Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Dibuka Lemah IHSG Berada ke Level 6.195

Fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tidak menentu, kemarin menghijau hari ini memerah lagi tapi masih di kisaran 6.195.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 11 April 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Pramirvan Datu
Dibuka Lemah IHSG Berada ke Level 6.195 Kantor Bursa Efek Indonesia di Kawasan SCBD, Jakarta, Selatan. Foto: Abbas/KabarBursa.com

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan Jumat, 11 April 2025, turun 58,46 poin atau 0,93 persen ke level 6.195,57. 

Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.254,48 sebelum terkoreksi hingga menyentuh titik terendah harian di 6.195,19. IHSG memulai perdagangan pada posisi 6.254,02. Total volume transaksi di seluruh pasar mencapai 1,94 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp169,66 miliar dari 15.200 transaksi.

Beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan dan menjadi top gainers pada sesi perdagangan pagi ini. Saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) melonjak 15,79 persen ke level Rp66. Perusahaan ini bergerak di sektor keuangan dan investasi. Saham PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (BESS), yang fokus pada jasa pelayaran dan logistik maritim, naik 10,90 persen ke Rp865. 

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA), yang bergerak di bidang teknologi dan distribusi voucher digital, menguat 10,81 persen ke Rp82. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), emiten infrastruktur digital dan jaringan internet, meningkat 9,09 persen ke Rp2.160. Sementara itu, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT), yang berfokus pada properti dan perhotelan, naik 8,96 persen ke Rp7.300.

Di sisi lain ada juga beberapa saham yang ikut tertekan dan masuk jajaran top losers, saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), perusahaan perkebunan kelapa sawit, memimpin koreksi dengan penurunan sebesar 8,68 persen ke level Rp1.630. Disusul oleh PT Pakuan Tbk (UANG), yang bergerak di sektor properti, turun 7,14 persen ke Rp286. 

PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI), emiten konstruksi dan alat berat, juga turun 7,14 persen ke Rp13. Saham PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), yang merupakan anak usaha dari PT Mitra Adiperkasa Tbk dan beroperasi di sektor ritel produk olahraga dan gaya hidup, terkoreksi 6,67 persen ke Rp560. Sedangkan PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL), penyedia jasa infrastruktur energi dan logistik, melemah 6,36 persen ke Rp412.

Sektor-sektor utama mengalami pelemahan secara menyeluruh pada awal perdagangan hari ini. Sektor barang konsumsi non-primer mencatat penurunan terdalam sebesar 1,33 persen, diikuti sektor energi yang turun 1,14 persen. Sektor industri turun 1,04 persen, keuangan turun 0,96 persen, barang konsumsi primer turun 0,95 persen, dan sektor teknologi melemah 0,92 persen. Sektor properti terkoreksi 0,88 persen, transportasi turun 0,76 persen, infrastruktur turun 0,75 persen, sektor bahan baku turun 0,72 persen, dan sektor kesehatan turun 0,18 persen.

Tekanan eksternal dari pasar regional Asia yang juga dibuka melemah turut mempengaruhi sentimen di bursa domestik.

Ada sebanyak 171 sahan menguat, 229 saham melemah dan 187 saham stagnan.

Bawa Efek Positif

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menunda kebijakan tarif baru ke sejumlah negara selama 90 hari dimulai sejak pengumuman pada Rabu, 9 April 2025. Penangguhan tarif ini dinilai membawa efek positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 4,79 persen ke level 6.254 pada perdagangan Kamis, 10 April 2025.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan aksi tersebut mampu menenangkan pelaku pasar hingga memicu reli serentak di bursa Asia dan Eropa.

"Dan memberi ruang bagi investor untuk kembali masuk ke aset berisiko, termasuk saham Indonesia," ujar dia kepada KabarBursa.com, Jumat, 11 April 2025.

Namun, di tengah penguatan IHSG, Hendra melihat masih ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing yang tercatat mencapai Rp632 miliar pada hari yang sama.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG belum sepenuhnya didukung oleh arus modal asing. Di sisi lain, ketegangan antara AS dan China juga belum sepenuhnya mereda. 

"Terutama setelah AS tetap menaikkan bea masuk produk Tiongkok menjadi 125 persen, dan dibalas oleh tarif 84 persen dari pihak Beijing. Sentimen global yang rapuh ini membuat pasar tetap bergerak dalam volatilitas tinggi," jelasnya. 

Hendra menyebut, IHSG kini mengincar resistance di area 6.418, dan jika mampu menembus, target berikutnya berada di 6.600 – 6.800.

"Potensi yang bukan mustahil, asalkan kombinasi katalis makro dan penguatan sektor-sektor utama mampu terjaga secara konsisten," kata Hendra. 

Selain itu, Hendra menyatakan musim pembagian dividen yang segera dimulai menjadi katalis tambahan bagi IHSG. Sejumlah emiten terutama sektor perbankan dan konsumer, kata dia, diperkirakan akan membagikan dividen dalam jumlah besar. 

"Namun, efek ex-date dan potensi aksi profit taking tetap harus diantisipasi. Investor disarankan selektif dan fokus pada emiten yang tak hanya memberi dividen tinggi, tetapi juga memiliki pertumbuhan laba berkelanjutan," pungkasnya.(*)