Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Peluang Grab Akuisisi GOTO, Cukup dengan Utang USD2 Miliar?

Grab tengah menjajaki opsi pinjaman jangka pendek atau bridge loan dengan tenor sekitar 12 bulan.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Peluang Grab Akuisisi GOTO, Cukup dengan Utang USD2 Miliar? Ilustrasi rencana akuisisi Grab dan GOTO. Foto: Kabar Bursa

KABARBURSA.COM - Perusahaan transportasi dan pengiriman asal Singapura, Grab Holdings, sedang dalam pembicaraan untuk memperoleh pinjaman hingga USD2 miliar guna mendukung kemungkinan akuisisi saingannya yang berbasis di Indonesia, GoTo Group. 

Menurut sumber yang mengetahui rencana ini, Grab tengah menjajaki opsi pinjaman jangka pendek atau bridge loan dengan tenor sekitar 12 bulan. Saat ini, diskusi dengan bank masih berada pada tahap awal dan rincian lebih lanjut dapat berubah seiring perkembangan negosiasi.

GoTo dan Grab belum memberikan pernyataan resmi terkait rencana akuisisi ini. Juru bicara GoTo menolak berkomentar, sementara pihak Grab tidak menanggapi permintaan informasi dari berbagai media. 

Namun, rencana penggalangan dana ini menunjukkan bahwa Grab terus maju dengan rencana akuisisi setelah sebelumnya sempat muncul ketidakpastian. Akuisisi ini diperkirakan menjadi salah satu transaksi terbesar di sektor teknologi Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir.

Momentum kesepakatan ini terjadi di tengah meningkatnya aktivitas merger dan akuisisi (M&A) di kawasan Asia. Valuasi perusahaan-perusahaan teknologi yang semakin menarik serta meningkatnya minat pemodal global terhadap investasi di Asia mendorong berbagai perusahaan untuk mencari jalur pembiayaan baru. Hal ini diperkirakan akan membantu pemulihan pasar pinjaman di Asia, yang dalam tiga tahun terakhir mengalami perlambatan.

Selain Grab, beberapa perusahaan besar lainnya juga sedang dalam proses penggalangan dana untuk mendukung akuisisi mereka. Blackstone, misalnya, meminta Citigroup untuk mengumpulkan setidaknya USD200 juta guna mendukung pembelian South City Mall di Kolkata, India. 

Sementara itu, Advent International sedang mencari pinjaman sekitar USD300 juta untuk mendanai akuisisinya atas operasi pembuat lensa kontak Ginko International di China.

Untuk merealisasikan akuisisi GoTo, Grab juga tengah mempertimbangkan berbagai strategi pendanaan lain di luar pinjaman jembatan. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menerbitkan obligasi atau menggalang dana melalui ekuitas setelah pinjaman awal berhasil diperoleh. 

Namun, rencana ini masih bergantung pada keberhasilan negosiasi akuisisi GoTo, yang diperkirakan bisa bernilai lebih dari USD7 miliar.

Jika kesepakatan ini terwujud, maka akuisisi Grab terhadap GoTo akan menjadi salah satu langkah strategis terbesar di sektor teknologi dan transportasi Asia Tenggara. Hal ini juga dapat mengubah peta persaingan layanan transportasi daring, pengiriman, dan jasa keuangan digital di kawasan tersebut. 

Grab, yang didukung oleh Uber Technologies, tampaknya semakin serius dalam memperluas dominasinya di pasar Asia Tenggara melalui langkah akuisisi ini.

Kinerja Signifikan Sepanjang 2024

Selain upaya Grab mencari pinjaman untuk dapat mengakuisisi GOTO, dilihat dari kinerja keuangannya, Grab Holdings mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan sepanjang 2024. Dalam laporan keuangannya, terjadi kenaikan sebesar 19 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi USD2,8 miliar atau sekitar Rp45,7 triliun. 

