KABARBURSA.COM – Harga emas terus melanjutkan tren kenaikan, sementara logam industri seperti tembaga dan baja mengalami tekanan pada perdagangan terbaru.
Berdasarkan data Trading Economics yang dirilis Selasa, 1 April 2025 pukul 06:59 WIB, harga emas naik 1,17 persen ke level USD 3.120,57 per troy ons, melanjutkan kenaikan mingguan sebesar 3,70 persen dan secara year-to-date telah menguat 18,93 persen. Dalam satu tahun terakhir, emas telah melonjak 38,69 persen seiring dengan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Di sisi lain, perak justru terkoreksi tipis 0,13 persen ke USD 34,046 per troy ons meskipun dalam sepekan masih mencatat kenaikan 3,43 persen. Sepanjang tahun berjalan, perak telah menguat 17,93 persen, sementara dalam setahun terakhir lonjakan harga mencapai 35,75 persen.
Komoditas tembaga mengalami tekanan dengan harga turun 1,03 persen menjadi USD 5,0376 per pon. Secara mingguan, tembaga melemah 0,31 persen, namun secara bulanan masih mencatat kenaikan 10,15 persen. Tahun ini, harga tembaga sudah naik 26,60 persen dan dalam satu tahun terakhir melonjak 24,54 persen, didorong oleh permintaan industri yang kuat.
Di sektor baja, harga HRC Steel tetap stabil di USD 890 per ton. Namun, baja dalam denominasi yuan (CNY) mencatat pelemahan, dengan harga turun 1,19 persen menjadi CNY 3.159 per ton. Dalam sepekan baja telah terkoreksi 1,40 persen dan secara bulanan turun 4,16 persen.
Harga bijih besi juga melemah dengan kontrak di China turun 0,64 persen menjadi CNY 773 per ton, sementara dalam denominasi dolar AS masih stagnan di USD 102,43 per ton. Secara tahunan, bijih besi dalam CNY naik 0,65 persen, sedangkan dalam USD hanya naik 0,10 persen.
Lithium, bahan baku utama baterai kendaraan listrik, masih dalam tren penurunan dengan harga turun 0,20 persen menjadi CNY 74.000 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga lithium terkoreksi 1,40 persen dan dalam satu tahun terakhir turun tajam 31,16 persen akibat melambatnya permintaan sektor kendaraan listrik.
Sementara itu, harga platinum melonjak 2,90 persen menjadi USD 1.010,20 per troy ons. Dalam sepekan, platinum telah naik 4,88 persen dan secara tahunan meningkat 12,06 persen.
Adapun harga titanium tetap stabil di CNY 48 per kilogram, mencatat kenaikan bulanan 2,13 persen dan secara tahunan masih melemah 8,57 persen.
Tren harga logam saat ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi global, dengan permintaan logam mulia yang meningkat sebagai aset lindung nilai, sementara logam industri menghadapi tekanan akibat fluktuasi permintaan dan kebijakan ekonomi di China sebagai salah satu konsumen utama.
Dari hari sebelumnya, kian naik harganya padahal data perdagangan emas dunia kemarin 31 Maret 2025 tercatat naik 5,81 poin atau 0,19 persen ke level USD3.090,16 per troy ons. Penguatan ini mencerminkan sentimen positif di pasar logam mulia, didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter global serta meningkatnya permintaan aset safe-haven.
Selain emas, harga perak juga mencatat kenaikan sebesar 0,027 poin atau 0,08 persen ke level USD34,117 per troy ons. Sementara itu, harga tembaga menguat 0,50 persen menjadi USD5,12 per pon.
Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa lonjakan harga emas ini didorong oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan Amerika Serikat. "Kenaikan harga emas saat ini tidak lepas dari pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif dua puluh lima persen pada semua impor dari negara-negara yang membeli minyak atau gas dari Venezuela, mulai 2 April mendatang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran pasar akan terganggunya rantai pasokan energi global," ujar Ibrahim dalam keterangan resminya dikutip Senin, 31 Maret 2025.
