KABARBURSA.COM – Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, menyampaikan perkembangan terkini pasar modal Indonesia hingga 10 April 2025 yang menunjukkan dinamika positif, baik dari sisi aksi korporasi maupun pipeline pencatatan efek.
"Relaksasi kebijakan buyback tanpa RUPS (rapat umum pemegang saham) yang diberikan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah dimanfaatkan oleh 21 emiten, dengan total nilai anggaran sebesar Rp14,97 triliun. Hingga saat ini, sebanyak 15 emiten telah melaksanakan buyback dengan realisasi mencapai Rp429,72 miliar atau sebesar 2,87 persen," kata Nyoman dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 11 April 2025. Namun, dia tidak menjelaskan perusahaan mana saja yang telah melakukan pembelian kembali.
Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan bagian dari upaya regulator untuk menjaga stabilitas pasar di tengah potensi volatilitas. “OJK bersama BEI secara aktif melakukan monitoring terhadap kondisi pasar untuk memastikan kebijakan yang responsif dan tepat sasaran,” tambahnya.
Lebih lanjut, Nyoman menjelaskan bahwa hingga 10 April 2025, terdapat 11 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI, dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp5,92 triliun. Selain itu, sebanyak 32 perusahaan saat ini masih berada dalam pipeline pencatatan saham, yang didominasi oleh perusahaan dengan aset skala menengah (17 perusahaan) dan besar (12 perusahaan).
Nyoman menyebut komposisi sektor dari pipeline saham cukup beragam, dengan dominasi sektor consumer non-cyclicals sebanyak 7 perusahaan, disusul sektor healthcare dan consumer cyclicals masing-masing 5 dan 4 perusahaan.
Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi sektor dalam menjaga daya tahan pasar modal nasional.
Di sisi surat utang, BEI mencatat hingga saat ini telah diterbitkan 37 emisi dari 27 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), dengan total dana dihimpun sebesar Rp50,1 triliun. “Masih terdapat 47 emisi dari 36 penerbit EBUS yang berada dalam pipeline, didominasi sektor keuangan sebanyak 19 perusahaan atau 53,2 persen dari total pipeline,” ungkapnya.
Untuk aksi korporasi rights issue, Nyoman menyebut bahwa hingga 10 April 2025 telah terdapat dua perusahaan tercatat yang melaksanakan rights issue dengan total nilai mencapai Rp470 miliar. Adapun dalam pipeline rights issue, tercatat empat perusahaan dengan dominasi sektor basic materials dan healthcare.
Nyoman menegaskan bahwa BEI terus berkomitmen memperluas pendalaman pasar serta mendukung upaya OJK dalam mendorong kemudahan akses dan efisiensi proses pencatatan efek, sejalan dengan transformasi ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Perkembangan positif di sisi aksi korporasi dan pencatatan efek ternyata juga selaras dengan pertumbuhan jumlah investor yang terus mencetak rekor. Meski pasar sempat diuji oleh dinamika global dan gejolak domestik, minat masyarakat terhadap instrumen investasi di pasar modal justru semakin membara.
Tak hanya dari kalangan institusi, lonjakan investor ritel juga menunjukkan bahwa inklusi keuangan mulai menemukan jalannya. Dan ini bukan sekadar angka, karena di baliknya, ada perubahan perilaku finansial yang patut disorot.
Investor Pasar Modal Tembus 15 Juta
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, jumlah investor pasar modal per April 2025 mencapai 15.888.836. Adapun di akhir 2024 total investor berjumlah 14.871.639.
Selain itu, Jeffrey menyampaikan bahwa Single Investor Identification (SID) saham per April 2025 turut mengalami pertumbuhan menjadi 15.888.836, sementara per akhir tahun lalu SID mencapai 6.381.444.
"Yang menarik adalah penambahan jumlah SID Saham antara tanggal 28 Maret sampai 8 April. Selama libur Idul Fitri, ada penambahan 38.676 SID Saham baru atau 10,7 persen dari total penambahan SID Saham selama tahun 2025," kata dia di Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
Jeffrey kemudian berbicara mengenai Kondisi fundamental perusahaan yang tercatat di BEI. Dari laporan keuangan 703 emiten, kata dia, terjadi pertumbuhan di tahun 2024 dibanding 2023.
Pertumbuhan tersebut meliputi aset 6,31 persen, ekuitas 7,91 persen, pendapatan 3,24 persen, dan laba bersih 19,32 persen.
Sebelumnya, BEI memiliki sejumlah target dalam menyambut tahun 2025. Salah satu ambisinya ialah menggaet investor.
BEI, dalam keterangannya menyampaikan, pada tahun 2025 menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru. Adapun target lainnya ialah rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.
"Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," tulis manajemen BEI di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.
Di sisi lain, BEI juga akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.
Beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI di antaranya, Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.
Selain itu, BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.
"Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026" tulis BEI.
Merujuk laporan BEI, Senin, 30 Desember 2024, investor pasar modal, yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana meningkat menjadi 14,84 juta investor. Sementara itu, khusus untuk investor saham, terdapat peningkatan lebih dari 1 juta investor dengan total menjadi 6,37 juta investor saham.
Sementara dari sisi partisipasi investor, rata-rata investor yang aktif bertransaksi per 24 Desember 2024 mencapai 147 ribu per hari. Jika dilihat dari jumlah kepemilikan investor, porsi transaksi investor ritel masih stabil, yakni sebesar 32,8 persen.
Namun, terlihat peningkatan pada porsi transaksi investor institusi asing dengan porsi transaksi mencapai lebih dari 36,6 persen dari total rata-rata nilai transaksi harian per November 2024.
Peningkatan jumlah investor di pasar modal Indonesia merupakan hasil upaya edukasi dan sosialisasi pasar modal yang masif serta menjangkau masyarakat secara luas. Hingga 27 Desember 2024, di seluruh Indonesia telah berlangsung 33.955 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 57,4 juta orang. (*)