KABARBURSA.COM – PT Timah Tbk, bagian dari holding industri pertambangan MIND ID, resmi menjalin kerja sama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dalam bentuk fasilitas notional pooling untuk memperkuat manajemen keuangan perusahaan. Kesepakatan ini ditandatangani pada 14 Maret 2025, dan menjadi bagian dari strategi keuangan terintegrasi Grup MIND ID.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan bahwa kerja sama ini melibatkan penandatanganan layanan jasa notional pooling antara BRI dan Grup MIND ID, termasuk emiten berkode saham TINS itu sebagai salah satu entitas anak. Skema national pooling memungkinkan pengelolaan kas antaranak perusahaan secara terpusat dengan tetap menjaga fleksibilitas masing-masing akun, sehingga menciptakan efisiensi likuiditas dan optimalisasi dana di tingkat grup.
“Perseroan telah menandatangani fasilitas pinjaman notional pooling dengan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,” papar Division Head Corporate Secretary Rendi Kurniawan dana keterbukaan informasi, dikutip Selasa 1 April 2025.
Manajemen menegaskan bahwa kerja sama ini tidak memiliki dampak langsung terhadap operasional, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha Timah. Namun, penguatan dalam sistem pengelolaan kas diyakini mampu memberikan manfaat jangka panjang dalam efektivitas pembiayaan dan efisiensi biaya dana.
MIND ID, sebagai holding BUMN sektor pertambangan, terdiri dari beberapa perusahaan strategis seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, dan PT Timah Tbk. Dengan pendekatan cash pooling seperti ini, holding dapat mengurangi kebutuhan dana eksternal dan mengefisienkan bunga pinjaman melalui pengelolaan terpusat dana kas dan kredit.
BRI sendiri merupakan bank pelat merah dengan spesialisasi kuat di sektor ritel dan UMKM, namun dalam beberapa tahun terakhir gencar memperluas layanannya ke sektor korporasi, termasuk dalam penyediaan solusi manajemen treasury dan likuiditas.
Langkah kerja sama diharapkan memperkuat posisi BRI sebagai mitra utama perusahaan BUMN strategis, terutama dalam menawarkan layanan keuangan inovatif seperti notional pooling, cash management, dan pembiayaan berbasis rantai pasok.
Performa dan Tantangan Timah
PT Timah Tbk sepanjang 2024 menghadapi tekanan berat akibat pelemahan harga timah dunia yang turun hampir 14 persen secara tahunan. Kondisi ini turut mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perseroan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2024, TIMAH mencatatkan penurunan laba bersih signifikan hingga 36 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Namun, dari sisi produksi, perseroan masih menunjukkan ketahanan operasional dengan volume produksi logam timah mencapai 19.000 ton hingga September 2024. Perusahaan juga tetap menjalankan inisiatif efisiensi dan perbaikan tata kelola lingkungan, seiring meningkatnya tekanan global terhadap praktik pertambangan yang berkelanjutan.
PT Timah Tbk emiten pertambangan timah milik negara dengan kode emiten TINS, berhasil mencatatkan pemulihan kinerja keuangan yang signifikan sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data hingga kuartal III 2024, TINS mencetak laba bersih sebesar Rp547 miliar, membalikkan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp450 miliar. Secara tahunan (annualised), perseroan diproyeksikan membukukan laba sebesar Rp1,21 triliun.
Kinerja tersebut memberikan sinyal positif setelah dua tahun berturut-turut TINS mencatatkan penurunan laba. Pada tahun 2022, laba bersih tercatat sebesar Rp1,04 triliun, namun pada 2023 mengalami tekanan hingga mencatat rugi bersih. Sepanjang tiga kuartal 2024, TINS menunjukkan tren pemulihan yang konsisten, dengan laba kuartal II sebesar Rp405 miliar dan kuartal III sebesar Rp474 miliar.
Meski mencatat pemulihan laba, hingga saat ini TINS belum mengumumkan pembagian dividen tahun buku 2024, menyusul nihilnya distribusi dividen pada 2023 akibat rugi bersih yang dicatatkan. Sebelumnya, pada 2022, TINS membagikan dividen sebesar Rp41,95 per saham dengan payout ratio 30 persen dan dividend yield 4,42 persen.
Dari sisi valuasi, saham TINS masih tergolong menarik. Dengan current PE ratio (annualised) sebesar 5,90 kali dan current price to book value di level 1,00 kali, valuasi saham dinilai masih berada di bawah rata-rata sektor pertambangan logam dasar. Price to sales ratio berada di level 0,70 kali, sedangkan EV/EBITDA sebesar 3,64 kali, mencerminkan valuasi yang cukup murah untuk emiten BUMN tambang dengan fundamental mulai pulih.
TINS memiliki market cap sebesar Rp7,15 triliun dengan jumlah saham beredar mencapai 7,45 miliar saham. Dari sisi profitabilitas, earning per share (EPS) tahunan mencapai Rp162,69, sementara EPS TTM sebesar Rp73,38. Arus kas operasional juga terjaga dengan price to cashflow di level 3,50 dan price to free cashflow sebesar 4,28.
Meskipun demikian, harga saham TINS pada perdagangan terakhir ditutup melemah 0,52 persen ke level Rp960 per saham. Sepanjang hari, saham sempat menyentuh level tertinggi di Rp965 dan terendah di Rp935, mencerminkan volatilitas yang masih terjadi di tengah ketidakpastian harga komoditas global.
Kinerja positif TINS tahun ini turut didukung oleh harga timah dunia yang cenderung stabil setelah sempat berfluktuasi tajam sepanjang 2023. Permintaan global yang mulai pulih, terutama dari sektor elektronik dan energi terbarukan, turut mendorong prospek cerah bagi produsen timah seperti TINS.
Langkah Efisiensi dan Diversifikasi
Selain penguatan sisi permodalan dan likuiditas, PT Timah Tbk juga terus menjajaki diversifikasi usaha termasuk potensi pengembangan logam tanah jarang (rare earth) yang selama ini menjadi limbah dari proses penambangan timah. Inisiatif ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi dan nilai tambah komoditas tambang nasional.
Direktur Utama TINS, Ahmad Dani Virsal, dalam pernyataan sebelumnya menegaskan bahwa TIMAH akan fokus memperbaiki struktur biaya, memaksimalkan aset produktif, serta menjalin sinergi dengan holding dalam mendukung ketahanan finansial di tengah fluktuasi harga komoditas.
Kerja sama TINS dengan BRI menunjukkan sinergi antar BUMN yang semakin diperkuat dalam konteks efisiensi keuangan dan dukungan terhadap program transformasi industri pertambangan nasional. Dalam jangka panjang, skema seperti notional pooling diproyeksikan mampu meningkatkan daya saing finansial perusahaan tambang nasional di kancah global.
Kolaborasi antara TINS dan BRI tidak hanya mencerminkan efisiensi operasional, tetapi juga menjadi bagian dari upaya memperkuat struktur keuangan BUMN strategis dalam menghadapi tantangan global. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.