KABARBURSA.COM - Startup properti Adhome resmi meluncurkan platform digital jual beli properti yang dirancang untuk mengatasi tantangan utama dalam industri properti, yakni keterbatasan akses, kurangnya transparansi, serta proses transaksi yang rumit dan memakan waktu. Platform ini hadir sebagai solusi inovatif yang menghubungkan pembeli dan penjual properti dengan lebih mudah, cepat, dan aman.
“Pasar properti di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti minimnya akses terhadap informasi yang akurat serta proses pembelian yang sering kali tidak efisien. Adhome hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan ekosistem digital yang lebih transparan dan mudah diakses,” ujar CEO dan Founder Adhome, Dendy Pebrianto.
Adhome tidak sekadar menjadi marketplace, tetapi juga menawarkan fitur-fitur unggulan seperti pencarian properti yang lebih cerdas, sistem pembayaran yang aman, serta layanan konsultasi bagi calon pembeli. Dengan pendekatan berbasis teknologi, platform ini diharapkan dapat memberikan pengalaman transaksi properti yang lebih praktis dan efisien bagi masyarakat.
Melalui platform Adhome, pengguna dapat menemukan dan membeli berbagai jenis properti yang sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti rumah tinggal dengan berbagai pilihan desain dan harga, unit apartemen modern yang dilengkapi fasilitas lengkap, serta ruko yang ideal untuk menjalankan usaha maupun investasi.
Selain itu, Adhome juga menyediakan akses ke kavling bagi mereka yang ingin membangun properti sesuai keinginan, gudang dengan berbagai ukuran untuk keperluan penyimpanan, serta ruang kantor yang mendukung produktivitas bisnis. Informasi lengkap mengenai spesifikasi, harga, dan lokasi tersedia dalam platform ini, sehingga memudahkan pengguna dalam membuat keputusan pembelian yang tepat.
Co-CEO dan Founder Adhome, Ari Andriyana, menekankan pentingnya transformasi digital dalam industri properti. “Kami ingin memastikan bahwa masyarakat memiliki akses lebih luas terhadap properti impian mereka tanpa harus melewati proses yang kompleks. Digitalisasi adalah kunci dalam menciptakan industri properti yang lebih inklusif dan efisien,” katanya.
Peluncuran platform ini menandai komitmen Adhome dalam mendorong pertumbuhan sektor properti melalui inovasi digital. Dengan teknologi yang dikembangkan, Adhome optimis dapat menjadi game changer dalam industri properti di Indonesia, mempercepat akses kepemilikan properti, serta meningkatkan transparansi dan keamanan dalam setiap transaksi.
Indonesia Menduduki Peringkat Keenam
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat keenam dunia dalam jumlah perusahaan rintisan (startup).
Namun, di kawasan ASEAN, Indonesia berada di posisi teratas dengan 2.647 startup. “Jumlah startup kita di peringkat keenam secara global, bahkan lebih tinggi daripada Jerman,” ungkap Airlangga saat Opening Ceremony Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) X Karya Kreatif Indonesia (KKI) tahun lalu.
Saat ini, Indonesia memiliki 15 startup yang berstatus unicorn dan 2 decacorn. Banyaknya startup tersebut menunjukkan kemajuan signifikan Indonesia dalam persaingan ekonomi digital.
Negara dengan jumlah startup terbanyak adalah Amerika Serikat dengan 80.612 startup, diikuti India dengan 17.043 startup, dan Inggris dengan 7.325 startup.
Berdasarkan World Digital Competitiveness, daya saing digital Indonesia naik 11 peringkat ke posisi 45 pada 2023, sebuah kemajuan signifikan dari posisi 56 pada 2019.
Selain itu, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara tujuan investasi digital di Asia Tenggara pada 2023. Investasi di sektor ekonomi digital Indonesia mencapai 22 miliar dolar AS pada tahun tersebut. Meskipun masih tertinggal dari Singapura yang menyerap 141 miliar dolar AS, Indonesia berhasil melampaui Vietnam dan Malaysia dengan investasi masing-masing 18 miliar dolar AS dan 17 miliar dolar AS.
“Untuk tujuan investasi digital, kita terbesar kedua dengan mendekati 22 miliar dolar AS setelah Singapura. Singapura menjadi hub karena mereka membagi, tetapi investasi di Indonesia benar-benar masuk pada 2023,” kata Airlangga.
Perkuat Ekosistem Digital
Sejumlah perbankan semakin gencar dalam memberikan pendanaan kepada perusahaan-perusahaan rintisan digital, memperkuat ekosistem digital di Indonesia.
Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui PT Central Capital Ventura (CCV) yang mendukung ekonomi digital. CCV memberikan dana kepada startup digital untuk memperbesar skala bisnisnya.
Hera F. Haryn, Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, menyatakan bahwa BCA melihat CCV sebagai wadah untuk memahami perkembangan startup dan fintech di Indonesia.
CCV melakukan investasi pada perusahaan fintech, fintech-enabler, serta mempelajari potensi fintech tersemat dalam perusahaan non-fintech, seperti edu-tech dan health tech.
Faktor-faktor global seperti konflik geopolitik dan kenaikan suku bunga mempengaruhi minat investor pada startup. Sekarang, investor mempertimbangkan keberlanjutan dan profitabilitas selain valuasi.
Pergeseran ini akan memperkuat ekosistem startup dan berdampak positif pada dunia usaha.
BCA akan terus memantau pasar dan mencari peluang investasi di sektor-sektor digital yang mendukung bisnis intinya.
Di tengah laju digitalisasi, kolaborasi dengan fintech atau startup strategis akan memperluas layanan kepada nasabah.
Bisnis fintech di Indonesia masih memiliki peluang besar, terutama di sektor consumer tech, wealth, dan teknologi yang mendukung perbankan.
CCV telah memberikan pendanaan kepada sekitar 30 startup sejak beroperasi pada tahun 2017. BCA juga memiliki program akselerator startup bernama SYNRGY Accelerator.
PT Bank Mandiri Tbk juga mendukung startup melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI), dengan dana disalurkan kepada 23 perusahaan startup dari berbagai bidang.
BNI Ventures (BNV) menambah investasi baru pada tahun ini, fokus pada profitabilitas dan berinvestasi secara selektif.
Perbankan kini lebih berhati-hati dalam pendanaan startup, mengingat beberapa startup gagal.(*)