ke arah “Strong Sell” dan moving average yang mayoritas menunjukkan sinyal “Sell”, sentimen pasar terhadap saham BMRI saat ini cukup negatif. Investor jangka pendek disarankan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan lanjutan tren bearish, meskipun peluang pantulan teknikal (technical rebound) tetap terbuka mengingat beberapa indikator telah memasuki area jenuh jual.

Menyimpan Peluang Tersembunyi

Untuk minggu ini, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tengah mengalami fase konsolidasi yang menarik untuk diamati, terutama jika dilihat dari grafik mingguan (weekly chart) yang menunjukkan formasi candlestick penting serta area-area krusial yang menjadi perhatian pelaku pasar.

Pada perdagangan pekan terakhir, harga saham BMRI ditutup di level Rp4.730, terkoreksi tajam sebesar 7,25 persen. Koreksi ini mengembalikan harga ke dalam rentang yang masih berada di dalam batas atas dan bawah dari "mother candle" — sebuah candle besar yang terbentuk beberapa minggu sebelumnya — dengan batas bawah di Rp4.350 dan batas atas di Rp5.200. 

Selama harga belum keluar dari range ini, maka pergerakan BMRI dianggap masih dalam fase konsolidasi dan belum menunjukkan arah tren baru yang jelas. Dengan kata lain, BMRI saat ini sedang ‘beristirahat’ dalam zona keputusan besar.

Tekanan jual yang cukup besar terlihat dari koreksi mingguan yang tajam, namun di sisi lain, ini juga membuka peluang pantulan teknikal (technical rebound), mengingat indikator RSI berada mendekati level 37,5 — area yang biasanya mulai menarik bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi pantulan. 

Kondisi ini semakin diperkuat oleh indikator MACD yang masih berada di bawah garis sinyal dengan histogram berwarna merah, menandakan tren bearish masih dominan, meskipun perlambatan tekanan jual mulai terlihat dengan melemahnya panjang histogram.

Secara struktur harga, area Rp4.350 menjadi support penting yang harus dijaga. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, maka potensi pengujian kembali resistance di sekitar Rp4.525 hingga Rp5.027 terbuka. 

Namun, jika breakdown terjadi dan harga turun menembus Rp4.350, maka support selanjutnya berada di kisaran Rp4.138. Di sisi lain, apabila BMRI berhasil menembus Rp5.027 dan keluar dari zona mother candle ke atas Rp5.200, maka ini bisa menjadi sinyal awal bagi tren bullish baru yang lebih kuat.

Dengan kondisi saat ini, investor dan trader disarankan untuk mencermati pergerakan harga secara ketat, terutama reaksi harga di sekitar support dan resistance penting. Fase konsolidasi dalam mother candle seperti ini umumnya menjadi fase akumulasi atau distribusi besar yang akan menentukan arah besar pergerakan selanjutnya. 

Momentum akan berpihak pada mereka yang sabar menanti konfirmasi, baik untuk peluang pembelian saat harga mendekati support kuat, maupun untuk strategi breakout jika harga menembus resistance signifikan.

Situasi saham BMRI saat ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks — penuh tekanan namun juga menyimpan peluang tersembunyi.(*)