Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham ENRG Bisa Lompat ke Harga ini berkat Pertumbuhan 2025

Emiten berkode saham ENRG ini juga masih memiliki valuasi menjanjikan untuk masa depan, secara price to earnings ratio (PE) dan price to book value (PBV)

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Saham ENRG Bisa Lompat ke Harga ini berkat Pertumbuhan 2025 Fasilitas milik Energi Mega Persada di Siak, Riau. (Foto: Dok. EMP)

KABARBURSA.COM – Laba bersih PT Energi Mega Persada Tbk, emiten grup Bakrie, tumbuh sebesar 10 persen sepanjang 2024, berbarengan kenaikan penjualan (11 persen) dan EBITDA (5 persen). Pendorongnya adalah kenaikan produksi minyak dan harga jual gas lebih tinggi yang lebih baik di 2024. 

Emiten berkode saham ENRG ini juga masih memiliki valuasi menjanjikan untuk masa depan, secara price to earnings ratio (PE) dan price to book value (PBV). Dengan rasio P/E yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pesaing, saham ENRG menawarkan peluang bagi investor untuk membeli dengan harga yang relatif terjangkau, mengingat potensi pertumbuhan yang dimilikinya. Selain itu, PBV yang rendah menandakan bahwa saham ini dihargai lebih rendah dibandingkan nilai aset bersih perusahaan.

Singkatnya, Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, saham ENRG ini menciptakan peluang bagi investor untuk mendapatkan potensi keuntungan jika perusahaan terus berkembang.

Dari sisi penjualan tahun 2024, Energi Mega Persada membukukan penjualan bersih sebesar USD467 juta, meningkat 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan produksi minyak dari aset Siak dan Kampar di Riau yang sebelumnya diakuisisi menjadi kontributor utama pertumbuhan ENRG. 

Sementara itu, harga jual rata-rata minyak mengalami sedikit penurunan sebesar 2 persen dari USD79,4 per barel menjadi USD80,75 per barel. Di sisi lain, harga gas mengalami kenaikan 6 persen dari USD6,59 per mcf menjadi USD6,22 per mcf, yang berkontribusi pada pendapatan perusahaan.

“Peningkatan yang dicapai ENRG sepanjang 2024 mencerminkan strategi ekspansi yang sukses dalam mengoptimalkan aset yang baru diakuisisi,” terangnya dalam Equity Update yang dirilis Kamis, 26 Maret 2025.

Ia melanjutkan, kontribusi dari blok Siak dan Kampar terbukti signifikan dalam mendongkrak produksi minyak, sementara blok Sengkang mulai memberikan dampak positif terhadap produksi gas.

Ke depan, perseroan menargetkan peningkatan produksi lebih lanjut dengan optimalisasi aset yang ada dan potensi eksplorasi tambahan di wilayah yang telah dikuasai. Dengan kapasitas produksi Sengkang yang stabil di angka 40-45 juta kaki kubik gas per hari, serta estimasi cadangan gas yang besar, ENRG berpeluang memperkuat posisinya di industri energi domestik.

Dari sisi keuangan, meskipun rasio ROE mengalami sedikit penurunan, perseroan masih lebih unggul dibandingkan pesaing utama. Demikian pula, rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang meningkat tetap dalam batas sehat dan lebih rendah dibandingkan industri secara umum, mencerminkan manajemen risiko keuangan yang hati-hati dalam mendukung ekspansi bisnis.

Dengan kombinasi pertumbuhan produksi, harga jual gas yang lebih tinggi, serta akuisisi strategis yang telah mulai memberikan hasil, ENRG diperkirakan akan melanjutkan tren pertumbuhan positifnya di tahun 2025. Proyeksi peningkatan laba bersih sebesar 21 persen year on year (yoy) semakin menguatkan prospek cerah bagi saham ENRG, yang saat ini masih diperdagangkan dengan valuasi menarik dibandingkan dengan pesaingnya.

