Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Menguat, Saham Nvidia Sedikit Tersandung

Mayoritas indeks saham Amerika Serikat ditutup menguat pada Selasa waktu setempat, didorong kenaikan Apple dan lonjakan Tesla, meskipun Nvidia mencatat koreksi tipis.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 March 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Menguat, Saham Nvidia Sedikit Tersandung Ilustrasi: papan pantau IHSG di Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM - Wall Street ditutup menguat pada Rabu, 26 Maret 2025, meski investor masih harap-harap cemas menanti kejelasan soal rencana tarif impor ala Presiden Donald Trump. Apple jadi penopang utama, sementara Nvidia sedikit tertekan di tengah rilis data kepercayaan konsumen yang mengecewakan.

Trump sendiri pada Senin sudah melempar sinyal soal tarif baru untuk sektor otomotif. Namun, ia juga menyebut bahwa tidak semua tarif yang diumumkan pada 2 April nanti akan langsung diberlakukan. Pernyataan yang multitafsir ini membuat pelaku pasar harap-harap cemas, berharap ada pencerahan minggu depan.

“Investor sebenarnya tidak terlalu yakin bakal dapat kejelasan yang diinginkan, tapi saking butuhnya, bahkan secuil info pun bisa bikin hari jadi besar,” ujar Ross Mayfield, analis investasi dari Baird, dikutip dari Reuters di Jakarta, Rabu.

Sejauh ini, indeks S&P 500 sudah turun sekitar 2 persen sepanjang tahun 2025. Ini berpotensi menjadi kerugian kuartalan pertama sejak Juni 2023, akibat kekhawatiran bahwa tarif Trump akan memicu inflasi dan menekan pertumbuhan ekonomi.

Lembaga pemeringkat Moody’s juga memperingatkan bahwa kekuatan fiskal AS sedang menuju tren penurunan dalam jangka panjang. Defisit anggaran membengkak, dan utang publik makin tidak terjangkau.

Dari sisi sentimen konsumen, datanya pun tidak menggembirakan. Indeks kepercayaan konsumen turun ke 92,9 pada Maret—angka terendah sejak Februari 2021. Ini menambah beban bagi investor yang sudah cukup pusing menghadapi dinamika tarif.

Apple naik 1,4 persen dan ikut mengangkat indeks Nasdaq ke zona hijau, sementara Nvidia melemah tipis 0,6 persen. Tesla ikut menguat 3,45 persen, menambah reli 12 persen sehari sebelumnya, walau pangsa pasarnya di Eropa terus menyusut untuk bulan kedua berturut-turut.

Namun tak semua saham beruntung. KB Home anjlok lebih dari 6 persen usai memangkas proyeksi pendapatan tahun penuh 2025.

Secara keseluruhan, S&P 500 naik 0,16 persen dan ditutup di 5.776,65. Nasdaq melesat 0,46 persen ke 18.271,86, sementara Dow Jones Industrial Average hanya naik tipis 0,01 persen ke 42.587,50.

Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, tujuh mencatatkan kenaikan. Sektor layanan komunikasi memimpin dengan kenaikan 1,43 persen, disusul sektor konsumer non-pokok yang naik 0,98 persen.

Gubernur The Fed Adriana Kugler menyebut kebijakan suku bunga masih tergolong ketat, namun laju penurunan inflasi ke target 2 persen berjalan lambat. Presiden Fed New York, John Williams, menambahkan bahwa pelaku usaha dan rumah tangga kini mengalami “ketidakpastian yang meningkat” soal arah ekonomi ke depan.

Dari sektor teknologi, saham CrowdStrike melonjak 3,3 persen usai BTIG menaikkan peringkatnya dari “netral” jadi “beli”. Tapi secara keseluruhan, saham yang melemah masih lebih banyak: perbandingan saham turun dan naik di indeks S&P 500 mencapai 1,3 banding satu.

Kemarin, pasar saham Amerika Serikat menutup hari dengan wajah cerah. Indeks S&P 500 melompat 1,76 persen ke posisi 5.767,57, sementara Nasdaq melesat lebih tinggi lagi dengan kenaikan 2,27 persen ke 18.188,59. Dow Jones Industrial Average pun tak ketinggalan, ikut naik 1,42 persen ke level 42.583,32.

Sementara itu, Russell 2000—indeks yang jadi barometer bagi saham-saham perusahaan kecil di AS—menunjukkan performa impresif dengan kenaikan 2,55 persen. Itu jadi level tertingginya dalam dua pekan terakhir.

Indeks Volatilitas CBOE, atau yang akrab disebut “pengukur ketakutan” Wall Street, justru mereda. Angkanya turun 1,8 poin ke level terendah dalam sebulan terakhir, menunjukkan pelaku pasar mulai tenang.

Namun, dari sisi aktivitas perdagangan, volume di bursa AS masih terbilang sepi. Hanya sekitar 13,6 miliar saham yang berpindah tangan—lebih rendah dari rata-rata 20 hari sebelumnya yang mencapai 16,5 miliar saham.

Dari total 11 sektor di indeks S&P 500, sepuluh ditutup menguat. Sektor konsumsi non-pokok mencatat kenaikan paling tajam, yakni 4,07 persen, banyak didorong oleh lonjakan saham Tesla. Di belakangnya, sektor layanan komunikasi juga tampil apik dengan kenaikan 2,1 persen.

Dari sudut data ekonomi, aktivitas bisnis di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan pada Maret. Meski begitu, sentimen pelaku pasar masih dibayangi oleh dua hal besar: ancaman tarif impor dan rencana pemangkasan anggaran pemerintah.

Kini, perhatian tertuju ke hari Jumat, saat bank sentral AS, The Fed, akan mendapatkan amunisi data penting berupa Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE)—indikator inflasi favorit mereka. Hasilnya nanti bisa menentukan arah suku bunga ke depan.

Dari lantai bursa, ada aksi korporasi menarik. Saham Dun & Bradstreet melonjak 3 persen setelah perusahaan data dan analitik tersebut resmi akan diakuisisi oleh Clearlake Capital. Nilai kesepakatannya tidak main-main—tembus USD7,7 miliar.

Namun tidak semua saham bernasib baik. Lockheed Martin justru harus gigit jari. Sahamnya tergelincir lebih dari 1 persen setelah BofA Global Research menurunkan rating-nya dari “beli” jadi “netral”.(*)