KABARBURSA.COM – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp13,9 triliun atau setara Rp374 per saham dari laba tahun buku 2024. Keputusan ini disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar hari ini, Rabu, 26 Maret 2025.
Dengan harga penutupan saham BBNI pada Selasa, 25 Maret 2025, di level Rp3.900 per lembar, dividen tersebut mencerminkan dividend yield sebesar 9,6 persen tingkat imbal hasil tertinggi dari pembagian dividen BBNI dalam sejarah.
Dividen ini merepresentasikan 65 persen dari laba bersih tahun buku 2024 yang dibagikan kepada pemegang saham. Angka ini melampaui dividend payout ratio tahun sebelumnya yang berada di level 50 persen, serta melebihi ekspektasi manajemen yang disampaikan dalam paparan kinerja tahunan, yakni berada pada kisaran 50 hingga 60 persen.
Sementara Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melonjak 8,97 persen ke level Rp4.250 pada perdagangan Rabu, 26 Maret 2025, menyusul sentimen positif dari keputusan pembagian dividen dan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2024.
Kenaikan ini terjadi sehari setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp13,9 triliun atau setara Rp374 per saham, mencerminkan dividend yield mencapai 9,6 persen terhadap harga penutupan saham Selasa (Rp3.900). Ini merupakan payout ratio tertinggi sepanjang sejarah BBNI, yakni sebesar 65 persen dari laba bersih tahun buku 2024.
Sepanjang tahun lalu, BBNI membukukan laba bersih konsolidasi Rp21,46 triliun, naik tipis dari tahun sebelumnya sebesar Rp20,9 triliun. Pendapatan bersih (net income) per kuartal tercatat stabil dengan rerata di atas Rp5 triliun per kuartal. Kinerja ini turut memperkuat kepercayaan investor di tengah fluktuasi pasar.
Dari sisi valuasi, saham BBNI kini diperdagangkan pada Price to Earnings Ratio (PER) hanya 7,39 kali (TTM), jauh di bawah rata-rata sektor perbankan, dengan Price to Book Value (PBV) 0,98 kali – menandakan valuasi yang masih menarik. Sementara Return on Equity yang tinggi tercermin dari Earnings per Share (EPS) sebesar Rp575,47.
Kenaikan harga saham juga diiringi dengan sentimen pasar yang memperkirakan kinerja solid BBNI akan terus terjaga. Harga tertinggi harian pada Rabu mencapai Rp4.280 sebelum akhirnya ditutup di Rp4.250.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp158,51 triliun dan outstanding shares sebesar 37,30 miliar lembar, BBNI semakin menunjukkan posisinya sebagai salah satu emiten perbankan papan atas dengan potensi pertumbuhan yang konsisten.
Mucharom Tinggalkan BNI, Resmi Bergabung dengan Direksi BRI
BBNI mengumumkan Mucharom tidak lagi menjabat sebagai anggota direksi perusahaan, setelah secara resmi diangkat sebagai bagian dari jajaran direksi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025.
Mengacu pada keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), BNI menjelaskan bahwa pengakhiran masa jabatan tersebut sesuai ketentuan Pasal 9 POJK No. 46/POJK.03/2017 tentang pelaksanaan fungsi kepatuhan bank umum, serta Pasal 15 ayat (1) dan (2) POJK No. 17 Tahun 2023 mengenai tata kelola perbankan. Ketentuan serupa juga tercantum dalam Pasal 11 ayat (14) Anggaran Dasar BNI, yang menyatakan bahwa status keanggotaan direksi berakhir apabila individu yang bersangkutan ditunjuk sebagai direksi di perusahaan lain.
BNI menambahkan bahwa pemberhentian resmi Mucharom akan disahkan melalui RUPST yang berlangsung pada Rabu, 26 Maret 2025. Laporan ini disampaikan sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam menjamin transparansi publik dan pemenuhan ketentuan regulasi terkait perubahan susunan manajemen.
