KABARBURSA.COM – Sejumlah perusahaan perbankan besar (big banks) segera mengguyur dividen kepada pemegang saham tahun ini. PT Bank Central Asia Tbk menjadi yang pertama menunjukkan komitmen dalam memberikan nilai tambah bagi investornya. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu, 12 Maret 2025, diputuskan membagikan dividen Rp250 per lembar saham, dari total laba bersih tahun 2024 mencapai Rp54,8 triliun.
Langkah emiten berkode saham BBCA itu diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Pada Senin, 24 Maret 2025, RUPST bank pelat merah ini menyetujui pembagian dividen dari laba bersih 2024 sebesar Rp51,73 triliun. Kemarin, 25 Maret 2025, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut memutuskan melalui RUPST bahwa para pemegang sahamnya akan menerima dividen dari 78 persen laba bersih tahun buku 2024.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI baru akan menggelar RUPST pada hari ini, Rabu, 26 Maret 2025. Untuk diketahui, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun pada 2024, meningkat 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai Rp20,9 triliun.
Pembagian dividen ini merupakan hasil dari kinerja positif yang memberikan efek ganda, yakni menarik dan mempertahankan investor, terutama mereka yang mencari pendapatan pasif. Selain itu, pembagian dividen, apalagi dengan nilai yang besar mencerminkan stabilitas dan kesehatan keuangan bank. Ini semua tentunya bertujuan untuk menunjukkan komitmen bank memenuhi harapan pemegang saham.
BBCA
Merujuk hasil RUPST, BCA menetapkan dividen sebesar Rp37 triliun atau setara dengan 67,4 persen dari total laba bersih sepanjang tahun 2024 sebesar Rp54,8 triliun. Keputusan ini membuat setiap pemegang saham akan mendapat dividen sebesar Rp300 per lembar saham, namun memperhitungkan dividen interim yang sebelumnya dibayarkan pada 11 Desember 2024 sebesar Rp50 per saham. Jadi, dividen final yang akan diterima adalah Rp250 per saham.
Dalam trennya, dividen BBCA tahun ini dinilai rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penilaian ini datang mengingat kinerja keuangan BCA tumbuh signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2024, laba bersih tahunan BCA mencapai Rp54,8 triliun, meningkat dari Rp48,6 triliun di tahun sebelumnya. Peningkatan ini semakin tampak jika dibandingkan dengan tahun 2022, ketika BCA mencatat laba Rp40,7 triliun. Bahkan, jika ditarik lebih jauh, laba BCA telah hampir tiga kali lipat dibandingkan 2025 yang hanya sebesar Rp18 triliun.
Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan laba BCA signifikan, kebijakan dividen yang diterapkan masih menjadi perdebatan di kalangan investor. Payout ratio sebesar 67,4 persen tergolong besar, tetapi nominal dividen per saham sebesar Rp300 (dengan dividen final Rp250) dianggap kurang memuaskan oleh sebagian pemegang saham yang menginginkan distribusi keuntungan lebih besar.
Namun, jika dilihat secara historis, tren dividen BCA terus meningkat, dari Rp145 pada 2021 menjadi Rp205 pada 2022, Rp270 pada 2023, dan Rp300 pada 2024. Hal ini mencerminkan strategi perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang saham dan kebutuhan ekspansi bisnis.
Dividend yield BCA saat ini sekitar 2,75 persen, relatif lebih rendah dibandingkan beberapa bank lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Namun, stabilitas dan prospek pertumbuhan jangka panjang BCA tetap menjadi daya tarik utama bagi investor, terutama bagi mereka yang mencari kombinasi antara dividen yang konsisten dan apresiasi harga saham.
Dengan posisi sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, keputusan BCA dalam menentukan kebijakan dividen tetap berorientasi pada keberlanjutan bisnis jangka panjang, bukan hanya sekadar memenuhi ekspektasi pasar secara jangka pendek.
BBRI
Dalam RUPST yang digelar pada 24 Maret 2025, BRI menetapkan pembagian dividen sebesar Rp51,74 triliun, yang setara dengan 85 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2024 yang mencapai Rp60,64 triliun. Setiap pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp345 per lembar saham.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, BRI membagikan dividen sebesar Rp235 per saham dengan payout ratio 80,04 persen. Peningkatan ini mencerminkan komitmen BRI dalam memberikan nilai tambah kepada pemegang saham seiring dengan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.
Pada tahun buku 2022, BBRI membagikan dividen sebesar Rp288 per saham, naik 65,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Total dividen yang dibagikan mencapai Rp43,5 triliun, atau 85 persen dari laba bersih tahun tersebut. Tahun sebelumnya, BBRI membagikan dividen sebesar Rp174,25 per saham dengan payout ratio yang sama, yaitu 85 persen. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan laba bersih perusahaan dan strategi untuk memberikan nilai tambah kepada pemegang saham.
