Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ketidakpastian Global Dorong Arus Keluar Modal Asing

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 02 April 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Citra Dara Vresti Trisna
Ketidakpastian Global Dorong Arus Keluar Modal Asing Ketidakpastian global serta kebijakan moneter dalam negeri membuat stabilitas arus modal asing di Indonesia semakin rentan. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Ketidakpastian global serta kebijakan moneter dalam negeri membuat stabilitas arus modal asing di Indonesia semakin rentan. Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, menilai bahwa potensi spekulasi bisa memicu arus balik mendadak (sudden reversal) dari modal asing yang selama ini masuk ke Indonesia.

“Saat ini dan ke depan, yang sangat perlu diwaspadai adalah faktor spekulasi. Spekulasi terutama ditentukan oleh persepsi risiko yang bersumber pada kondisi global dan dalam negeri,” ujar Awalil dalam keterangannya pada Rabu, 2 April 2025

Ia menjelaskan, dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, pemilik modal akan semakin hati-hati dalam menilai keamanan dan keuntungan investasinya. Apalagi, investasi asing yang bersifat portofolio memiliki karakteristik yang mudah masuk dan keluar dalam waktu singkat.

“Terdapat modal asing berjenis investasi portofolio dan investasi lainnya yang relatif mudah masuk dan keluar dalam waktu singkat. Tentu saja nyaris tidak mungkin akan keluar seluruh atau sebagian besarnya dalam kurun satu triwulan,” jelasnya.

Namun, secara teori dan teknis, Awalil memperkirakan potensi arus modal keluar bisa mencapai 10 persen dari total investasi portofolio dan investasi lainnya, atau sekitar USD50 miliar. Jika skenario ini terjadi, maka kondisi tersebut bisa dikategorikan sebagai sudden reversal, mengingat tren yang selama ini cenderung menunjukkan arus modal masuk.

“Sebenarnya tren arus modal asing tidak bersifat masuk dalam nilai yang besar telah berlangsung selama lima tahun terakhir,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa bahkan pada 2020 dan 2022, modal asing sempat mengalami arus keluar, meskipun jumlahnya masih relatif kecil. “Setidaknya, selama lima tahun terakhir hanya masuk sebesar USD54,86 miliar,” tambahnya.

Selain itu, Awalil juga mengingatkan bahwa potensi keluarnya modal asing dapat memicu peningkatan arus keluar modal dari penduduk Indonesia sendiri.

“Selama ini saja sudah ada kecenderungan peningkatan arus keluar modal penduduk Indonesia, sebagaimana data PIII di atas,” katanya.

Ketidakpastian politik dan kondisi keuangan global saat ini bisa memperbesar risiko spekulasi serta mendorong investor untuk mengadopsi strategi berjaga-jaga.

Bahkan, tawaran imbal hasil tinggi dari instrumen keuangan domestik seperti SRBI, SBN, atau obligasi swasta Indonesia belum tentu cukup untuk mempertahankan dana asing tetap bertahan.

“Salah satu faktor yang menentukan adalah kejelasan arah kebijakan dari otoritas ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Untuk diketahui, Bank Indonesia melaporkan bahwa Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) pada akhir tahun 2024 masih sebesar USD 245,29 miliar. 

PIII mencerminkan neraca yang menunjukkan nilai modal finansial milik asing di Indonesia serta nilai modal finansial milik penduduk Indonesia di luar negeri, ditambah dengan posisi cadangan devisa.

Modal finansial milik penduduk Indonesia biasa disebut Aset Finansial Luar Negeri (AFLN). Posisi AFLN pada akhir 2024 tercatat sebesar USD522,81 miliar, termasuk cadangan devisa sebesar USD155,72 miliar. Jika cadangan devisa tidak dihitung, maka AFLN berada di angka USD367,09 miliar.

Sementara itu, modal finansial milik asing di Indonesia atau Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) mencapai USD768,10 miliar pada akhir 2024. Angka ini meningkat USD24,93 miliar dibandingkan posisi akhir 2023 yang sebesar USD743,17 miliar.

Tren Penurunan Posisi Investasi Neto

Ekonom Bright Indonesia, Awalil Rizky, mencatat bahwa posisi PIII neto mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. 

“Posisi pada akhir 2024 lebih kecil dibanding akhir 2019 yang mencapai USD 337,92 miliar. Bahkan selama era Jokowi, terjadi penurunan dari posisi akhir 2014 yang sebesar USD 383,97 miliar,” jelasnya.

Meskipun KFLN terus meningkat, dari USD585,88 miliar pada 2014 menjadi USD713,24 miliar pada 2019 dan mencapai USD768,10 miliar pada 2024, AFLN justru meningkat lebih pesat. 

“AFLN tumbuh dari USD201,91 miliar pada 2014 menjadi USD375,32 miliar pada 2019, dan mencapai USD522,81 miliar pada 2024. Peningkatannya dalam 10 tahun mencapai 158,93 persen, atau 121,69 persen jika tidak mencakup cadangan devisa,” ungkapnya.

Posisi Investasi Berdasarkan Jenis

PIII mencakup empat jenis investasi utama, yaitu Investasi Langsung, Investasi Portofolio, Derivatif Finansial, dan Investasi Lainnya. Namun, Derivatif Finansial memiliki nilai yang kecil sehingga sering diabaikan dalam analisis.

1. Investasi Langsung

Investasi langsung terkait kepemilikan atau pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang. Pada akhir 2024, posisi modal milik asing dalam bentuk investasi langsung di Indonesia mencapai USD310,55 miliar.

“Posisi ini memang meningkat selama era Jokowi, namun lajunya tidak terlalu pesat. Dari USD229,60 miliar pada akhir 2014, hanya meningkat 35,26 persen dalam 10 tahun,” jelas Awalil.

Sebaliknya, investasi langsung penduduk Indonesia ke luar negeri tumbuh lebih cepat. “Dari USD37,51 miliar pada 2014, meningkat hampir 3,5 kali lipat menjadi USD129,42 miliar pada akhir 2024,” katanya.

2. Investasi Portofolio

Investasi portofolio mencakup saham, obligasi, dan surat berharga lainnya yang lebih bersifat spekulatif. Posisi modal asing dalam investasi portofolio di Indonesia mencapai USD 278,74 miliar pada akhir 2024, meningkat dari USD 204,79 miliar pada 2014 atau naik 36,11 persen dalam 10 tahun.

Namun, investasi portofolio penduduk Indonesia di luar negeri meningkat lebih pesat, meskipun nilainya masih relatif kecil. 

"Dari USD 12,17 miliar pada akhir 2014, naik lebih dari tiga kali lipat menjadi USD 37,75 miliar pada akhir 2024,” jelas Awalil.

3. Investasi Lainnya

Kategori ini mencakup utang dagang, pinjaman, serta uang dan simpanan di lembaga keuangan. Posisi investasi asing dalam kategori ini di Indonesia pada akhir 2024 sebesar USD 177,86 miliar, meningkat dari USD 151,36 miliar pada 2014 atau hanya naik 17,51 persen dalam 10 tahun.

Namun, investasi jenis ini dari penduduk Indonesia ke luar negeri meningkat lebih cepat. 

“Dari USD40,21 miliar pada akhir 2014, meningkat hampir lima kali lipat menjadi USD199,19 miliar pada akhir 2024. Bahkan, selama tiga tahun terakhir, posisi investasi jenis ini telah melampaui milik asing di Indonesia,” ujar Awalil. (*)