Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Lepas Saham Lawson, Alfamidi Berharap Tak Merugi Lagi

Transaksi ini melibatkan pelepasan sebanyak 1.484.855.160 lembar saham, setara dengan 70 persen kepemilikan MIDI di LWS.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 09 April 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Lepas Saham Lawson, Alfamidi Berharap Tak Merugi Lagi Salah satu gerai Lawson di Tangerang. Foto: Dok Lawson

KABARBURSA.COM - PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), perusahaan yang berada di bawah naungan jaringan ritel Alfamidi, telah mengambil langkah strategis dengan menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS) atau Lawson, kepada entitas afiliasinya, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), yang merupakan induk usaha jaringan Alfamart. 

Transaksi ini melibatkan pelepasan sebanyak 1.484.855.160 lembar saham, setara dengan 70 persen kepemilikan MIDI di LWS. Harga jual yang disepakati antara kedua pihak ditetapkan sebesar Rp135 per saham, sehingga total nilai transaksi mencapai Rp200,45 miliar.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 9 April 2025, manajemen MIDI menyatakan bahwa transaksi ini dilakukan dengan mematuhi ketentuan Pasal 4 ayat 1 Peraturan OJK Nomor 42 Tahun 2020. Sesuai regulasi, transaksi semacam ini wajib menggunakan jasa penilai independen untuk menilai nilai pasar dan memastikan kewajaran dari harga jual beli saham yang ditetapkan. 

Meskipun demikian, transaksi ini bukan tergolong sebagai transaksi benturan kepentingan sehingga tidak memerlukan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham MIDI. 

Selain itu, transaksi ini juga tidak dikategorikan sebagai transaksi material karena nilai transaksinya hanya mencakup 4,67 persen dari total ekuitas perusahaan yang mencapai Rp4,29 triliun, jauh di bawah ambang batas 20 persen yang diatur dalam POJK 17/2020.

Pelepasan saham di LWS ini bukan semata aksi divestasi biasa. MIDI menyampaikan bahwa keputusan strategis ini diambil sebagai respons terhadap tantangan industri ritel yang kian kompleks dan kompetitif. Dengan melepaskan kepemilikannya di LWS kepada AMRT, diharapkan struktur bisnis menjadi lebih ramping dan fokus, serta membuka peluang sinergi operasional yang lebih kuat antara kedua entitas di bawah grup yang sama. 

Manajemen MIDI juga berharap bahwa transaksi ini akan berdampak positif terhadap perbaikan dan penguatan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang, serta menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi para pemegang saham.

Transaksi akan berlaku efektif setelah terpenuhinya syarat utama, yaitu persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham LWS. Jika berjalan sesuai rencana, penandatanganan akta jual beli saham di hadapan notaris akan dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni 2025. 

Dengan begitu, langkah korporasi ini tidak hanya mencerminkan pengelolaan portofolio bisnis yang adaptif, tetapi juga menunjukkan arah transformasi perusahaan dalam memperkuat fondasi bisnis ritel mereka ke depan, terutama di tengah dinamika pasar yang terus berubah.

Kinerja Solid di Tengah Tantangan Penutupan Sejumlah Gerai

MIDI menunjukkan kinerja keuangan yang solid hingga akhir tahun 2024. Laporan keuangan konsolidasian per 31 Desember 2024 mencatat pendapatan sebesar Rp19,888 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp546 miliar. Hal ini mencerminkan pertumbuhan yang stabil dalam operasional perusahaan.​

Rasio keuangan MIDI juga menunjukkan posisi yang sehat. Price-to-Earnings (P/E) Ratio tercatat sebesar 20,44, sementara Price-to-Book (P/B) Value berada pada angka 2,70. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) sebesar 1,08 menunjukkan struktur modal yang seimbang. 

Selain itu, Return on Equity (ROE) mencapai 13,23 persen, mengindikasikan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari ekuitas yang dimiliki.​

Selama periode Januari hingga September 2024, MIDI menambahkan 123 gerai Alfamidi dan 9 gerai Alfamidi Super, menegaskan komitmen perusahaan dalam ekspansi dan peningkatan pangsa pasar. 