Dari perspektif jangka panjang, saham BBRI dianggap menarik dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya. Fundamental perusahaan yang kuat, termasuk pertumbuhan laba bersih yang konsisten dan kebijakan dividen yang atraktif, menjadikan BBRI sebagai pilihan investasi yang menjanjikan. Selain itu, posisi BBRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan luas dan basis nasabah yang kuat memberikan keunggulan kompetitif dalam industri perbankan.
Kekuatan fundamental BBRI tercermin dari kinerja keuangannya yang solid. Pada kuartal pertama tahun 2024, BBRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp15,88 triliun, tumbuh 2,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menunjukkan kemampuan BBRI dalam mengelola aset dan liabilitasnya secara efektif, serta mempertahankan profitabilitas di tengah dinamika pasar.
Daya tarik saham BBRI juga didukung oleh kebijakan dividen yang konsisten dan yield yang kompetitif. Dengan dividen per saham sebesar Rp345 dan harga saham pada level Rp3.700 per saham, dividend yield BBRI mencapai 9,16 persen. Tingkat imbal hasil ini lebih tinggi dibandingkan beberapa bank besar lainnya, menjadikan BBRI sebagai pilihan menarik bagi investor yang mencari pendapatan dividen yang stabil.
BMRI
Pada RUPST tanggal 25 Maret 2025, Bank Mandiri memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp43,5 triliun, yang setara dengan 78 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2024 sebesar Rp55,78 triliun. Dividen per lembar saham ditetapkan sebesar Rp466,18.
Berdasarkan harga penutupan saham BMRI pada perdagangan sebelumnya, yaitu Rp4.460 per saham, imbal hasil dividen (dividend yield) yang ditawarkan mencapai sekitar 10,45 persen.
Peningkatan payout ratio dari 60 persen pada tahun sebelumnya menjadi 78 persen menunjukkan komitmen Bank Mandiri dalam memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, sambil tetap menjaga modal yang cukup untuk ekspansi bisnis di masa mendatang.
Keputusan ini menunjukkan upaya Bank Mandiri dalam menyeimbangkan antara distribusi keuntungan kepada pemegang saham dan mempertahankan modal untuk ekspansi bisnis di masa depan.
BBNI
BBNI dijadwalkan menggelar RUPST pada 26 Maret 2025 hari ini dengan agenda utama membahas distribusi laba, dividen, rencana pembelian kembali saham atau buyback, serta perubahan jajaran direksi. Salah satu fokus utama pemegang saham adalah besaran dividen yang akan dibagikan tahun ini.
Sebelumnya, BNI membagikan dividen dengan payout ratio sekitar 50 persen. Peningkatan rasio dividen ini mencerminkan strategi perusahaan dalam memberikan apresiasi kepada pemegang saham sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan.
Pada tahun buku 2023, BBNI membagikan dividen sebesar Rp10,45 triliun, yang setara dengan 50 persen dari laba bersih tahun tersebut, menghasilkan dividen per saham sebesar Rp280,49. Peningkatan ini melanjutkan tren dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun buku 2022, BBNI membagikan dividen sebesar Rp7,32 triliun atau 40 persen dari laba bersih, dengan dividen per saham Rp392,78.
Pada tahun buku 2021, dividen yang dibagikan adalah Rp2,72 triliun, setara dengan 25 persen dari laba bersih, dengan dividen per saham Rp146,29. Tren ini mencerminkan komitmen BBNI dalam meningkatkan nilai bagi pemegang saham seiring dengan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.
Saham-saham Bergerak Positif
Pada hari ini, 26 Maret 2025, setelah pengumuman jumlah dividen yang akan dibagikan, saham-saham perbankan utama Indonesia menunjukkan pergerakan harga yang bervariasi.
Hingga pukul 11.39 WIB, saham BBCA berada pada harga Rp8.525 per saham, mengalami penguatan 5,90 persen dibandingkan harga pembukaan. Sementara itu, BBRI diperdagangkan pada di level Rp3.970 per saham, mengalami kenaikan hingga 4,47 persen dari awal perdagangan hari ini.
Sementara itu saham BMRI mencatat harga Rp5.050 per saham, menguat 6,54 persen, sedangkan BBNI masih diperdagangkan pada Rp4.210 per saham, meningkat 7,69 persen atau 300 poin pada pembukaan.
Di samping itu, tren pergerakan harga saham year-to-date (ytd) menunjukkan bahwa saham-saham perbankan ini mengalami fluktuasi signifikan. BBRI, misalnya, mencatat penurunan harga saham sebesar 34,10 persen dari 19 Februari 2024 hingga 19 Februari 2025. BBCA mengalami penurunan 9,37 persen pada periode yang sama, sementara BMRI dan BBNI masing-masing turun 27,62 persen dan 23,06 persen. (*)