Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Sempat Dibantah, Isu Merger GOTO-Grab Gorengan?

Isu tentang merger GOTO dan Grab kembali mencuat. Padahal dulu sempat dibantah oleh manajemen GOTO, benarkah isu ini hanya sebatas gorengan.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 March 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Yunila Wati
Sempat Dibantah, Isu Merger GOTO-Grab Gorengan? Ilustrasi merger GOTO dan Grab. Foto: Kabar Bursa

KABARBURSA - Sempat dibantah manajemen PT Gojek Tokopedia Tbk atau dalam kode saham GOTO, isu rencana akuisisi Grab kembali mencuat.

Isu merger kembali diperbincangkan setelah Reuters pada 26 Maret 2025 kemarin memberitakan, perusahaan ride hailing dan layanan pengiriman asal Singapura itu tengah mencari pinjaman sebesar USD2 miliar atau setara Rp33,80 triliun dalam krus Rp16.540. Pinjaman tersebut berupa bridge loan atau sifatnya pinjaman jangka pendek.

Menurut sumber Reuters, dana yang terhimpun nantinya untuk mengakuisisi GOTO dan pembicaraan akuisisi baru sampai tahap awal.

Sementara itu, Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) dan Komisi Persaingan dan Konsumen (KPPU) Indonesia mengaku belum memperoleh pemberitahuan perihal rencana akuisisi tersebut.

Isu merger Grab dan GOTO bukan pertama kali mencuat tapi sudah lama. Bahkan pada Februari 2025 ini spekulasi mengenai percepatan pembicaraan merger antara Grab dan GOTO kembali mencuat di berbagai media. Spekulasi itu di antaranya memuat diskusi soal rencana merger yang dikabarkan makin intensif dengan target kesepakatan dilakukan tahun ini.

Manajemen GOTO menegaskan kabar tersebut tidak berdasar dan hanya sebatas spekulasi. GOTO menyatakan hingga saat ini tidak ada kesepakatan dengan pihak mana pun perihal transaksi merger seperti yang ramai diberitakan di media. GOTO menegaskan fokusnya tetap pada strategi pertumbuhan yang telah direncanakan tanpa adanya rencana konsolidasi dengan Grab.

“Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Sekretaris Perusahaan GOTO, Koesoemohadiani, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2025.

Koesoemohadiani memastikan isu merger tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan operasional maupun kelangsungan usaha perusahaan.

GOTO menyatakan hingga saat ini tidak ada kesepakatan dengan pihak mana pun perihal transaksi merger seperti yang ramai diberitakan di media. GOTO menegaskan fokusnya tetap pada strategi pertumbuhan yang telah direncanakan tanpa adanya rencana konsolidasi dengan Grab.

Koesoemohadiani memastikan isu merger tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan operasional maupun kelangsungan usaha perusahaan. Sebelumnya, spekulasi mengenai percepatan pembicaraan merger antara Grab dan GOTO kembali mencuat di berbagai media. Spekulasi itu di antaranya memuat diskusi soal rencana merger yang dikabarkan makin intensif dengan target kesepakatan dilakukan tahun ini.

Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuabi, sempat menilai rumor merger yang beredar bisa jadi merupakan upaya untuk menggoreng saham agar harganya naik, mengingat ketidakpastian di pasar saham dan harapan para investor terhadap merger dengan Grab.

"Sebenarnya GOTO dengan Grab itu kan melakukan akusi seharusnya tahun-tahun sebelumnya. Tetapi karena tidak adanya satu persepakatan," kata Ibrahim kepada Kabarbursa.com di Jakarta pada Rabu, 5 Februari 2025.

Menurut dia masih ada kemungkinan merger itu benar-benar dilakukan jika ada kesepakatan, mengingat lokasi perusahaan ini menguasai pangsa pasar Asia Tenggara. "Grab posisinya di Singapura. Nah GOTO di Indonesia. Mereka beroperasi di Asia Tenggara, jika dikawinkan ini cukup tepat," ucap dia.

Lanjut dia, meski Grab dan GOTO sebelumnya sempat gagal mencapai kesepakatan untuk akuisisi, kemungkinan merger di tahun 2025 masih bisa terjadi, mengingat kedua perusahaan memiliki operasi yang saling melengkapi di Asia Tenggara. 

"Ini sudah terdengar, dan kalau nanti terjadi, bisa jadi sangat menguntungkan bagi kedua pihak," ujar dia.

Dihubungi terpisah mengenai isu baru ini, GOTO belum memberikan keterangan resminya apakah kabar merger ini benar-benar dibahas lagi.