Selain itu, tensi perdagangan antara AS dan Kanada turut memperburuk sentimen pasar. Trump juga berencana memberlakukan tarif balasan sebesar dua puluh lima persen pada impor mobil dan suku cadang dari Kanada.
Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Kanada menyatakan bahwa hubungan perdagangan historis dengan AS akan berakhir pada 2 April, dan menyerukan negosiasi ulang yang lebih komprehensif. "Kanada kini harus menyesuaikan ekonominya menghadapi perang dagang yang terus berkecamuk dengan AS," tambah Ibrahim.
Di sisi lain, kebijakan proteksionisme Trump ini juga menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor. "Ada kekhawatiran bahwa keputusan Trump bisa berbalik dan justru memperburuk stabilitas ekonomi global. Investor cenderung mencari aset aman seperti emas di tengah kondisi ini, sehingga harga emas terus menguat," lanjutnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, emas masih berpotensi mengalami kenaikan lebih lanjut. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan kebijakan perdagangan global dan sentimen pasar guna mengambil keputusan investasi yang tepat.
Kebijakan Moneter Global
Harga emas dunia menguat pada perdagangan terbaru, naik 5,81 poin atau 0,19 persen ke level USD3.090,16 per troy ons. Penguatan ini mencerminkan sentimen positif di pasar logam mulia, didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter global serta meningkatnya permintaan aset safe-haven.
Dilansir dari data Trading Economic pada 31 Maret 2025, selain emas, harga perak juga mencatat kenaikan sebesar 0,027 poin atau 0,08 persen ke level USD34,117 per troy ons. Sementara itu, harga tembaga menguat 0,50 persen menjadi USD5,12 per pon.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami tekanan, seperti baja yang turun 11 poin atau 0,34 persen ke level USD 3.197 per metrik ton, serta lithium yang melemah 0,20 persen menjadi USD 74.150 per metrik ton. Harga platinum juga mengalami koreksi tipis 0,09 persen ke USD 980,80 per troy ons.
Penguatan harga emas dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global serta ekspektasi investor terhadap kebijakan bank sentral. Analis memperkirakan volatilitas masih akan berlanjut seiring dengan perkembangan data ekonomi makro dan pergerakan suku bunga di berbagai negara.
Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa lonjakan harga emas ini didorong oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan Amerika Serikat. "Kenaikan harga emas saat ini tidak lepas dari pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif dua puluh lima persen pada semua impor dari negara-negara yang membeli minyak atau gas dari Venezuela, mulai 2 April mendatang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran pasar akan terganggunya rantai pasokan energi global," ujar Ibrahim dalam keterangan resminya di Jakarta dikutip Senin, 31 Maret 2025.
Selain itu, tensi perdagangan antara AS dan Kanada turut memperburuk sentimen pasar. Trump juga berencana memberlakukan tarif balasan sebesar dua puluh lima persen pada impor mobil dan suku cadang dari Kanada.
Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Kanada menyatakan bahwa hubungan perdagangan historis dengan AS akan berakhir pada 2 April, dan menyerukan negosiasi ulang yang lebih komprehensif. "Kanada kini harus menyesuaikan ekonominya menghadapi perang dagang yang terus berkecamuk dengan AS," tambah Ibrahim.
Di sisi lain, kebijakan proteksionisme Trump ini juga menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor. "Ada kekhawatiran bahwa keputusan Trump bisa berbalik dan justru memperburuk stabilitas ekonomi global. Investor cenderung mencari aset aman seperti emas di tengah kondisi ini, sehingga harga emas terus menguat," lanjutnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, emas masih berpotensi mengalami kenaikan lebih lanjut. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan kebijakan perdagangan global dan sentimen pasar guna mengambil keputusan investasi yang tepat.(*)