Ekspansi ini didukung oleh penurunan beban non-operasional sebesar 57 persen year-on-year menjadi Rp36 miliar, sejalan dengan penurunan beban bunga akibat pelunasan utang bank jangka pendek. ​

Namun, tantangan muncul dari kinerja entitas anak, PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pengelola gerai Lawson di Indonesia. MIDI melakukan penambahan modal sebesar Rp70 miliar kepada LWS pada November 2023 untuk mendukung operasional dan ekspansi gerai Lawson. 

Meskipun demikian, proyeksi menunjukkan potensi kerugian dari Lawson sebesar Rp200 miliar pada 2024 dan Rp140 miliar pada 2025, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. ​

Manajemen MIDI menyadari pentingnya penyeimbangan portofolio bisnis dan terus berupaya meningkatkan kinerja Lawson melalui berbagai strategi operasional dan pemasaran. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif terhadap kinerja keuangan konsolidasian perusahaan di masa mendatang.

Perubahan Strategi di 2024

Sementara, sepanjang 2024 MIDI menunjukkan dinamika strategi bisnis yang signifikan, khususnya dalam pengelolaan portofolio gerainya. Setelah mencatat ekspansi agresif pada 2023 melalui dua merek ritelnya—Alfamidi dan Lawson—perusahaan mulai melakukan langkah evaluatif dan rasionalisasi pada tahun berikutnya. 

Jika sebelumnya ekspansi menjadi prioritas utama, kini MIDI mulai lebih selektif dalam memperluas jaringan, mencerminkan pergeseran fokus dari pertumbuhan kuantitas ke kualitas dan efisiensi operasional.

Salah satu indikator paling mencolok dari perubahan strategi ini dapat dilihat dari jumlah gerai Lawson yang mengalami penurunan tajam. Berdasarkan laporan keuangan, jumlah gerai Lawson menyusut dari 674 unit pada akhir Desember 2023 menjadi 595 unit per September 2024. Artinya, terjadi penutupan bersih sebanyak 79 gerai dalam kurun waktu sembilan bulan. 

Penurunan ini menunjukkan bahwa manajemen MIDI mengambil langkah berani untuk memangkas outlet yang dinilai kurang produktif atau tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Langkah rasionalisasi ini terjadi di tengah target ekspansi yang sebenarnya cukup ambisius. MIDI sempat mengumumkan rencana pembukaan 200 gerai baru pada tahun 2024. Namun, realisasi di lapangan menunjukkan bahwa hingga kuartal ketiga, total jumlah gerai Alfamidi dan Lawson hanya bertambah 50 unit menjadi 2.956 gerai secara keseluruhan. 

Kesenjangan antara target dan realisasi ini menunjukkan bahwa perusahaan sedang melakukan penyesuaian arah strategis, bukan sekadar mengejar pertumbuhan jumlah, melainkan juga memastikan keberlanjutan dan efisiensi setiap gerai yang dioperasikan.

Penurunan jumlah gerai, khususnya Lawson, menjadi salah satu faktor penting dalam tekanan terhadap kinerja keuangan MIDI pada tahun berjalan. Lawson, yang semula diharapkan menjadi pelengkap strategi bisnis ritel MIDI melalui konsep convenience store, ternyata menghadapi tantangan berat dalam operasionalnya.

Lokasi yang kurang strategis, biaya operasional yang tinggi, serta persaingan ketat di segmen minimarket dan convenience store membuat kontribusi Lawson terhadap laba perusahaan menjadi kurang optimal. Dalam kondisi tersebut, keputusan untuk memangkas gerai menjadi langkah logis dalam menjaga efisiensi dan memulihkan margin keuntungan.

Secara keseluruhan, strategi yang diambil MIDI pada 2024 mencerminkan fase konsolidasi setelah ekspansi besar-besaran di tahun sebelumnya. Ini menunjukkan kedewasaan perusahaan dalam membaca arah pasar, serta kemampuan adaptasi terhadap dinamika industri ritel yang kian kompetitif. 

Ke depan, keberhasilan MIDI akan sangat ditentukan oleh bagaimana perusahaan mengoptimalkan gerai yang ada, meningkatkan efisiensi operasional, serta memperkuat loyalitas pelanggan melalui inovasi dan diferensiasi layanan.(*)