Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analis Prediksi IHSG Stabil di Level 6.000

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 08 April 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Citra Dara Vresti Trisna
Analis Prediksi IHSG Stabil di Level 6.000 IHSG sempat merosot tajam pada sesi awal, mencatatkan penurunan sebesar 598,56 poin atau sembilan koma satu sembilan persen ke level 5.912,06 dari posisi penutupan sebelumnya di 6.510,62. (Foto: Kabar Bursa/Hutama Prayoga)

KABARBURSA.COM – IHSG sempat merosot tajam pada sesi awal, mencatatkan penurunan sebesar 598,56 poin atau sembilan koma satu sembilan persen ke level 5.912,06 dari posisi penutupan sebelumnya di 6.510,62. Pergerakan ini terjadi setelah pasar domestik menghadapi tekanan besar saat pembukaan perdana pascalibur Idul Fitri.

“Tekanan IHSG kami perkirakan masih akan berlanjut di sepanjang hari dengan estimasi kami IHSG mampu bertahan diatas level support psikologis 6.000 dengan asumsi ditopang perubahan ARB menjadi 15 persen untuk seluruh fraksi,” kata Analis Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi kepada kabarbursa.com saat dihubungi, Selasa, 8 April 2025.

Oktavianus menjelaskan bahwa anjloknya IHSG merupakan hasil dari tertundanya sentimen pasar selama libur Lebaran. Ia menyebut bahwa koreksi ini merupakan bentuk penyesuaian pasar atas kondisi global yang memburuk. 

“Kami berpandangan seiring dengan IHSG terjadi lag of sentimen saat libur bursa Lebaran, maka sesuai ekspektasi kami terjadi adjustment di pasar dengan tekanan jual yang besar hingga terjadi trading halt atau lebih dari 8 persen IHSG,” ujarnya.

Oktavianus juga menyoroti langkah regulator yang mengubah batas auto rejection bawah (ARB) menjadi minus 15 persen dan menyesuaikan ambang batas trading halt ke level minus 8 persen. Menurutnya, ini menjadi upaya otoritas pasar untuk menghindari jatuhnya indeks lebih dalam. 

“Kami berpandangan ini untuk meredam derasnya aksi jual oleh pasar, jika ARB tetap simetris maka kekhawatiran anjlok lebih dalam sangat terbuka,” tambahnya.

Namun, ia menekankan bahwa tekanan ini bersifat jangka pendek. Menurutnya, akar permasalahan bukan hanya teknikal, melainkan didorong oleh sentimen ekonomi makro dan kebijakan dagang proteksionis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia menyebut bahwa pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah konkret untuk mengembalikan kepercayaan pasar.

“Yang dibutuhkan untuk meredakan tekanan di pasar adalah langkah strategis pemerintah untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap USD, meyakinkan pertumbuhan ekonomi tetap di atas lima persen, serta respon strategi dan langkah praktis untuk menjaga surplus dagang Indonesia,” katanya.

Langsung Jeblok pada Awal Pembukaan

Berdasarkan pantauan kabarbursa.com, IHSG ditutup sementara pada sesi pertama perdagangan hari ini di level 6.008,477, turun 502,143 poin atau 7,71 persen dari penutupan sebelumnya. IHSG dibuka di level 5.914,288, mencatat titik terendah di 5.882,605, dan tertinggi di 6.030,366 sepanjang sesi pagi.

Volume transaksi mencapai 14,280 miliar lembar saham dengan total nilai perdagangan sebesar Rp12,575 triliun. Frekuensi transaksi tercatat sebanyak 888.589 kali. Hanya 23 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan harga, sementara 672 saham mengalami koreksi dan 93 saham lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar juga menyusut menjadi Rp10.315,467 triliun.

Dari sisi saham, Shield On Service Tbk (SOSS) menjadi top gainer dengan lonjakan 24,73 persen ke harga 464. Diikuti oleh Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) naik 13,04 persen ke 156 dan Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI) naik 7,14 persen ke 15. Sementara itu, saham Tunas Alfin Tbk (TALF) naik 6,62 persen dan Tigaraksasa Satria Tbk (TGKA) naik 6,20 persen.

Sebaliknya, Dunia Virtual Online Tbk (AREA) memimpin daftar top loser dengan koreksi 14,98 persen ke 386. Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) masing-masing turun 14,97 persen, diikuti oleh Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) yang turun 14,92 persen dan Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) yang terkoreksi 14,88 persen.

Secara sektoral, tekanan merata menghantam seluruh sektor. Sektor teknologi anjlok 10,19 persen, industri dasar turun 11,01 persen, siklikal minus 8,49 persen, dan energi turun 8,08 persen. Sektor keuangan turun 5,33 persen, infrastruktur 7,77 persen, dan transportasi 7,09 persen. Kesehatan melemah 7,26 persen, industri 7,63 persen, properti 6,31 persen, dan non-siklikal 5,03 persen.

Adopsi Sistem Global

Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi menyesuaikan pedoman terkait penanganan kelangsungan perdagangan dalam situasi darurat.

Apabila Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan lebih dari 8 persen, BEI akan langsung menerapkan penghentian sementara aktivitas perdagangan saham (trading halt) selama 30 menit.

Direktur BEI, Iman Rachman, mengungkapkan bahwa kebijakan trading halt dan batas auto rejection bawah (ARB) ini tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga telah diterapkan oleh bursa saham negara lain seperti Stock Exchange of Thailand (SET) dan Korea Exchange (KRX).

“Kami membandingkan trading halt ini dengan bursa yang ada, di regional misalnya Bursa Korea Selatan (Korsel) dan Bursa Thailand,” kata dia dalam konferensi pers di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa, 8 April 2025.

Lebih lanjut, Iman menjelaskan bahwa kebijakan tersebut disesuaikan dengan praktik-praktik umum yang telah diterapkan oleh pasar modal global.

“Jadi trading halt dan ARB ini juga kami benchmarking dengan bursa-bursa global," tutur Iman.

Dalam presentasi data yang ditampilkan saat konferensi pers, KRX diketahui memberlakukan trading halt pada level penurunan 8 persen, 15 persen, dan 20 persen, dengan durasi penghentian selama 20 menit.

Sementara itu, SET menerapkan kebijakan serupa dengan ambang batas yang sama, yakni 8 persen, 15 persen, dan 20 persen, serta durasi trading halt selama 30 menit.

BEI sendiri juga mengadopsi pendekatan serupa, di mana batas penurunan untuk memicu trading halt berada di level 8 persen, 15 persen, dan 20 persen, dengan waktu penghentian selama 30 menit.

Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyampaikan bahwa penyesuaian pada ketentuan ARB bertujuan untuk menjaga stabilitas harga serta memberikan perlindungan bagi investor.

Ia menambahkan bahwa kebijakan penghentian sementara perdagangan efek ini dilakukan guna menyediakan ruang likuiditas yang lebih luas, sehingga investor memiliki waktu yang cukup dalam menyusun strategi berdasarkan informasi yang tersedia.

“Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” ujarnya. (*)