Pencapaian ini melampaui proyeksi awal perusahaan yang memperkirakan pendapatan berada di kisaran USD2,76 miliar hingga USD2,78 miliar. Meski mengalami peningkatan kinerja, perusahaan penyedia layanan on-demand ini masih mencatatkan kerugian, meskipun dengan angka yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya.

Chief Financial Officer Grab Peter Oey, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan nilai transaksi (GMV) yang kuat, serta kontribusi yang semakin besar dari segmen layanan keuangan dan periklanan. Selain itu, Grab juga mencatatkan rekor EBITDA Grup yang Disesuaikan sebesar USD313 juta dan Arus Kas Bebas yang Disesuaikan sebesar USD136 juta. 

Menurut Oey, pencapaian ini merupakan tonggak penting bagi perusahaan dalam memperkuat skala platformnya secara lebih menguntungkan. Ia menekankan bahwa Grab ingin mempertahankan momentum pertumbuhan dan memperkuat kemampuannya dalam menghasilkan arus kas, sambil tetap disiplin dalam investasi strategis guna memperkuat ekosistem perusahaan dan meningkatkan nilai bagi para pemegang saham.

Meskipun masih merugi, kerugian bersih Grab berhasil membaik sebesar 68 persen, dari sebelumnya negatif USD485 juta menjadi minus USD158 juta. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan di berbagai lini bisnis. 

Segmen pengiriman, yang mencakup layanan makanan dan logistik, mengalami kenaikan 14 persen menjadi USD1,5 miliar. Sementara itu, bisnis mobilitas, termasuk layanan transportasi seperti taksi dan ojek online (ojol), tumbuh 20 persen dengan pendapatan mencapai USD1,05 miliar. 

Segmen layanan keuangan menunjukkan pertumbuhan yang paling signifikan dengan peningkatan sebesar 44 persen menjadi USD253 juta, sementara inisiatif baru yang sebelumnya mencatatkan kerugian sebesar USD1 juta kini berhasil mencatatkan keuntungan sebesar USD3 juta.

Dari sisi profitabilitas, EBITDA Segmen yang Disesuaikan mengalami lonjakan 76 persen menjadi USD663 juta. Segmen pengiriman menyumbang pertumbuhan terbesar dengan kenaikan 140 persen menjadi USD196 juta, sedangkan mobilitas meningkat 22 persen menjadi USD569 juta. 

Meskipun masih negatif, segmen keuangan juga mencatatkan perbaikan dengan penurunan kerugian sebesar 38 persen menjadi minus USD105 juta. Sementara itu, inisiatif baru tumbuh 166 persen dengan EBITDA sebesar USD4 juta. 

Secara keseluruhan, EBITDA yang Disesuaikan mengalami peningkatan signifikan dari negatif USD22 juta pada tahun sebelumnya menjadi positif USD313 juta.

Kinerja operasional Grab juga menunjukkan perkembangan positif dengan arus kas dari operasional yang melonjak hingga 891 persen menjadi USD852 juta. Nilai transaksi (GMV) untuk layanan on-demand secara keseluruhan meningkat 16 persen menjadi USD18,4 miliar. 

Segmen pengiriman mencatatkan GMV sebesar USD11,7 miliar atau naik 13 persen, sementara mobilitas mengalami pertumbuhan 23 persen dengan GMV mencapai USD6,64 miliar. 

Layanan keuangan, terutama dalam hal penyaluran pinjaman, mencatatkan lonjakan pertumbuhan tertinggi sebesar 64 persen dengan nilai transaksi mencapai USD536 juta.

Jumlah pengguna aktif bulanan yang melakukan transaksi (monthly transacting user/MTU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 16 persen menjadi 41,3 juta pengguna. Namun, rata-rata nilai transaksi per pengguna atau GMV on-demand per MTU mengalami sedikit penurunan sebesar 2 persen menjadi USD494.

Menghadapi tahun 2025, Grab optimistis dengan pertumbuhan bisnisnya. Perusahaan memproyeksikan pendapatan tahun ini akan meningkat di kisaran 19 persen hingga 20 persen, dengan estimasi mencapai USD3,33 miliar hingga USD3,4 miliar. 

