KABARBURSA.COM – Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif tinggi ke berbagai negara mengakibatkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar global secara serentak.
Di Indonesia, penurunan IHSG terjadi ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka perdagangan perdananya pada Selasa, 8 Maret 2025 setelah libur lebaran Idul Fitri. Hal ini mendorong BEI melakukan trading halt selama 30 menit karena IHSG turun hingga lebih dari 8 persen.
Berdasarkan data BEI pukul 12.45 WIB, IHSG turun 19,71 poin ke level 5.976. Dengan total volume transaksi mencapai 100,82 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp6,28 triliun dari 680.260 transaksi. Di pasar reguler, volume transaksi tercatat 92 juta lot dengan nilai Rp6,26 triliun dan frekuensi 679 ribu kali.
Jika dibandingkan dengan penurunan bursa di negara lain, Indonesia menempati peringkat keempat. Bursa di Asia cenderung melemah, sementara pasar Eropa dan AS bergerak positif dengan volatilitas terbatas.
Di kawasan Asia, indeks Hang Seng Hong Kong memimpin pelemahan dengan turun satu koma dua tujuh persen ke posisi 17.800. Straits Times Singapura mencatat penurunan nol koma tiga enam persen ke level 3.282, disusul IHSG Indonesia yang melemah nol koma tiga tiga persen ke 5.976,43 dan menjadikannya sebagai negara dengan penurunan terbesar ketiga di kawasan Asia.
Sementara Nikkei 225 Jepang ditutup melemah tipis nol koma satu satu persen ke level 40.868. KOSPI Korea Selatan menjadi satu-satunya indeks yang mencatat penguatan, naik nol koma nol delapan persen ke level 2.864.
Sekadar informasi, IHSG menempati peringkat keempat sebagai indeks dengan pelemahan harian terdalam dari 10 indeks utama dunia yang diamati, di bawah Hang Seng, CAC 40, dan Straits Times.
Bursa Eropa mencatat pergerakan terbatas namun cenderung positif. Indeks DAX Jerman menguat nol koma satu empat persen ke posisi 18.475. Sementara CAC 40 Prancis turun nol koma dua enam persen ke 7.676, ditekan oleh kekhawatiran akan prospek inflasi dan kebijakan moneter Eropa.
Di Amerika Serikat, sentimen investor didorong oleh rilis kinerja keuangan emiten besar yang menunjukkan hasil positif. Indeks Dow Jones naik nol koma satu tujuh persen ke level 39.376, S&P 500 naik nol koma lima empat persen ke 5.567, dan NYSE Composite menguat nol koma nol empat persen ke posisi 18.099.
Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi, menyoroti langkah pemerintah Indonesia menghadapi tekanan tarif tinggi dari pemerintahan Trump, seraya mengingatkan pentingnya menjaga posisi tawar dalam diplomasi perdagangan internasional.
“Ungkapan Minang singguluang habih, takuluak habih menjadi sangat relevan. Pemerintah terlihat seperti sudah kehabisan amunisi diplomasi, dan mulai melepas konsesi satu per satu tanpa kepastian apa yang akan kita terima sebagai imbalannya,” ujar Syafruddin pada Rabu, 9 Maret 2025.
Ia mencontohkan sejumlah langkah seperti relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), proposal deregulasi non-tariff measures, dan peningkatan impor produk dari AS. Menurutnya, semua itu justru menunjukkan sikap defensif yang terlalu reaktif terhadap tekanan eksternal.
“Jika konsesi diberikan tanpa ada mekanisme counter-offer yang konkret, kita hanya menjual kedaulatan ekonomi dalam bentuk diskon,” katanya.
“Ini bukan strategi dagang, melainkan bentuk pengorbanan yang tidak layak,” imbuhnya.
Syafruddin juga mengingatkan pengalaman negara lain, seperti Vietnam, menunjukkan bahwa pendekatan lunak tidak selalu diterima dengan baik oleh negara mitra yang cenderung menerapkan proteksionisme ekstrem. Dalam konteks itu, Indonesia seharusnya belajar dan berhitung lebih tajam sebelum memberikan kelonggaran kebijakan.
“Diplomasi ekonomi harus bersandar pada musyawarah, kalkulasi manfaat, dan prinsip saling menguntungkan. Bukan karena tekanan jangka pendek seperti volatilitas pasar saham, lalu kita kehilangan arah dalam perundingan,” imbuhnya.
