KABARBURSA.COM - PT Trimegah Bangun Persada (NCKL) melaporkan laba bersih sebesar Rp6,4 triliun untuk tahun fiskal 2024, mencatatkan kenaikan 14 persen secara tahunan (yoy). Perolehan ini melampaui ekspektasi konsensus sebesar 104 persen dari proyeksi analis, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan internal yang mencapai 94 persen.
Meski demikian, laba bersih pada kuartal IV 2024 mengalami penurunan 24 persen secara kuartalan (qoq) menjadi Rp1,5 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan penjualan feronikel (FeNi) dan bijih nikel limonit, serta beban pengembangan masyarakat sebesar Rp215 miliar yang dibukukan dalam periode tersebut.
Dari sisi pendapatan, NCKL mencatatkan penurunan sebesar 13 persen secara kuartalan di kuartal IV 2024. Penurunan ini terutama dipicu oleh volume penjualan bijih nikel limonit yang melemah 11 persen qoq serta FeNi yang turun 12 persen qoq.
Di sisi lain, harga jual rata-rata (ASP) tetap relatif stabil. Beban operasional mengalami kenaikan pada kuartal ini, sebagian besar disebabkan oleh biaya pengembangan masyarakat.
Selain itu, pendapatan dari entitas asosiasi HPL juga mengalami penurunan sebesar 40 persen secara kuartalan akibat turunnya ASP mixed hydroxide precipitate (MHP) serta meningkatnya biaya tunai operasional.
Dalam aspek operasional, NCKL mencatatkan lonjakan signifikan dalam penjualan bijih nikel saprolit, yang mencapai 4 juta wet metric tons (wmt), melonjak 134 persen secara kuartalan. Peningkatan ini didorong oleh penjualan terkait uji coba produksi pabrik FeNi berkapasitas 60 ribu ton per tahun (KPS).
Namun, volume penjualan bijih nikel limonit dan FeNi justru mengalami penurunan masing-masing 11 persen dan 12 persen qoq. Dari sisi biaya produksi, biaya tunai RKEF mengalami kenaikan tipis 1 persen secara kuartalan, yang kemungkinan besar disebabkan oleh tingginya harga premium bijih nikel, dengan sekitar 30 persen pasokan saprolit berasal dari pihak ketiga.
Sementara itu, margin tunai MHP mengalami penurunan signifikan menjadi USD8,3 ribu per ton, turun 7 persen qoq akibat harga jual MHP yang melemah 5 persen qoq menjadi USD13,6 ribu per ton. Margin tunai untuk nikel sulfat (NiSO4) juga mengalami penurunan secara kuartalan, berdampak pada melemahnya pendapatan dari asosiasi HPL.
Rekomendasi Saham NCKL
Meskipun menghadapi tantangan dalam kinerja kuartal IV 2024, NCKL tetap mempertahankan rekomendasi "Buy" dengan target harga Rp1.100 per saham. Proyeksi laba bersih untuk tahun 2025 dan 2026 mengalami sedikit penyesuaian, masing-masing turun 3 persen dan naik 4 persen.
Saat ini, saham NCKL diperdagangkan pada valuasi 6 kali price-to-earnings ratio (P/E) untuk tahun 2025, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang berkisar antara 5 hingga 20 kali. Hal ini memperkuat prospek investasi yang menarik bagi para investor.
Meskipun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan, termasuk potensi melemahnya permintaan FeNi dan MHP akibat kondisi ekonomi global yang kurang mendukung.
Selain itu, ada kemungkinan overhang terkait rencana pembelian tambahan saham ONC hingga 20 persen, yang dapat berdampak pada alokasi kas perusahaan. Dengan saldo kas mencapai Rp6,4 triliun per akhir tahun 2024, NCKL memiliki fleksibilitas keuangan yang cukup untuk melakukan ekspansi strategis.
Secara keseluruhan, meskipun menghadapi tantangan dalam kinerja kuartalan, fundamental NCKL tetap kuat dengan prospek pertumbuhan yang positif di tahun-tahun mendatang.
Target Harga NCKL
Saham ini memiliki target harga sebesar Rp1.100 per lembar, tetap tidak berubah dari target sebelumnya. Saat ini, harga saham berada di level Rp665, yang mencerminkan potensi kenaikan sebesar 65 persen jika target harga dapat tercapai. Dengan jumlah saham beredar mencapai 63,099 juta lembar, kapitalisasi pasar perusahaan saat ini berada di angka Rp41,961 miliar.
Dari sisi kepemilikan saham, free float perusahaan relatif kecil, hanya sebesar 15 persen, yang dapat mengindikasikan likuiditas saham yang lebih terbatas dibandingkan dengan emiten yang memiliki porsi free float lebih besar. Rata-rata nilai transaksi harian selama enam bulan terakhir juga relatif kecil, yakni Rp10 miliar per hari.
Performa harga saham dalam tiga bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 10,1 persen, sedangkan dalam enam bulan dan satu tahun terakhir masing-masing turun 26,1 persen dan 23,6 persen.
Jika dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), saham ini juga mengalami kinerja yang lebih lemah dengan penurunan relatif sebesar 1,7 persen dalam tiga bulan terakhir, 9,3 persen dalam enam bulan, dan 11,4 persen dalam satu tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa saham ini telah mengalami tekanan jual yang cukup besar dan tertinggal dibandingkan kinerja pasar secara keseluruhan.
Dalam satu tahun terakhir, saham ini telah menyentuh harga terendahnya di Rp595 dan tertinggi di Rp1.070. Dengan harga saat ini yang lebih dekat ke level terendah, ada potensi rebound jika didukung oleh katalis positif seperti perbaikan kinerja keuangan, peningkatan sentimen pasar, atau berita korporasi yang menguntungkan. Namun, volatilitas dan tekanan jual yang masih tinggi perlu diperhatikan sebelum mengambil keputusan investasi.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.