KABARBURSA.COM - PT Ifishdeco Tbk atau IFSH, perusahaan tambang nikel terintegrasi ,telah mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa RUPST dan LB.
Rapat yang diselenggarakan pada Rabu, 25 Maret 2025 ini memiliki sejumlah mata acara yang telah disepakati, di antaranya adalah persetujuan perubahan susunan dan pengangkatan kembali Direksi dan Dewan Komisaris, serta pembagian dividen untuk pemegang saham sebesar Rp25.097 miliar.
Corporate Secretary IFSH Rivka Rotua Natasya menyampaikan, rapat menyetujui penggunaan laba bersih Perseroan tahun buku 2024 yaitu sebesar Rp13,05 per saham atau seluruhnya sekitar sebesar Rp25,097 miliar.
Rivka mengatakan, angka tersebut dihitung sekitar 30 persen dari laba bersih Perseroan tahun buku 2024, dibagikan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham Perseroan. Sisanya dibukukan sebagai laba ditahan untuk menambah modal kerja Perseroan.
"Keputusan Perseroan untuk memberikan dividen merupakan wujud apresiasi kepada pemegang saham yang telah mendukung perusahaan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini," ujar dia dalam keterangan tertulisnya dikutip, Rabu, 26 Maret 2025.
Adapun rapat juga menyetujui perubahan susunan Direksi dan Komisaris perusahaan. Rapat memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat Stella Sutrisno selaku Komisaris Perseroan, dengan memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab atas tindakan pengawasan yang dilakukan sepanjang tindakan tersebut tercermin dalam laporan keuangan Perseroan.
Rapat juga mengangkat Muhammad Ishaq selaku Presiden Direktur Perseroan, Akhmad Syakhroza selaku Presiden Komisaris/Komisaris Independen Perseroan, Oei Harry Fong Jaya selaku Komisaris Perseroan, Lina Suti selaku Komisaris Perseroan, dan Roesmanhadi selaku Komisaris Independen Perseroan.
Rapat menetapkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan terhitung sejak ditutupnya Rapat ini sampai dengan ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada tahun 2029.
Susunan Lengkap Direksi dan Dewan Komisaris IFSH
Direksi:
Dewan Komisaris:
Kinerja yang Penuh Tantangan
PT Ifishdeco Tbk (IFSH) saat ini menghadapi tantangan besar dalam kinerjanya, terlihat dari penurunan signifikan pada pendapatan dan laba bersih dalam beberapa kuartal terakhir.
Pendapatan tahunan (TTM) tercatat sebesar Rp973 miliar, namun laba bersihnya turun drastis menjadi Rp84 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp211 miliar. Hal ini mencerminkan tekanan yang cukup besar terhadap profitabilitas perusahaan.
Dari sisi valuasi, rasio Price-to-Earnings (PE) saat ini berada di angka 18,16, yang menunjukkan harga sahamnya tidak terlalu murah dibandingkan dengan median PE IHSG yang hanya 7,14.
Namun, perusahaan masih memiliki tingkat pengembalian yang cukup menarik dengan earnings yield sebesar 5,51 persen. Price-to-Book Value (PBV) di angka 1,88 menandakan valuasi sahamnya masih relatif wajar.
Likuiditas perusahaan cukup kuat dengan current ratio 2,73 dan quick ratio 2,53, yang berarti IFSH memiliki cukup aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Beban utang juga relatif rendah, terlihat dari Debt-to-Equity Ratio yang hanya 0,10 dan Long-Term Debt-to-Equity sebesar 0,02. Dengan struktur keuangan yang sehat, perusahaan memiliki fleksibilitas dalam mengelola modal dan menghadapi kondisi pasar yang menantang.
Namun, dari segi pertumbuhan, IFSH mengalami tekanan yang cukup berat. Pendapatan kuartalan turun 39,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara laba bersih turun lebih dari 60 persen.