Diberitakan KabarBursa.com sebelumnya, saham GOTO menunjukkan peningkatan pendapatan bruto sebesar 30 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp18,1 triliun, didorong oleh pertumbuhan nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value/GTV) yang mencapai Rp519,8 triliun, naik 29 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan Rabu, 12 Maret 2025, peningkatan kinerja ini juga tercermin dari margin kontribusi yang mencapai Rp5,6 triliun, naik 73 persen yoy, mencerminkan efisiensi operasional yang semakin baik. Salah satu pencapaian utama adalah perolehan laba EBITDA yang disesuaikan (Adjusted EBITDA) sebesar Rp386 miliar, dibandingkan dengan rugi Rp2,25 triliun pada tahun sebelumnya.

Keberhasilan GoTo dalam mencatatkan kinerja positif tidak terlepas dari strategi transformasi bisnis yang dilakukan sepanjang 2024. De-konsolidasi Tokopedia dan layanan logistik terkait sejak awal 2023 membantu perusahaan lebih fokus pada pertumbuhan layanan inti. Langkah ini berdampak positif pada efisiensi biaya serta peningkatan kontribusi dari layanan fintech dan on-demand services.

"Sepanjang tahun 2024, kami terus mencari cara baru dan efektif untuk memenangkan persaingan ketat dalam menjangkau konsumen Indonesia. Melalui inovasi produk yang konsisten dan eksekusi yang unggul, kami berhasil melampaui panduan yang telah ditetapkan, dengan pencapaian EBITDA grup yang disesuaikan sebesar Rp386 miliar untuk setahun penuh serta mencatatkan kuartal pertama dengan EBITDA yang disesuaikan positif pada unit bisnis Financial Technology," ujar Patrick Walujo, Direktur Utama Grup GoTo.

Segmen layanan keuangan digital (fintech) mencatat pertumbuhan signifikan dengan GTV naik 30 persen yoy, sementara pendapatan bruto meningkat 95 persen. Layanan GoPay Later juga mencatat lonjakan pinjaman yang belum dilunasi hingga Rp5,2 triliun, naik 172 persen yoy.

"Kami telah melihat peningkatan yang signifikan dalam jumlah pengguna sepanjang tahun dan mengharapkan hal ini akan terus berlanjut hingga tahun 2025 seiring dengan strategi ekosistem kami yang terus terbukti efektif. Ke depan, kami akan semakin memperkuat bisnis kami melalui inovasi, baik dari sisi operasional maupun di level produk, untuk meningkatkan pendapatan, meningkatkan efisiensi biaya, serta menghadirkan layanan yang lebih terarah dan dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan," ujar Patrick, menambahkan.

Di sisi lain, layanan on-demand, yang mencakup transportasi dan pengiriman makanan, juga tumbuh pesat dengan GTV meningkat 17 persen yoy, didorong oleh peningkatan permintaan dan ekspansi layanan premium seperti Food Express, yang kini menyumbang 28 persen dari total GTV makanan.

Melihat tren pertumbuhan yang kuat, GoTo menargetkan EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp1,4-Rp1,6 triliun pada 2025, dengan peningkatan efisiensi dan ekspansi bisnis yang lebih luas, khususnya di sektor fintech dan layanan digital.

Dengan ekosistem yang semakin kuat, peningkatan sinergi layanan, serta dorongan inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI), GoTo optimistis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan dan mempercepat langkah menuju profitabilitas yang lebih besar di tahun-tahun mendatang.

Simon Ho, Direktur Keuangan Grup GoTo menambahkan perbaikan pada pendapatan dan profitabilitas mencerminkan pertumbuhan yang terus berlanjut dari layanan inti serta efektivitas strategi pengelolaan biaya yang telah diterapkan di seluruh lini bisnis.

"GTV inti Grup dan pendapatan kami terus meningkat secara konsisten sepanjang tahun, di sisi lain, pendekatan efisiensi biaya yang lebih terperinci, memungkinkan kami menurunkan beban kas rutin tetap sebesar 3 persen sepanjang tahun penuh menjadi Rp5,3 triliun. Fondasi keuangan yang sehat yang telah kami bangun pada 2024 menempatkan kami dalam posisi yang kuat untuk terus menjalankan strategi kami pada tahun 2025," terang Simon.

Sejalan dengan laporan keuangan yang solid, saham GOTO mengalami kenaikan signifikan sebesar 3,75 persen pada perdagangan hari ini, Rabu (12/3), ditutup di level Rp83 dari harga pembukaan Rp80. Sepanjang tahun ini (year to date/YTD), saham GOTO telah meningkat 18,57 persen, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek perusahaan.

Volume perdagangan saham mencapai 3,42 miliar lembar, mendekati rata-rata volume harian 3,97 miliar lembar. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp281,1 miliar, dengan frekuensi perdagangan mencapai 25.593 kali.

Pada perdagangan hari terakhir sebelum libur panjang Nyepi dan Hari Raya IdulFitri 2025. Pada Kamis, 27 Maret 2025 saham GOTO berada di harga Rp83 per lembarnya.(*)