KABARBURSA.COM - PT Lippo Karawaci Tbk atau LPKR mencatat sejarah baru dalam kinerja keuangannya sepanjang 2024. Emiten properti milik Lippo Group ini membukukan laba bersih sebesar Rp18,75 triliun.
Angka tersebut melesat 37.287,4 persen dibandingkan laba bersih pada 2023 yang hanya Rp50,14 miliar. Capaian tersebut menandai transformasi signifikan perusahaan dari posisi defisit menjadi surplus yang luar biasa besar hanya dalam waktu satu tahun.
Ironisnya, lonjakan laba fantastis ini terjadi di tengah penurunan pendapatan usaha. Sepanjang tahun 2024, LPKR hanya mampu mengumpulkan pendapatan bersih sebesar Rp11,34 triliun, turun 32,1 persen dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya yang mencapai Rp16,37 triliun.
Penurunan pendapatan ini turut diiringi dengan koreksi pada beban pokok pendapatan sebesar 30,91 persen menjadi Rp6,55 triliun. Laba kotor perusahaan pun terkoreksi 33,66 persen menjadi Rp4,79 triliun, dari sebelumnya Rp7,22 triliun pada tahun 2023.
Namun, di balik penurunan kinerja operasional dasar, terdapat satu komponen luar biasa yang menjadi pendorong utama lonjakan laba: pendapatan lain-lain. Sepanjang 2024, pos ini meningkat drastis sebesar 1.641,9 persen menjadi Rp21,6 triliun, berkontribusi besar terhadap melesatnya laba usaha LPKR menjadi Rp20,28 triliun—naik 471,27 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sumber utama pendapatan lain-lain ini adalah hasil pelepasan sebagian besar saham LPKR di PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Pada 5 Agustus 2024, entitas anak LPKR, PT Megapratama Karya Persada, menjual 2,42 miliar lembar saham atau 18,57 persen kepemilikan di SILO kepada Sight Investment Company Pte Ltd dalam skema Penawaran Tender Sukarela.
Harga yang disepakati adalah Rp2.850 per lembar, dengan nilai wajar sisa investasi LPKR pada SILO diakui sebesar Rp16,3 triliun, yang kemudian tercatat sebagai biaya perolehan awal investasi.
Sebagai dampak dari transaksi strategis ini, laba sebelum pajak penghasilan LPKR melonjak menjadi Rp19,09 triliun—naik 1.415,08 persen dibandingkan laba sebelum pajak tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp1,26 triliun. Setelah memperhitungkan beban pajak sebesar Rp363,62 miliar, laba tahun berjalan mencapai Rp18,73 triliun. Dari jumlah ini, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp18,74 triliun.
Transformasi kinerja ini berdampak langsung pada posisi keuangan LPKR secara keseluruhan. Saldo laba yang sebelumnya defisit sebesar Rp10,91 triliun per akhir 2023, kini berbalik menjadi surplus sebesar Rp7,85 triliun per akhir 2024. Total ekuitas perusahaan pun meningkat signifikan hingga mencapai Rp30,95 triliun, tumbuh 57,83 persen secara tahunan.
Di sisi lain, total liabilitas LPKR menyusut 23,76 persen menjadi Rp22,84 triliun, terutama karena efek dekonsolidasi atas SILO pasca divestasi.
Lompatan kinerja luar biasa ini menjadi tonggak penting bagi PT Lippo Karawaci Tbk, menandai keberhasilan manajemen dalam melakukan manuver strategis untuk memperbaiki struktur keuangan dan menciptakan nilai bagi pemegang saham, meskipun di tengah tekanan pada lini pendapatan inti.
Siap Bermanuver di 2025
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memproyeksikan pertumbuhan prapenjualan yang signifikan pada tahun 2025 dengan target mencapai Rp6,25 triliun. Angka ini mencerminkan kenaikan sekitar 16 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,01 triliun.
Target ambisius ini mencerminkan optimisme perusahaan terhadap prospek sektor properti yang semakin menunjukkan pemulihan dan peningkatan permintaan, khususnya pada segmen rumah tapak dan properti komersial.
Group CEO Lippo John Riady, menyebut bahwa optimisme ini dilandasi oleh tingginya minat masyarakat terhadap hunian tapak serta properti komersial di kawasan-kawasan strategis milik perusahaan.
Ia menuturkan bahwa pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh pengembangan proyek residensial dan komersial baru, yang tersebar di kawasan Lippo Karawaci (Tangerang), Lippo Cikarang (Bekasi), dan beberapa wilayah lain dalam portofolio lahan milik LPKR.
Kinerja positif LPKR dalam dua tahun terakhir menjadi dasar kuat bagi target ekspansif 2025. Pada 2023, LPKR berhasil mencetak prapenjualan sebesar Rp5,12 triliun, melampaui target awal Rp4,9 triliun. Momentum pertumbuhan berlanjut pada 2024, ketika angka prapenjualan meningkat 17 persen menjadi Rp6,01 triliun.
Pencapaian ini tidak lepas dari tingginya minat pasar terhadap sejumlah proyek unggulan yang telah diluncurkan, seperti Cendana Homes, XYZ Livin, hingga lini produk baru seperti Cendana Suites dan seri Blackslate di kawasan Park Serpong. Di Lippo Cikarang, proyek XQ Livin juga turut memberi kontribusi terhadap kinerja penjualan yang mengesankan.
Langkah percepatan serah terima unit juga menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kepercayaan konsumen dan investor. Pada November 2024, LPKR sukses melakukan serah terima tahap pertama proyek Park Serpong, bahkan 18 bulan lebih cepat dari jadwal yang telah ditetapkan. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa perusahaan tidak hanya unggul dalam menjual produk, tetapi juga dalam eksekusi proyek secara tepat waktu.
Dengan fundamental yang semakin kuat, portofolio proyek yang berkembang, serta respons positif pasar terhadap produk hunian yang ditawarkan, LPKR berada di jalur yang tepat untuk mencapai target-target strategisnya di tahun-tahun mendatang.
Upaya perusahaan dalam menyeimbangkan antara inovasi produk, pengelolaan lahan strategis, dan ketepatan waktu dalam pengembangan proyek menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan berkelanjutan di tengah dinamika sektor properti nasional.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.