Ini menjadi indikasi bahwa bisnis perusahaan sedang dalam fase yang kurang menguntungkan, mungkin akibat harga komoditas yang berfluktuasi atau permintaan yang melemah. Di sisi lain, meskipun menghadapi penurunan kinerja, perusahaan tetap membagikan dividen dengan yield sebesar 4,20 persen, menunjukkan komitmennya dalam memberikan keuntungan kepada investor.
Dari aspek profitabilitas, margin laba kotor mencapai 47,66 persen, sementara margin laba bersih di 16,21 persen. Meskipun masih cukup solid, tekanan dari biaya operasional dan penurunan pendapatan menyebabkan profitabilitas menurun.
Return on Equity (ROE) berada di 10,38 persen, yang cukup menarik, namun tidak terlalu tinggi dibandingkan perusahaan lain di sektor yang sama.
Dari sisi pergerakan harga saham, kinerja saham IFSH dalam setahun terakhir mengalami penurunan sebesar 15,38 persen, bahkan dalam enam bulan terakhir turun drastis hingga 34,40 persen.
Harga sahamnya saat ini berada jauh dari titik tertingginya dalam 52 minggu terakhir, yang mencapai Rp1.575, sedangkan titik terendahnya Rp650. Tren harga ini menunjukkan sentimen pasar yang kurang positif terhadap saham IFSH dalam jangka pendek.
Optimis Tatap 2025
Di sisi lain, IFSH tetap optimistis terhadap prospek bisnis nikel pada tahun ini. Perseroan akan mengejar kenaikan volume produksi bijih nikel pada periode 2025-2026.
"Perseroan juga masih membuka peluang untuk melakukan ekspansi organik lewat akuisisi tambang nikel sebagai sumber pertumbuhan baru di masa depan sekaligus memperbesar cadangan nikel," kata Rivka.
Produksi bijih nikel Perseroan ditargetkan sebanyak 2.24 juta 7.035 ton pada 2025, dan tumbuh maksimal menjadi 2.291.975 juta ton pada tahun 2026.
Manajemen IFSH optimistis produksi bijih nikel dapat terus tumbuh dan memberikan nilai bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
IFSH memiliki sejumlah alasan terhadap sikap optimisme itu. Pertama, Perseroan memiliki lahan konsesi yang terletak di Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Total luas lahan yang dimiliki Ifishdeco adalah 2.580 Hektar dan IUP Operasi/Produksi adalah 800 hektar.
Kedua, PT Bintang Smelter Indonesia (BSI), anak usaha Ifishdeco memiliki lahan seluas 70 hektar di 2.580 hektar milik Ifishdeco dengan izin yang diperlukan untuk Operasi dan Produksi Pabrik Pengolahan Nikel.
Ketiga, Perseroan memiliki area tambang seluas 800 hektar serta cadangan sebesar 6,5 juta ton nikel berlokasi di Ngapaaha, Tinaggea Sulawesi Tenggara. Di wilayah entitas anak usaha, PT Patrindo Jaya Makmur, di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Perseroan memiliki 500 hektar dengan cadangan 0,4 juta ton nikel, serta melalui PT Hangtian Nur Cahaya, di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Perseroan memiliki lahan seluas 47,70 hektar dengan cadangan 13,3 juta ton pasir kuarsa.
Adapun, IFSH sukses mencatatkan penjualan bersih secara konsolidasi tahun 2024 sebesar Rp972,71 miliar dengan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp83,67 miliar. Penjualan bersih Perseroan tahun lalu itu berasal dari pihak ketiga.
Perseroan mengumpulkan ekuitas sebesar menjadi Rp838,04 miliar per 31 Desember 2024, naik 6,64 persen dari Rp785,88 miliar per 31 Desember 2023. Perseroan mencatat aset dan liabilitas masing-masing sebesar Rp1,01 triliun dan Rp169,93 miliar per 31 Desember 2024.(*)