KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat sebesar 0,59 persen atau 38 poin ke level 6.510 pada perdagangan Kamis, 27 Maret 2025.
Merujuk data RTI Business, IHSG pada hari ini bergerak fluktuatif di kisaran 6.417 hingga 6.510. Seiring menguatnya indeks, 359 saham menghijau, 230 melemah, 206 saham stagnan.
Sedangkan, volume perdagangan hari ini mencapai 14.115 miliar lembar saham dengan transaksi Rp11.023 triliun.
Sementara itu, mengutip Stockbit, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menempati posisi pertama dengan nilai transaksi mencapai Rp1,564 triliun. Posisi ini memperkuat dominasi BMRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar yang besar serta minat investor yang tinggi.
Di posisi kedua, terdapat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai transaksi Rp1,292 triliun. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di posisi ketiga dengan nilai transaksi Rp 1,043 triliun.
Saham lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), masing-masing mencatat nilai transaksi sebesar Rp428,21 miliar dan Rp294,39 miliar.
Berbeda dengan nilai transaksi tertinggi yang dikuasai sektor perbankan, kategori top volume dipimpin oleh saham berbasis teknologi yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi saham dengan volume perdagangan tertinggi, mencatat transaksi sebesar 1,60 miliar lot.
Posisi kedua dipegang oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan volume 747,91 juta lot. Meskipun nilai sahamnya fluktuatif, Bukalapak masih menjadi salah satu saham yang banyak diperdagangkan oleh investor ritel.
Ada juga PT Bumi Resources Tbk (BUMI), menyusul di posisi ketiga dengan volume 508,01 juta lot.
Sementara itu, saham BBRI dan BMRI juga masuk dalam daftar ini dengan volume masing-masing 322,55 juta lot dan 301,03 juta lot, menunjukkan bahwa saham perbankan tidak hanya unggul dalam nilai transaksi tetapi juga dalam volume perdagangan.
IHSG Ketiban Berkah Pembagian Dividen Emiten Perbankan
Equity Research Analyst MNC Sekuritas Christian mengatakan, penguatan IHSG dipengaruhi aksi bagi dividen oleh perusahaan perbankan.
"Nah ini menjadi katalis-katalis pendongkrak bagi saham-saham perbankan yang menjadi penggerak dari IHSG pada kemarin," kata Christian dalam acara 'Bursa Pagi-pagi' Kabarbursa.com, Rabu, 26 Maret 2025.
Selain faktor pembagian dividen, pengumuman struktur petinggi perusahaan perbankan juga dinilai menjadi sentimen positif bagi saham-saham di sektor ini. Christian menyebut, selama ini para investor masih wait and see menunggu reshuffle-reshuffle dari perusahaan perbankan di BUMN.
Lebih jauh ia memperkirakan, penguatan IHSG ini sendiri akan bersifat jangka pendek hingga menengah. Namun, hal ini bisa berbalik andai ada kabar buruk yang terjadi.
"Akan tetapi perlu dicatat tetap berhati-hati ketika nanti pada saat lebaran ada isu-isu negatif yang membuat ini malah jadi menurun saham-sahamnya," jelasnya.
Secara teknikal, Christian melihat IHSG masih berpeluang untuk terkoreksi dengan berada di bawah level 6.000. Sebab, hingga saat ini belum ada sentimen positif yang signifikan untuk menguatkan IHSG, baik di pasar global maupun domestik.
"Jadi, kita juga berharap ketika nanti libur lebaran purchasing power meningkat dan tidak ada isu-isu negatif yang malah membuat IHSG ini semakin menurun," ujarnya.
Dividen Jumbo Big Banks
Sejumlah perusahaan perbankan besar (big banks) segera mengguyur dividen kepada pemegang saham tahun ini. PT Bank Central Asia Tbk menjadi yang pertama menunjukkan komitmen dalam memberikan nilai tambah bagi investornya.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu, 12 Maret 2025, diputuskan membagikan dividen Rp250 per lembar saham, dari total laba bersih tahun 2024 mencapai Rp54,8 triliun.
Langkah emiten berkode saham BBCA itu diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Pada Senin, 24 Maret 2025, RUPST bank pelat merah ini menyetujui pembagian dividen dari laba bersih 2024 sebesar Rp51,73 triliun.
Kemarin, 25 Maret 2025, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut memutuskan melalui RUPST bahwa para pemegang sahamnya akan menerima dividen dari 78 persen laba bersih tahun buku 2024.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI menggelar RUPST pada hari ini, Rabu, 26 Maret 2025. Untuk diketahui, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun pada 2024, meningkat 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai Rp20,9 triliun.
BEI: Meski Sering Mengalami Krisis, Pasar Modal Masih Mampu Bangkit
Pasar modal Indonesia menghadapi tantangan besar sepanjang kuartal pertama tahun ini. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 11,61 persen hingga 21 Maret 2025, menjadikannya salah satu bursa berkinerja terlemah di antara pasar dengan kapitalisasi di atas USD100 miliar.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik, mengklaim kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami oleh bursa Malaysia dan Thailand yang sama-sama menghadapi arus keluar modal akibat perubahan sentimen global.
Ia menyebut tekanan terhadap IHSG tidak terlepas dari sejumlah faktor eksternal. Di awal tahun, Bank Indonesia menurunkan suku bunga, yang beriringan dengan kebijakan tarif dagang baru oleh Amerika Serikat terhadap sejumlah negara mitra.
Selain itu, beberapa saham di bursa Indonesia mengalami penurunan peringkat dari lembaga internasional seperti Morgan Stanley, yang semakin menambah tekanan terhadap indeks.
Namun, di tengah kondisi ini, peran investor domestik menjadi semakin dominan dalam menopang pasar. Jeffrey mengungkapkan bahwa hingga saat ini, sekitar Rp30 triliun dana asing telah keluar dari pasar ekuitas Indonesia. Meski demikian, mayoritas dari arus keluar tersebut telah terserap oleh investor domestik, khususnya investor ritel yang kini berkontribusi sebesar 44 persen dari total nilai transaksi harian.
"Kami melihat bahwa peran investor domestik, terutama ritel, sangat signifikan dalam menjaga stabilitas pasar. Namun, untuk skala yang lebih besar, diperlukan dukungan dari investor institusi seperti dana pensiun dan asuransi guna meredam volatilitas yang ditimbulkan oleh aksi jual asing," ujar Jeffrey dalam acara buka puasa bersama media pasar modal di Semasa Dulu, Cilandak, Jakarta Selatan pada Senin, 24 Maret 2025.(*)