Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kebijakan Donald Trump Bikin Rupiah Perkasa

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini dipicu oleh faktor eksternal yakni penambahan tarif sebesar 50 persen oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kepada China.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 09 April 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
Kebijakan Donald Trump Bikin Rupiah Perkasa Rupiah menguat usai Trump menaikkan tarif impor untuk barang-barang dari China. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 18 poin di level Rp16.872 dari terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu, 9 April 2025.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh faktor eksternal yakni penambahan tarif sebesar 50 persen oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kepada China. 

"Sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104 persen. Angka tersebut jauh di atas 60 persen yang diancam oleh Donald Trump selama upaya kampanyenya tahun lalu," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 9 April 2025.

Ibrahim menyebut, kenaikan 50 persen tersebut merupakan balasan atas pengenaan tarif sebesar 34 persen oleh China terhadap AS pada minggu lalu. 

Menurut dia, China sejauh ini tidak menunjukkan niat untuk mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk "berjuang sampai akhir" dengan AS atas peningkatan tarifnya.

"Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikannya yang besar atas Obligasi Pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil," katanya. 

Sentimen juga datang dari dalam negeri, salah satunya terkait langkah Bank Indonesia yang terus melakukan trifle intervensi di perdagangan DNDF yaitu pasar valas, Obligasi, dan Repo.

"Sehingga pelemahan rupiah bisa di antisipasi secara kontinyu sehingga rupiah kembali stabil, walaupun pasar global sedang tidak baik-baik saja," jelas Ibrahim. 

Adapun untuk proyeksi besok, Kamis, 10 April 2025, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah direntang  Rp16.860 - Rp16.900.

China Bersumpah Lawan Tarif Trump Sampai Akhir

Sebelumnya, China kembali pasang kuda-kuda. Setelah Donald Trump mengancam bakal menaikkan tarif impor terhadap produk asal Tiongkok hingga 59 persen, pemerintah China langsung membalas dengan nada tinggi, mereka siap melawan sampai titik darah penghabisan.

Lewat pernyataan resmi Kementerian Perdagangan, China menyebut langkah Amerika Serikat memberlakukan “tarif resiprokal” itu tidak punya dasar dan cuma bentuk perundungan sepihak ala koboi ekonomi. Negeri Tirai Bambu ini pun menyebut serangkaian balasan yang mereka lakukan selama ini—termasuk tarif tandingan—adalah langkah sah demi melindungi kedaulatan dan kepentingan pembangunan mereka.

“Ancaman AS menaikkan tarif terhadap China adalah kesalahan di atas kesalahan. Ini membongkar watak memeras yang jadi ciri khas Amerika. China tidak akan pernah tunduk. Kalau AS tetap ngotot, China akan melawan sampai akhir,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari AP di Jakarta, Selasa, 8 April 2025.

Ancaman Trump sendiri diumumkan pada Senin minggu ini. Ia menulis di akun Truth Social, “Jika China tidak menarik kembali kenaikan tarif tiga 34 persen atas berbagai pelanggaran dagang mereka sampai besok, 8 April 2025, Amerika Serikat akan memberlakukan TARIF TAMBAHAN sebesar 50 persen terhadap China mulai 9 April.” Trump juga menegaskan semua rencana pertemuan dengan China bakal dibatalkan.

Kalau benar diberlakukan, tarif Amerika terhadap barang-barang asal China akan melonjak jadi total 104 persen. Ini mencakup gabungan dari tarif 20 persen untuk kasus perdagangan fentanyl, tarif 34 persen yang diumumkan minggu lalu, dan tambahan 50 persen yang baru diancamkan.

Efeknya? Harga-harga barang untuk konsumen Amerika bisa ikut melambung, sementara China bisa terdorong untuk menjual barang murah ke negara-negara lain atau merapat ke mitra dagang baru macam Uni Eropa.

Sikap Trump yang agresif ini sempat bikin pasar modal dari Tokyo sampai New York bergejolak. Ironisnya, dulu ia kerap membanggakan kenaikan indeks saham selama masa kepemimpinannya. Tapi kali ini, Trump tampaknya sudah siap dengan konsekuensi kerusakan ekonomi jangka pendek. “Saya tidak keberatan menjalani masa sulit karena saya melihat gambar besar yang indah di ujung sana,” ujarnya.

Sayangnya, penjelasan dari para pejabat Trump yang kerap wara-wiri di televisi tidak cukup menenangkan pasar. Bahkan sempat beredar kabar palsu bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyarankan jeda tarif kecuali untuk China. Pasar saham sempat melonjak karena isu itu, tapi langsung rontok lagi setelah Gedung Putih menyebut kabar itu hoaks belaka.

China sendiri masih jadi mitra dagang terbesar AS, terutama untuk produk-produk konsumsi. Tahun 2024, total perdagangan barang kedua negara mencapai sekitar USD582 miliar (setara Rp9.661 triliun), dengan defisit perdagangan AS terhadap China mencapai antara USD263 miliar (sekitar Rp4.365 triliun) hingga USD295 miliar (sekitar Rp4.897 triliun).

Pada akhirnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mewujudkan ancamannya terhadap China dengan menaikkan tarif impor sebesar 50 persen. Keputusan Trump ini diambil sebagai aksi balasan terhadap China yang membalas tarif resiprokal, dan berlaku mulai Rabu, 9 April 2025.(*)