Dalam RUPST yang sama, pemegang saham BNI juga memutuskan perubahan kepemimpinan dengan menunjuk Putrama Wahju Setyawan sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Royke Tumilaar. Alexandra Askandar turut ditetapkan sebagai Wakil Direktur Utama.
Putrama dikenal sebagai bankir senior dengan rekam jejak panjang di BNI. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Utama pada 2024 dan sebelumnya memimpin sejumlah direktorat strategis seperti Retail Banking, Treasury & International Banking, serta Bisnis Korporasi.
JP Morgan: BBNI Overweight
JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dari "neutral" menjadi "overweight" di tengah tekanan yang melanda sektor perbankan. Langkah ini diambil setelah melihat valuasi saham bank BUMN yang telah terkoreksi cukup dalam, menciptakan peluang pemulihan yang menarik dalam waktu dekat.
Dalam riset terbaru yang dirilis pada 2 Maret 2025, JP Morgan mencatat bahwa sepanjang tahun ini saham perbankan milik negara telah mengalami penurunan rata-rata sebesar 17 persen secara year-to-date (YTD), lebih dalam dibandingkan dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 13 persen pada periode yang sama. Sentimen negatif terhadap sektor perbankan muncul akibat kekhawatiran investor terhadap likuiditas perbankan serta risiko kualitas aset. Namun, menurut analis JP Morgan, tekanan tersebut telah tercermin dalam harga saham, yang saat ini diperdagangkan di bawah level target konservatif.
Dalam analisisnya, JP Morgan menilai bahwa ketakutan pasar terhadap sektor perbankan mungkin terlalu berlebihan. Risiko yang dikhawatirkan, seperti potensi perlambatan pertumbuhan kredit dan ketatnya likuiditas, diperkirakan tidak akan berdampak besar dalam jangka pendek. Oleh karena itu, mereka merevisi peringkat saham BBNI dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi "overweight" serta meningkatkan peringkat Bank Mandiri (BMRI) dari "underweight" menjadi "neutral."
JP Morgan menetapkan target harga saham BBNI di level Rp4.600 per saham hingga akhir 2025. Dengan harga saham saat ini yang berada di kisaran Rp4.030, terdapat potensi kenaikan yang signifikan. Prospek positif BBNI didukung oleh upaya perbaikan struktur kredit dan peningkatan pendapatan berbasis komisi. Selain itu, bank ini sedang berada dalam tahap awal pemulihan fundamental yang mencakup penguatan basis pendanaan serta peningkatan return on equity (RoE).
Meskipun demikian, JP Morgan juga mencermati tantangan yang masih dihadapi BBNI. Rasio efisiensi (cost-to-income ratio) bank ini masih berpotensi tinggi dalam beberapa waktu ke depan, mengingat proses transformasi yang membutuhkan investasi besar. Tekanan terhadap biaya dana (cost of fund) dan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam jangka menengah.
Dari sisi valuasi, saham BBNI saat ini diperdagangkan dengan price-to-earnings ratio (PER) sebesar 7,2 kali estimasi 2025 dan price-to-book value (PBV) sebesar 0,89 kali. Dengan proyeksi RoE yang diperkirakan mencapai 12,7 persen pada tahun tersebut, valuasi ini tergolong menarik dibandingkan dengan rata-rata historisnya.
Meskipun JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham BBNI, mereka tetap mengingatkan bahwa sektor perbankan masih menghadapi berbagai tantangan. Faktor-faktor seperti kondisi likuiditas yang ketat, kemungkinan perlambatan pertumbuhan kredit, serta tekanan terhadap profitabilitas bank harus terus dipantau oleh investor. Namun, dengan valuasi saat ini yang telah mencerminkan sebagian besar risiko tersebut, BBNI dianggap memiliki peluang pemulihan yang menarik dan layak untuk dipertimbangkan dalam strategi investasi jangka menengah hingga panjang.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.