Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Masih Loyo, 196 Saham di Zona Merah

Mengutip RTI Business, sebanyak 108 saham terpantau menguat, 196 saham di zona merah, dan 224 saham mengalami stagnan.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 09 April 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
IHSG Masih Loyo, 196 Saham di Zona Merah IHSG pagi ini terpantau berada di zona merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  dibuka melemah sebesar 0,40 persen atau turun 23 poin ke level 5.972 pada perdagangan sesi I, Rabu, 9 April 2025.

Mengutip RTI Business, sebanyak 108 saham terpantau menguat, 196 saham di zona merah, dan 224 saham mengalami stagnan. Sementara itu, volume perdagangan sebesar  420.553 miliar lembar saham dengan  transaksi Rp333.647 miliar. 

Mengutip Stockbit, saham PT MDTV Media Technologies Tbk (NETV) berada di posisi teratas top gainer dengan lonjakan harga tertinggi sebesar 41 poin atau 26,11 persen ke level 198. 

Adapun PT Shield On Service Tbk (SOSS) bertengger di posisi kedua dengan kenaikan 81 poin (+17,46 persen) ke level 545. Diikuti PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) yang menghijau 625 poin (+10,55 persen) ke level 6.550.

Di peringkat keempat ditempati PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) dengan menguat 6 poin (+9,09 persen) ke level 72. PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) menempati posisi kelima dengan penguatan 75 poin (+6,98 persen ) ke level 1.150.

Di sisi lain, saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) memimpin daftar saham yang mengalami penurunan paling tajam, melemah sebesar 33 poin atau 14,86 persen ke level 189. Koreksi tajam ini diikuti oleh saham PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML) yang turun 12 poin atau 14,81 persen ke level 69.

Saham lain yang juga mengalami penurunan signifikan ialah PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK) turun 68 poin (-14,66 persen) ke 396, PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) yang koreksi 40 poin (-12,35 persen) ke 284, dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) melemah sebesar 430 poin (-10,51 persen) ke 3.660.

IHSG Diprediksi Tertekan

Adapun  Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 5,883 dan resistance pada level 6,012 dengan kecenderungan melemah.

"Secara teknikal, candle IHSG berbentuk bearish belt hold, di bawah MA5 dan MA20 serta indikator Stochastic dalam keadaan dead cross. Namun, seiring dengan melemahnya bursa saham global, maka kami proyeksikan hari ini IHSG akan mengalami pelemahan," tulis Reliance dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com.

Sementara iti Analis Teknikal dari MNC Sekuritas Herditya Wicaksana atau yang akrab disapa Didit, menjelaskan saat ini IHSG kemungkinan sedang bergerak di bagian wave (iii) dari wave [v] dalam skenario hitam.

“MeskIpin menguat, nampaknya akan terbatas untuk menguji rentang 6.026–6.114. Namun waspadai tetap koreksi lanjutan di mana IHSG akan mengarah ke 5.633–5.770,” ujar Didit dalam catatan teknikal harian yang dikutip KabarBursa, Selasa, 9 April 2025.

Dalam waktu dekat, kata Didit, IHSG diperkirakan akan bergerak dengan batas bawah (support) di kisaran 5.825 hingga 5.742. Sementara untuk batas atas (resistance), penguatan indeks kemungkinan tertahan di area 6.142 sampai 6.265. 

Artinya, meskipun ada peluang teknikal untuk naik, ruang geraknya masih terbatas dan rawan dibalik arah oleh tekanan jual.

Sisi Positif di Tengah Anjloknya IHSG

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan koreksi mendalam IHSG mencerminkan kepanikan pasar pasca libur panjang Lebaran.

Dia menjelaskan penurunan IHSG hari ini lebih disebabkan oleh sentimen eksternal dan reaksi emosional pasar, bukan karena kerusakan fundamental ekonomi dalam negeri.

Dikatakannya, saham-saham berkapitalisasi besar menjadi korban utama kepanikan pasar pasca lebaran. Seperti BBCA yang turun 12,94 persen, BBRI -14,57 persen, TLKM -14,94 persen, BBNI anjlok 13,21 persen, dan ASII dengan penurunan 3,46 persen. 

"Penurunan ini sangat dalam karena seluruh sentimen negatif global yang menumpuk selama libur langsung dicerminkan dalam satu sesi perdagangan," ujarnya kepada KabarBursa.com di Jakarta, Selasa, 8 April 2025.

Dia melanjutkan, faktor utama yang memicu aksi jual besar-besaran ini adalah pengumuman kebijakan tarif dagang baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menaikkan tarif hingga 32 persen terhadap sejumlah produk dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski indeks mengalami penurunan cukup dalam, tenyata ada sisi positif yang bisa diambil. Hendra menuturkan, koreksi ini bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang. 

"Untuk investor jangka panjang, ini justru menjadi momen penting untuk mencermati peluang akumulasi pada saham-saham dengan fundamental kuat yang terdampak berlebihan," jelasnya. 

Sementara bagi trader jangka pendek, lanjut Hendra, diimbau tetap mencermati volatilitas dan menunggu konfirmasi teknikal sebelum kembali masuk pasar. 

"Perhatian ke arah kebijakan fiskal dan diplomatik pemerintah Indonesia dalam menyikapi gejolak global akan menjadi kunci arah pasar dalam beberapa hari ke depan," tuturnya. 

Sisi positif lainnya adalah tekanan perang dagang menyebabkan harga minyak dunia turun hingga 21 persen. Menurut Hendra, hal ini justru menguntungkan Indonesia sebagai negara importir migas karena dapat menghemat hingga USD4 miliar. 

Selain itu, yield US Treasury yang turun mendorong arus modal ke negara berkembang, membuka peluang bagi pasar obligasi Indonesia untuk menguat. Dia bilang, Dolar AS yang melemah juga memberikan ruang stabilisasi bagi nilai tukar Rupiah. 

"Di sisi ekspor, Indonesia bisa memanfaatkan momen ini untuk mempercepat diversifikasi pasar ke negara-negara non-AS seperti India, ASEAN, Eropa, dan Afrika. Di tengah situasi ini, tekanan eksternal juga bisa menjadi momentum untuk memperkuat industri domestik melalui substitusi impor dan peningkatan efisiensi," tandasnya. 

Adapun secara teknikal, Hendra menyebut IHSG memiliki support kuat di area 5.800 yang menjadi batas psikologis dan teknikal penting, sementara resistance terdekat berada di level 6.000. 

Setelah trading halt, kata dia, biasanya kepanikan sedikit mereda dan pelaku pasar mulai rasional sehingga potensi technical rebound bisa terjadi.