Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Menguji Resistance di 6.122–6.196, Menguat Pendek

MNC Sekuritas melihat IHSG saat ini, 10 April 2025, diperkirakan sedang berada dalam fase wave (iii) dari wave [v].

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 10 April 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
IHSG Menguji Resistance di 6.122–6.196, Menguat Pendek IHSG masih terkoreksi dalam akibat tekanan pasar global. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada penutupan perdagangan Rabu, 9 April 2025, dengan penurunan sebesar 0,47 persen ke level 5.967. Pergerakan indeks ini menunjukkan bahwa tekanan jual masih mendominasi pasar. 

Dari sudut pandang teknikal, MNC Sekuritas melihat IHSG saat ini, 10 April 2025, diperkirakan sedang berada dalam fase wave (iii) dari wave [v]. Meskipun terdapat peluang penguatan dalam jangka pendek, penguatannya diperkirakan akan terbatas hanya untuk menguji kisaran resistance di 6.122–6.196. 

Namun, investor perlu mewaspadai potensi koreksi lanjutan yang bisa membawa IHSG turun menuju area 5.633–5.770. Level support utama berada di 5.825 dan 5.742, sementara resistance berada di 6.142 dan 6.265.

Dalam kondisi pasar yang masih bergejolak ini, terdapat beberapa saham yang menarik untuk diperhatikan dengan strategi buy on weakness. Saham-saham ini menunjukkan potensi teknikal untuk rebound setelah terkoreksi, meskipun tetap memerlukan kewaspadaan karena masih berada dalam fase konsolidasi atau korektif.

Saham Astra Agro Lestari Tbk (AADI) tercatat bergerak datar di level 5.750, dengan munculnya volume pembelian yang cukup signifikan. Berdasarkan analisis gelombang, AADI saat ini berada pada bagian dari wave 5 dari wave (C), yang menandakan bahwa penguatan yang terjadi saat ini bisa jadi hanya sementara. 

Maka dari itu, peluang terbaik adalah membeli di level bawah, tepatnya di rentang 5.200–5.650, dengan target penguatan di 6.100 hingga 6.650. Namun, jika harga turun di bawah 5.050, disarankan untuk melakukan cut loss.

Sementara itu, saham Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan penguatan sebesar 4,33 persen ke level 2.170, didukung oleh volume pembelian yang tinggi. Dari sisi teknikal, posisi BRIS saat ini diperkirakan masih berada pada bagian dari wave (v) dari wave [a], yang artinya ada kemungkinan harga akan terkoreksi dalam waktu dekat. 

Oleh karena itu, strategi buy on weakness di area 1.940–2.130 menjadi pilihan menarik, dengan target harga di 2.220 hingga 2.400. Stop loss sebaiknya ditempatkan di bawah level 1.915.

Saham Darma Henwa Tbk (DEWA) mengalami koreksi cukup tajam sebesar 5,49 persen ke harga 86. Tekanan jual masih membayangi saham ini, dan dari analisis gelombang terlihat bahwa DEWA tengah berada dalam wave [iii] dari wave C. 

Hal ini membuka potensi koreksi lanjutan, meskipun area 77–84 menjadi level beli yang cukup menarik. Jika terjadi rebound, saham ini diproyeksikan menuju target 91 hingga 107. Stop loss ditetapkan di bawah 76.

Kemudian, Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga terkoreksi cukup dalam sebesar 7,29 persen ke level 6.675. Tekanan jual yang kuat menandakan bahwa saham ini sedang berada pada fase akhir dari wave v dari wave (c) dari wave [ii]. 

Dengan demikian, INDF masih berpotensi melanjutkan koreksinya sebelum memulai fase penguatan berikutnya. Area beli yang ideal berada pada rentang 6.375–6.575 dengan target harga menuju 7.100 dan 7.350. Untuk membatasi kerugian, stop loss disarankan di bawah 6.250.

Secara keseluruhan, meskipun kondisi pasar saat ini masih diliputi ketidakpastian dan tekanan jual, strategi buy on weakness tetap relevan bagi investor yang mampu mengelola risiko dan memiliki pandangan jangka menengah hingga panjang. Disiplin terhadap level entry, target, dan stop loss menjadi kunci dalam menghadapi volatilitas yang tinggi.

Menguat Pasca Trading Halt

Sementara, meski cenderung mengalami pelemahan hingga sesi I, IHSG mulai menunjukkan penguatan setelah mengalami trading halt karena koreksi mendalam pada Selasa, 8 April 2025. Pada pukul 10:41 WIB misalnya, indeks terpantau menghijau dengan penguatan 0,69 persen ke level 6.037.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, penguatan IHSG dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat. 

"Jadi, ini membuat IHSG kita seperti semacam anomali jika dibandingkan (dengan bursa di kawasan Asia yang rata-rata merah, tapi anomali positif," kata Nafan saat dihubungi KabarBursa.com, Rabu, 9 April 2025.

Faktor lainnya yang membuat IHSG mulai menguat ialah kondisi daya beli masyarakat Indonesia yang relatif masih kuat. Nafan mengatakan, inflasi Indonesia kini berada di kisaran antara 1,5 persen hingga 3,5 persen. 

"Di sisi lain, kita mengapresiasi bahwasannya PMI Manufaktur Indonesia sudah ekspansif selama 4 bulan berturut-turut," jelas dia. 

Selain itu, menurut Nafan, keputusan pemerintah dalam melakukan negosiasi mengenai tarif baru Amerika Serikatt menciptakan win win solution dalam hal pemenuhan nasional interest untuk kedua negara. 

"Sebenarnya bisa kita menegosiasikan kembali misalnya kita membeli produk-produk yang kita tidak miliki dari Amerika Serikat,  sehingga bisa menjadi balance of trade (5:08) yang lebih adil," pungkasnya. 

Adapun Analis Teknikal dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana atau yang akrab disapa Didit, menjelaskan saat ini IHSG kemungkinan sedang bergerak di bagian wave (iii) dari wave [v] dalam skenario hitam.

“Meskipun menguat, nampaknya akan terbatas untuk menguji rentang 6.026–6.114. Namun waspadai tetap koreksi lanjutan di mana IHSG akan mengarah ke 5.633–5.770,” ujar Didit dalam catatan teknikal harian yang dikutip KabarBursa.com, Selasa, 9 April 2025.

Dalam waktu dekat, kata Didit, IHSG diperkirakan akan bergerak dengan batas bawah (support) di kisaran 5.825 hingga 5.742. Sementara untuk batas atas (resistance), penguatan indeks kemungkinan tertahan di area 6.142 sampai 6.265. Artinya, meskipun ada peluang teknikal untuk naik, ruang geraknya masih terbatas dan rawan dibalik arah oleh tekanan jual.(*)