KABARBURSA.COM - Langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam merevisi peraturan auto rejection bawah (ARB) dan trading halt dinilai efektif.
Sebelumnya, BEI resmi melakukan penyesuaian terhadap perubahan panduan penanganan kelangsungan perdagangan dalam kondisi darurat usai libur panjang lebaran 2025.
Adapun ketentuan tersebut memberlakukan, trading halt selama 30 menit jika IHSG mengalami penurunan mendalam hingga lebih dari 8 persen.
Kemudian, trading halt dilakukan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 15 persen. Lalu yang ketiga, trading suspend apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 20 persen.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kebijakan merevisi ARB dan trading halt sukses mencegah penurunan mendalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Memang peraturan baru tersebut bertujuan sebagai bagian dari mitigasi risiko manakala performa IHSG negatif," ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com dikutip, Kamis, 10 April 2025.
Meski peraturan tersebut sudah diumumkan BEI, IHSG masih terkoreksi cukup dalam sebesar 9,9 persen pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025 hingga akhinya BEI melakukan trading halt.
Meski begitu, Nafan melihat kinerja IHSG masih relatif baik ketimbang bursa saham di negara Asia lainnya dan Eropa yang melemah hingga 10 persen pada pekan lalu.
"Jadi sejauh ini efektif kalau menurut saya kebijakan yang ditempuh oleh Bursa Efek Indonesia terkait dengan peraturan trading hall maupun juga ARB," pungkasnya.
Sementara itu, IHSG akhirnya dibuka menghijau hingga 5,26 persen atau naik 313 poin ke level 6.281 pada perdagangan sesi I, Kamis, 10 April 2025.
Merujuk data perdagangan RTI, sebanyak 351 saham mengalami penguatan, 23 saham di zona merah, dan 106 saham berada di posisi stagnan.
Pada pembukaan sesi I pagi ini, volume mencapai 899.877 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp934.603 miliar.
Bukan Hanya Diterapkan Indonesia
Direktur BEI Iman Rachman mengatakan penyesuaian trading halt dan auto rejection bawah (ARB) itu tidak hanya diterapkan di bursa Indonesia, tapi juga diterapkan negara-negara lain seperti Stock Exchange of Thailand (SET) dan Korea Exchange (KRX).
“Kami membandingkan trading halt ini dengan bursa yang ada, di regional misalnya Bursa Korea Selatan (Korsel) dan Bursa Thailand,” kata dia dalam konferensi pers di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa, 8 April 2025.
Selain itu, Iman mengatakan, penyesuaian penerapan trading halt dilakukan juga berdasarkan praktik-praktik yang sudah dilakukan oleh bursa global.
“Jadi trading halt dan ARB ini juga kami benchmarking dengan bursa-bursa global" tutur Iman.
Dalam data yang ditampilkan BEI saat konferensi pers, KRX menetapkan batas trading halt di angka 8 persen, 15 persen, dan 20 persen dengan pemberhentian perdagangan selama 20 menit.
Sementara SET juga menerapkan hal serupa di angka 8 persen, 15 persen, dan 20 persen dengan jadwal pengertian perdagangan 30 menit.
Sementara itu Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad menyampaikan penyesuaian persentase ARB dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan perlindungan investor.
Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan efek, kata dia, dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada.
“Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” ujarnya
BEI Imbau Investor Tidak Panik Soal Tarif Baru AS
Beberapa waktu lalu, BEI angkat bicara mengenai tarif baru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang berimbas kepada pasar bursa global.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyatakan, kebijakan baru tersebut tidak berdampak terlalu besar terhadap bursa di negara-negara Asia.
"Kalau kita lihat data maka bursa bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 6 April 2025.
Justru, kata Jeffrey, yang terkena dampak paling dalam dalam imbas kebijakan tarif baru ini adalah bursa negara-negara di benua Eropa dan Amerika.
Dalam kondisi seperti ini, Jeffrey meminta agar para investor pasar modal Indonesia tidak panik dan meminta mereka untuk memperhatikan keputusan-keputusan yang diambil dalam berinvestasi.
"Investor agar tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan mengambil keputusan investasi secara rasional," kata dia.
IHSG Dibuka Menghijau
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menghijau hingga 5,26 persen atau naik 313 poin ke level 6.281 pada perdagangan sesi I, Kamis, 10 April 2025.
Merujuk data perdagangan RTI, sebanyak 351 saham mengalami penguatan, 23 saham di zona merah, dan 106 saham berada di posisi stagnan.
Pada pembukaan sesi I pagi ini, volume mencapai 899.877 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp934.603 miliar.
Sementara, mengutip data Stockbit, saham CENT (PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk.) mencuri perhatian dengan mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 34,48 persen atau naik 20 poin ke harga 78.
Posisi CENT disusul oleh PPRI (PT Paperocks Indonesia Tbk.) yang naik 18,52 persen ke level 256. PTRO (PT Petrosea Tbk.), mencatat lonjakan 17,33 perse, menjadikannya saham dengan nilai nominal tertinggi hari ini di level 2.200.
Selain itu, ada MAPA (PT Map Aktif Adiperkasa Tbk.) yang menanjak 17,31 perse ke level 610. Kemudian GOTO (PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk.), juga menguat 16,42 persen menjadi 78.(*)