Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Strategi Baru TOWR: Right Issue dan Optimalisasi Aset

Rights issue ini akan dilaksanakan dengan rasio dan harga pelaksanaan yang mengalami penyesuaian dari rencana semula.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Strategi Baru TOWR: Right Issue dan Optimalisasi Aset Ilustasi PT Sarana Menara Nusantara. Foto: TOWR

KABARBURSA.COM - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, berencana menggelar rights issue pada kuartal II-2025 setelah sebelumnya menunda aksi korporasi ini pada Desember 2024. Keputusan penundaan tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi makroekonomi dan dinamika pasar, termasuk fluktuasi harga saham perseroan.

Rights issue ini akan dilaksanakan dengan rasio dan harga pelaksanaan yang mengalami penyesuaian dari rencana semula. Awalnya, perseroan menargetkan dana sebesar Rp4,5 triliun melalui penerbitan 5 miliar saham baru dengan rasio 1.001:100, yang berpotensi menyebabkan dilusi hingga 9,08 persen. Harga pelaksanaan pada saat itu direncanakan sebesar Rp900 per saham.

Dalam paparan publik terbarunya, manajemen TOWR mengungkapkan bahwa belanja modal (capex) tahun ini diperkirakan mencapai Rp 5-6 triliun. Strategi utama perseroan akan berfokus pada optimalisasi aset dan struktur keuangan melalui rights issue. 

Pengembangan infrastruktur tetap dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan dinamika industri telekomunikasi, termasuk tren konsolidasi operator dan persaingan ketat di segmen fixed broadband.

Perseroan memperkirakan jumlah tenant tetap stabil secara tahunan, dengan mempertimbangkan dampak merger antara XL Axiata (EXCL) dan Smartfren Telecom (FREN). Sementara itu, segmen fiber diproyeksikan mengalami pertumbuhan melalui peningkatan utilisasi aset yang sudah ada, baik dalam sub-segmen fiber to the tower (FTTT) maupun fiber to the home (FTTH).

Akuisisi PT Remala Abadi Tbk (DATA) juga menjadi bagian dari strategi ekspansi TOWR dalam meningkatkan utilisasi aset fiber. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pendapatan, khususnya di segmen konektivitas.

Dari sisi kinerja keuangan, TOWR mencatatkan laba bersih sebesar Rp888 miliar pada kuartal IV-2024, meningkat 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan 5 persen secara kuartalan. Dengan demikian, total laba bersih TOWR sepanjang 2024 mencapai Rp3,3 triliun, tumbuh 3 persen secara tahunan. Pencapaian ini sesuai dengan ekspektasi, yakni 99 persen dari estimasi konsensus untuk tahun tersebut.

Secara operasional, laba usaha perseroan pada 2024 meningkat 7 persen menjadi Rp7,6 triliun, sedikit lebih tinggi dari proyeksi awal yang berada pada kisaran 103 persen dari estimasi konsensus. Peningkatan ini didukung oleh rampungnya akuisisi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) pada semester II-2024.

Untuk prospek ke depan, manajemen TOWR memperkirakan pertumbuhan pendapatan dalam kisaran low single digit. Margin EBITDA diproyeksikan sedikit tertekan akibat meningkatnya kontribusi dari segmen fiber dan konektivitas, yang memiliki margin lebih rendah dibandingkan bisnis menara telekomunikasi.

Dengan strategi yang terukur dan optimalisasi aset yang terus dilakukan, PT Sarana Menara Nusantara Tbk berupaya memperkuat posisinya dalam industri telekomunikasi Indonesia, sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan infrastruktur digital yang terus meningkat.

Alasan Pembatalan Right Issue

Sebelumnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) memutuskan untuk menunda rencana Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD I) atau rights issue yang sebelumnya tengah menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dinamika makroekonomi dan kondisi pasar terkini.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Sekretaris Perusahaan PT Sarana Menara Nusantara Tbk Monalisa Irawan, menyatakan bahwa penundaan ini dilakukan sejalan dengan pergerakan harga saham perusahaan serta evaluasi terhadap kebutuhan internal. Perseroan akan melakukan kajian ulang terhadap struktur rights issue, termasuk jumlah peningkatan modal dan harga penawaran per saham, agar lebih sesuai dengan perkembangan pasar.

Manajemen TOWR menegaskan bahwa seluruh aksi korporasi yang dilakukan ke depan akan tetap berpedoman pada regulasi pasar modal yang berlaku. Mereka juga memastikan bahwa keputusan penundaan ini tidak memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap operasional, aspek hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha perusahaan.

Keputusan strategis yang diambil oleh TOWR mencerminkan kehati-hatian dalam menghadapi dinamika ekonomi serta memastikan bahwa langkah korporasi yang diambil tetap selaras dengan kondisi pasar. 

Dengan pendekatan ini, perseroan diharapkan dapat lebih optimal dalam merancang strategi pendanaan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham di masa mendatang.

Harga Saham Mengalami Tekanan 

Saham Tower saat ini mengalami tekanan dengan harga terkini berada di level Rp505, turun Rp20 atau 3,81 persen dari sesi sebelumnya. Pergerakan saham pada hari ini mencatatkan harga pembukaan di Rp520, dengan titik tertinggi mencapai Rp530 sebelum akhirnya menyentuh level terendah di Rp505. 

Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp25,76 triliun, saham Tower tetap menjadi salah satu pemain utama di industri telekomunikasi.

Dari sisi valuasi, saham ini memiliki price-to-earnings (P/E) ratio sebesar 7,68, yang menunjukkan bahwa valuasi saham masih cukup menarik dibandingkan dengan industri sejenis. Sementara itu, dividend yield sebesar 5,17 persen menandakan bahwa saham Tower memberikan potensi imbal hasil dividen yang cukup menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif dari investasi mereka.

Melihat pergerakan harga dalam satu tahun terakhir, saham ini sempat menyentuh harga tertinggi di Rp885, sementara titik terendahnya berada di Rp496. Hal ini menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi, di mana saham ini telah mengalami koreksi signifikan dari puncaknya. 

Penurunan harga ini bisa menjadi peluang bagi investor yang ingin masuk di valuasi yang lebih murah, namun tetap harus mempertimbangkan prospek bisnis perusahaan ke depan.

Secara teknikal, harga saham yang mendekati level terendah dalam satu tahun terakhir dapat menjadi indikasi adanya potensi rebound jika sentimen pasar membaik. Namun, jika tekanan jual masih berlanjut dan harga turun di bawah Rp496, ada kemungkinan saham ini akan mengalami tekanan lebih lanjut.

Investor sebaiknya memperhatikan faktor fundamental perusahaan serta perkembangan industri telekomunikasi dan infrastruktur menara sebelum mengambil keputusan investasi. 

Dengan fundamental yang solid dan prospek bisnis yang menjanjikan, saham Tower bisa menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang yang mencari keseimbangan antara dividen dan potensi apresiasi harga saham.(*)