Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pendapatan Bukit Asam (PTBA) Meningkat 11 Persen di FY24

Corporate Secretary Bukit Asam, Niko Chandra menyampaikan pada periode tersebut perusahaan meraup pendapatan sebesar Rp42,76 triliun.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 10 April 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
Pendapatan Bukit Asam (PTBA) Meningkat 11 Persen di FY24 Ilustrasi Bukit Asam. Foto: Dok ESDM

KABARBURSA.COM - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mampu mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2024. Salah satunya ialah meningkatnya pendapatan bersih. 

Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra menyampaikan, pada periode tersebut perusahaan meraup pendapatan sebesar Rp42,76 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 11 persen year on year (yoy). 

"Berkat pertumbuhan pendapatan tersebut, Perseroan sukses mencetak laba bersih Rp5,10 triliun dan EBITDA Rp8,30 triliun. Total aset perusahaan per 31 Desember 2024 sebesar Rp41,79 triliun, tumbuh 8 persen secara tahunan," kata Niiko dalam keterangan resmi dikutip Kamis, 10 April 2025.

Niko membeberkan, kenaikan pendapatan Bukit Asam didorong oleh  penjualan ekspor yang mencapai 20,26 juta ton atau naik 30 persen secara tahunan. 

Dikatakannya lagi, penjualan domestik turut meningkat sebesar 6 persen secara tahunan menjadi 22,64 juta ton. Adapun total penjualan pada 2024 mencapai 42,89 juta ton atau tumbuh 16 persen secara tahunan. 

"Penjualan batu bara PTBA didominasi oleh pasar domestik. Namun secara bauran, porsi ekspor semakin meningkat. Saat ini, porsi pasar domestik sebesar 53 persen dan ekspor 47 persen," jelasnya. 

Lebih lanjut Niko mengatakan, Bukit Asam sukses merealisasikan belanja modal sebesar Rp2,35 triliun sepanjang tahun lalu, meningkat 17 persen secara tahunan. 

Perlu diketahui, belanja modal tersebut diutamakan untuk pengembangan bisnis, di antaranya pengembangan angkutan batu bara Tanjung Enim - Keramasan. 

Niko memandang kinerja positif Bukit Asam sepanjang 2024 dibarengi dengan banyaknya rintangan. Salah satunya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. 

Dia menyebut, rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi 12 persen secara tahunan dari USD84,76 per ton pada 2023 menjadi USD74,19 per ton pada 2024.

"Sedangkan rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 22 persen secara tahunan menjadi USD134,85 per ton pada 2024, dari USD172,79 per ton pada 2023," pungkasnya. 

PTBA Catat Penjualan Batu Bara Capai 42,9 Juta Ton

Bukit Asam membeberkan penjualan batu bara terbarunya mencapai 42,9 juta ton. Niko mengklaim penjualan itu masuk rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan pada tahun 2024 atau tumbuh 16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya year on year atau YoY.

Sebagai pembanding, pada tahun 2020, penjualan batu bara PTBA tercatat sebesar 26,1 juta ton, meningkat menjadi 28,4 juta ton pada 2021, 31,7 juta ton pada 2022, dan 37,0 juta ton pada 2023.

"Pencapaian rekor penjualan tersebut ditopang oleh ekspor batu bara sebesar 20,3 juta ton pada 2024, meningkat 30 persen secara tahunan. Adapun realisasi Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 22,6 juta ton, tumbuh 6 persen dibanding tahun sebelumnya," kata Niko melalui keterangannya di Jakarta pada Selasa, 4 Januari 2025.

Menurut dia penjualan batu bara PTBA didominasi oleh pasar domestik, meski porsi ekspor semakin meningkat. Saat ini, porsi pasar domestik mencapai 53 persen, sementara ekspor menyumbang 47 persen dari total penjualan.

Selain itu, PTBA berhasil memaksimalkan potensi pasar utama, dengan ekspor ke India yang meningkat 32 persen menjadi 6,4 juta ton.

Sementara itu, ekspor ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia juga mencatatkan lonjakan signifikan. Penjualan ke Vietnam, misalnya, meningkat sebesar 250 persen menjadi 3 juta ton. Ekspor ke Thailand tercatat 1,6 juta ton, naik 153 persen, sedangkan ekspor ke Malaysia melonjak 221 persen menjadi 888,7 ribu ton.

Peningkatan penjualan batu bara PTBA juga didukung oleh realisasi produksi yang mencapai 43,3 juta ton dan angkutan batu bara sebanyak 38,2 juta ton sepanjang 2024, yang juga mencatatkan rekor tertinggi.

"Dengan kinerja operasional yang semakin cemerlang, Bukit Asam siap memberikan energi tanpa henti untuk mewujudkan swasembada energi yang termasuk dalam Asta Cita, yang saat ini menjadi fokus pemerintah," kata Niko.

PTBA menargetkan pada 2025, produksi batu bara sebesar 50 juta ton, penjualan 50,1 juta ton, dan angkutan batu bara sebanyak 43,2 juta ton.

PTBA Optimalkan Cadangan Batu Bara Dukung Net Zero

Sebelumnya diberitakan, Bukit Asam tengah merancang strategi jangka panjang guna mendukung target net zero emission (NZE) pada 2050. Salah satu langkah utama yang disiapkan adalah optimalisasi cadangan batu bara yang dimiliki perseroan.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail, mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan memiliki cadangan batu bara mencapai 3 miliar ton, sementara tingkat produksi tahunan baru berada di angka 40 juta ton. Oleh karena itu, pemanfaatan cadangan yang ada akan dimaksimalkan untuk berbagai kebutuhan.

"Langkah pertama yang kami lakukan untuk mencapai net zero emission adalah mengoptimalkan cadangan yang tersedia saat ini. Targetnya, dalam 3–4 tahun ke depan, produksi bisa ditingkatkan hingga 100 juta metrik ton," ujar Arsal di Jakarta, Kamis 6 Februari 2025.

Menurutnya, dengan strategi ini, penggunaan batu bara diharapkan mulai menurun secara bertahap hingga 2050.

Tak hanya itu, PTBA juga mengakselerasi upaya dekarbonisasi dengan mulai mengganti peralatan tambang berbasis solar menjadi bertenaga listrik. Langkah ini diyakini mampu menekan emisi karbon secara signifikan dalam proses operasional.

Perseroan juga menggencarkan program reklamasi lahan bekas tambang, dengan melakukan penghijauan untuk mengembalikan kondisi lingkungan mendekati keadaan semula. Program ini menjadi bagian integral dalam strategi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan.

"Kami harus mendukung inisiatif energi tanpa emisi. Batu bara yang kami miliki akan terus diarahkan untuk hilirisasi, sejalan dengan program pemerintah guna menciptakan nilai tambah bagi sektor energi nasional," pungkas Arsal.(*)