EBITDA yang Disesuaikan juga diperkirakan akan tumbuh signifikan sebesar 41 persen hingga 50 persen, mencapai kisaran USD440 juta hingga USD470 juta. 

Dengan tren pertumbuhan yang kuat, strategi investasi yang disiplin, dan peningkatan efisiensi dalam berbagai lini bisnis, Grab tampaknya semakin mendekati ambisinya untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan di masa mendatang.

Peluang Akuisisi GOTO

Kesempatan Grab untuk mengakuisisi GoTo (Gojek Tokopedia) bergantung pada beberapa faktor utama, termasuk kemampuan pendanaan, valuasi GoTo, serta kondisi keuangan dan strategi bisnis Grab sendiri.

1. Kemampuan Pendanaan dan Rencana Pinjaman
Grab dikabarkan sedang mencari pinjaman sebesar USD2 miliar untuk membiayai akuisisi GoTo. Jika berhasil mendapatkan pinjaman ini, Grab memiliki modal yang cukup besar untuk merealisasikan rencana tersebut. Namun, mendapatkan pinjaman dalam jumlah besar bukanlah hal yang mudah, terutama mengingat kondisi pasar keuangan global saat ini. Lembaga pemberi pinjaman akan mempertimbangkan profitabilitas Grab, struktur utangnya saat ini, serta potensi sinergi dari akuisisi ini sebelum menyetujui pembiayaan.

2. Kinerja Keuangan Grab
Dari laporan keuangan terbaru, Grab memang menunjukkan perbaikan signifikan dalam profitabilitas dengan EBITDA yang Disesuaikan naik menjadi USD313 juta dan arus kas operasional yang melonjak 891 persen menjadi USD852 juta. Selain itu, kerugian bersihnya berkurang drastis 68 persen, dari minus USD485 juta menjadi minus USD158 juta. Ini menunjukkan bahwa meskipun Grab masih merugi, perusahaan sudah semakin mendekati titik profitabilitas.

Namun, meskipun keuangan Grab membaik, akuisisi GoTo akan membutuhkan investasi besar. Selain dana pembelian saham, Grab juga harus mempertimbangkan biaya integrasi, operasional, dan sinergi bisnis setelah akuisisi.

3. Valuasi GoTo dan Potensi Akuisisi
Valuasi GoTo saat ini sedang mengalami tekanan, terutama akibat persaingan ketat di sektor ride-hailing dan e-commerce serta strategi bisnis yang masih berusaha mencapai profitabilitas. Jika harga saham GoTo tetap rendah, ini bisa menjadi peluang bagi Grab untuk melakukan akuisisi dengan harga yang lebih terjangkau.

Tetapi, akuisisi ini bukan tanpa tantangan. Pemerintah Indonesia dan regulator kemungkinan akan meninjau dampak kompetisi karena merger antara dua raksasa ride-hailing ini bisa menimbulkan monopoli di pasar transportasi online. Selain itu, pemegang saham GoTo, seperti Alibaba dan SoftBank, juga akan memiliki peran besar dalam menentukan apakah akuisisi ini bisa terjadi atau tidak.

Kesempatan Grab untuk membeli GoTo cukup besar, terutama jika berhasil mendapatkan pendanaan dan GoTo bersedia menjual dengan harga yang sesuai. Namun, ada beberapa tantangan utama, termasuk:

  1. Keberhasilan Grab dalam mendapatkan pinjaman USD2 miliar
  2. Persetujuan regulator terkait potensi monopoli di sektor ride-hailing
  3. Negosiasi dengan pemegang saham utama GoTo
  4. Kesiapan Grab untuk mengelola dan mengintegrasikan bisnis GoTo setelah akuisisi

Jika semua faktor ini berjalan sesuai harapan Grab, maka akuisisi GoTo bisa menjadi langkah besar yang memperkuat posisinya di pasar Asia Tenggara. Namun, jika ada hambatan dalam pendanaan atau regulasi, rencana ini bisa saja batal atau mengalami perubahan strategi.(*)