Valuasi Menarik dengan Potensi Pertumbuhan

Sukarno menyatakan bahwa saham ENRG direkomendasikan sebagai "beli" dengan target harga 12 bulan sebesar Rp200 per saham, meskipun mengalami revisi dari target sebelumnya sebesar Rp290. 

“Valuasi ini mencerminkan PE sebesar 3,39x dan PBV sebesar 0,38x. Sebagai perbandingan, harga terakhir ENRG berada di Rp168, yang berarti saham ini masih diperdagangkan dengan PE estimasi sebesar 2,85x dan PBV sebesar 0,32x,” ungkap Sukarno.

Lebih jauh, kata dia, bandingkan dengan rata-rata pesaing di industri yang memiliki PE 6,6x dan PBV 0,71x, saham ENRG terlihat undervalued dan memiliki potensi apresiasi harga yang menarik bagi investor.

Dengan valuasi yang masih rendah dibandingkan pesaing serta prospek pertumbuhan yang positif, saham ENRG berpotensi menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor yang mencari peluang di sektor energi. Namun, investor tetap perlu mencermati risiko-risiko yang ada serta mengikuti perkembangan regulasi dan tren industri untuk mengambil keputusan investasi yang lebih matang.

Energi Mega Persada Dukung NZE

Di samping itu, Energi Mega Persada mengumumkan komitmennya dalam mendukung target net zero emission Pemerintah Indonesia tahun 2060 serta memperkuat penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance). Sebagai bagian dari inisiatif ini, perseroan bersama anak perusahaannya, PT Pema Global Energi (PGE), secara resmi merencanakan pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan/atau Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di Lapangan Arun, Aceh.

Lapangan Arun diidentifikasi sebagai salah satu lokasi CCS paling potensial di Asia Tenggara, dengan kapasitas penyimpanan karbon yang hampir mencapai 16 triliun kaki kubik (TCF). Dengan sejarah produksi sejak 1978 dan puncak output hingga 2.500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lokasi ini memiliki infrastruktur serta kondisi geologi yang sangat mendukung bagi pengembangan teknologi dekarbonisasi berskala besar.

Sebagai langkah awal, Direktur Utama ENRG Syailendra S. Bakrie mengatakan, perseroan dan PGE akan melakukan studi kelayakan komprehensif dengan membentuk tim teknis internal serta menunjuk konsultan independen berpengalaman. Studi ini ditargetkan selesai pada 2026 dan akan mematuhi seluruh regulasi yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2023.

“Untuk memastikan keberhasilan program ini, perseroan juga akan membentuk divisi khusus Carbon Management, yang bertanggung jawab atas pengembangan proyek CCS/CCUS di seluruh wilayah kerja perseroan,” jelasnya melalui keterangan tertulis, dikutip Kamis, 27 Maret 2025.

Divisi ini, sambung dia, akan menjadi katalis dalam menciptakan peluang baru melalui inisiatif Carbon Infrastructure & Offset Services (CIOS), sebagai bagian dari roadmap jangka panjang perusahaan dalam mendukung transisi energi dan pengelolaan karbon yang terintegrasi.

Meskipun perseroan tengah mengembangkan inisiatif baru di bidang dekarbonisasi, fokus utama tetap berada pada sektor hulu migas (upstream), yang menjadi inti dari strategi pertumbuhan jangka panjang. 

“Perseroan melihat CCS dan CCUS bukan hanya sebagai langkah penting dalam menurunkan emisi karbon serta mengatasi perubahan iklim, tetapi juga sebagai peluang strategis untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham,” tambah Syailendra.

Perseroan meyakini bahwa inisiatif ini dapat meningkatkan return jangka panjang, sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Fokus utama tetap pada eksplorasi dan produksi migas, namun Perseroan juga tetap adaptif dalam menangkap peluang baru yang relevan secara strategis. 

“Dengan langkah ini, perseroan menegaskan posisinya sebagai perusahaan energi yang progresif dan siap menjadi pelopor dalam integrasi solusi teknologi dekarbonisasi di Indonesia, sambil terus mengoptimalkan nilai bagi investor dan pemangku kepentingan,” tutup Syailendra. (*)