Ia mengusulkan agar pemerintah membuka diskusi nasional lintas sektor, melibatkan pelaku industri, akademisi, dan parlemen untuk memastikan setiap langkah negosiasi dagang betul-betul mewakili kepentingan rakyat dan bukan hanya respons sesaat terhadap tekanan global.
Ketergantungan dengan AS
Saat ini, pemerintah pun tengah berupaya bernegosiasi terhadap AS dengan tujuan menyetabilan ekonomi domestik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa meskipun hubungan dagang Indonesia dengan AS penting, meski pasar Indonesia tidak bergantung penuh pada Negeri Paman Sam.
Airlangga menyebut bahwa kontribusi pasar AS hanya sebesar 17 persen terhadap total perdagangan Indonesia, sementara 83 persen lainnya tersebar di berbagai kawasan strategis lainnya yang kini tengah digenjot pemerintah.
“Selanjutnya inilah 83 persen peluang pasar. Pasar Amerika dalam trade itu 17 persen. Sehingga 83 persen ini yang sekarang arahan Pak Presiden IUSEPA 31 isu yaitu masalah transparansi perdagangan. Dan dengan regulasi yang nanti Bapak Presiden umumkan itu selesai,” ujar Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa, 8 April 2025.
Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia tengah mendorong sejumlah inisiatif perjanjian dagang dan aliansi internasional sebagai upaya membuka akses pasar yang lebih luas di luar AS.
Salah satu strategi yang tengah ditempuh adalah memperkuat kerja sama dengan Uni Eropa melalui Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUSEPA), serta mendorong penyelesaian isu-isu perdagangan strategis.
“Jadi kita menyelesaikan Amerika dan menyelesaikan Eropa dalam langkah yang sama. Dan ini pasar besar 16,6 triliun dan untuk food apparel terbesar itu ada di Eropa bukan di Amerika,” tambahnya.
Airlangga menyoroti pentingnya kerja sama dalam kerangka Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang merupakan inisiatif dari Indonesia dan melibatkan negara-negara ASEAN dan mitra utama. Ia menyebut ekonomi di kawasan RCEP mencakup nilai sebesar USD24,6 triliun, yang memberikan peluang besar bagi ekspor nasional.
“RCEP itu yang basisnya ASEAN Plus itu juga kita perlu dorong karena ini adalah inisiatifnya Indonesia. Ekonominya juga besar 24,6 triliun,” tegasnya.
Tak hanya itu, Indonesia juga telah mengambil langkah aksesi terhadap Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), menyusul langkah strategis negara tetangga seperti Malaysia. CPTPP dinilai dapat menjadi alat penyeimbang terhadap dominasi pasar tradisional.
“Malaysia menggunakan CPTPP ini untuk membuka pasar dan Indonesia juga sudah melakukan aksesi terhadap CPTPP sehingga ini menjadi alternatif untuk balancing pasar,” kata Airlangga.
Lebih lanjut, Indonesia juga memperluas jangkauan kemitraan melalui blok BRICS. Presiden Prabowo Subianto, kata Airlangga, telah memutuskan bahwa Indonesia akan bergabung dengan New Development Bank (NDB), lembaga keuangan milik BRICS.
“BRICS kemarin Bapak Presiden sudah putuskan bahwa Indonesia ikut dalam New Development Bank. Sehingga dengan demikian kita sudah punya aliansi berbagai negara secara multilateral,” jelasnya.
Sementara itu, untuk membuka akses ke pasar Rusia, Airlangga menyebut bahwa Indonesia akan mempercepat kerja sama ekonomi dengan kawasan Eurasia.
“Dan yang terakhir Eurasia dengan Rusia. Tanggal 14 Deputi Prime Ministernya akan datang dan mudah-mudahan ini juga bisa kita akselerasi sehingga pasar Rusia pun akan terbuka,” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian global, Airlangga optimistis bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap solid. Ia menyebut bahwa APBN dan pasar domestik telah berfungsi sebagai penyangga utama saat krisis seperti pandemi, dan mekanisme ini kembali akan dimanfaatkan dalam menghadapi guncangan ekonomi dunia.
“Daya saing bisa meningkat, rating kita relatif stabil, sektor keuangan baik, walaupun ketidakpastian semakin meningkat tetapi domestic market dan APBN kita berfungsi sebagai shock absorber, Bapak Presiden. Dan ini sudah pernah kita lakukan pada saat Covid,” tegasnya.(*)