Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

SILO Dapat Kucuran Dana Segar, ini Potensinya di 2025

Perjanjian pinjaman tersebut ditandatangani pada 24 Maret 2025 dan melibatkan sejumlah bank besar.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 25 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
SILO Dapat Kucuran Dana Segar, ini Potensinya di 2025 Sah satu gedung RS Siloam Hospital.

KABARBURSA.COM - PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, semakin memperkuat langkah ekspansinya dengan memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi senilai Rp14,5 triliun.

Perjanjian pinjaman tersebut ditandatangani pada 24 Maret 2025 dan melibatkan sejumlah bank besar, baik nasional maupun internasional, yang akan mendukung strategi pertumbuhan perseroan di masa depan.

Dalam keterangan resminya, Corporate Secretary SILO, Ratih Hadiwinoto, mengungkapkan bahwa pinjaman ini merupakan hasil kerja sama dengan beberapa institusi keuangan terkemuka, termasuk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank DBS Indonesia, MUFG Bank, Ltd. Jakarta Branch, serta The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited Singapore Branch.

Peran BNI dalam transaksi ini tidak hanya sebagai salah satu kreditur tetapi juga bertindak sebagai agen fasilitas dan agen jaminan, memastikan bahwa seluruh proses pembiayaan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pinjaman sindikasi ini terdiri dari beberapa skema pembiayaan, termasuk term loan dengan jangka waktu tujuh tahun, revolving credit facility, serta fasilitas pendukung lainnya yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas keuangan bagi Siloam.

Penggunaan dana ini diarahkan untuk mempercepat ekspansi jaringan rumah sakit, meningkatkan kualitas layanan kesehatan, serta mengoptimalkan operasional di berbagai wilayah.

Ratih menekankan bahwa pencairan fasilitas pinjaman ini masih bergantung pada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham terkait dengan jaminan dan penjaminan yang menjadi bagian dari kesepakatan ini.

Hal ini mengingat transaksi ini melibatkan aset perseroan yang dijaminkan dengan nilai lebih dari 50 persen dari total aset bersihnya, sehingga tunduk pada regulasi yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Peraturan OJK (POJK) No.17/POJK.04/2020.

Meskipun transaksi ini berskala besar, SILO menegaskan bahwa tidak ada unsur transaksi afiliasi dalam kesepakatan ini sebagaimana yang diatur dalam POJK No.42/2020. Dengan adanya tambahan pendanaan ini, SILO optimistis dapat meningkatkan daya saingnya di industri kesehatan, menghadirkan layanan medis yang lebih luas, serta memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor rumah sakit swasta di Indonesia.

Keputusan untuk menggalang pendanaan dalam jumlah besar ini mencerminkan keyakinan perseroan terhadap prospek industri kesehatan di Indonesia. Dengan populasi yang terus bertumbuh serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya layanan kesehatan berkualitas, ekspansi yang dilakukan oleh Siloam diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang, baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat luas yang membutuhkan layanan kesehatan terbaik.

Prospek Sektor Healthcare di 2025

Prospek saham emiten sektor healthcare diprediksi akan bersinar pada 2025, didorong oleh kebijakan prioritas pemerintahan Prabowo Subianto di bidang kesehatan. Sejumlah program strategis seperti pemeriksaan kesehatan gratis, penurunan angka penderita tuberkulosis (TBC), dan pembangunan rumah sakit berkualitas di daerah terpencil diyakini akan menjadi katalis positif bagi industri layanan kesehatan di Indonesia.

Menurut Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo, sektor healthcare akan mendapat manfaat dari fokus pemerintah dalam pengembangan fasilitas kesehatan. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan terhadap layanan medis dan memperluas akses masyarakat terhadap perawatan kesehatan yang lebih baik.

Selain itu, regulasi Coordination of Benefit (CoB) BPJS juga diprediksi akan memberikan dampak positif bagi emiten berbasis rumah sakit. 

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa peraturan ini memungkinkan pasien dengan asuransi tambahan untuk mendapatkan layanan yang lebih optimal melalui koordinasi dengan BPJS. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit karena lebih banyak pasien yang dapat memanfaatkan layanan kesehatan tanpa terkendala biaya.

Penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang direncanakan pada semester pertama 2025 juga akan menjadi faktor penting dalam dinamika sektor healthcare. Standarisasi layanan ini mengharuskan rumah sakit untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan, termasuk penyesuaian jumlah serta kualitas kamar rawat inap. 

Meskipun hal ini dapat menambah beban operasional bagi rumah sakit, dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih baik.

Di sisi lain, perubahan musim dan kondisi cuaca juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan permintaan layanan kesehatan. Memasuki musim hujan, risiko penyakit akibat perubahan cuaca, seperti infeksi saluran pernapasan dan demam berdarah, cenderung meningkat. 

Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam upaya pencegahan maupun pengobatan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis emiten di sektor ini.

Namun, tantangan dari sisi makroekonomi tetap harus diperhitungkan. Suku bunga yang masih relatif tinggi dapat berdampak pada daya beli masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan, terutama yang bersifat non-darurat. Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga akan menjadi faktor kunci yang dapat mempengaruhi permintaan layanan kesehatan ke depan. 

Jika suku bunga turun, maka daya beli masyarakat akan meningkat dan mendorong lebih banyak orang untuk mengakses layanan kesehatan, baik untuk pengobatan maupun tindakan pencegahan.

Dengan berbagai faktor pendorong ini, prospek saham emiten healthcare di tahun 2025 dipandang positif. Program pemerintah yang agresif dalam memperbaiki layanan kesehatan, ditambah dengan kebijakan regulasi yang mendukung serta dinamika permintaan akibat faktor musiman, menjadi sinyal kuat bahwa sektor ini akan mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. 

Namun, pelaku pasar tetap perlu mencermati faktor risiko seperti kondisi makroekonomi dan implementasi kebijakan baru yang bisa mempengaruhi biaya operasional rumah sakit dan perusahaan kesehatan lainnya.

Pertumbuhan Solid 9M24

PT Siloam International Hospitals Tbk kembali membuktikan diri sebagai jaringan rumah sakit swasta terkemuka di Indonesia dengan pencapaian keuangan dan operasional yang gemilang sepanjang 2024. Hingga September, pendapatan bersih perusahaan melonjak 10,8 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp7,06 triliun. Pertumbuhan ini mencerminkan strategi ekspansi yang tepat serta peningkatan efisiensi di seluruh jaringan rumah sakitnya.

Lonjakan pendapatan tersebut ditopang oleh meningkatnya jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan. Kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan Siloam terus menguat, sebagaimana terlihat dari pertumbuhan jumlah pasien rawat inap sebesar 9,8 persen menjadi 244.976 orang. 

Sementara itu, total hari perawatan naik 9 persen menjadi 759.695 hari. Tren serupa juga terjadi pada layanan rawat jalan, yang mengalami peningkatan kunjungan sebesar 9,7 persen menjadi 3,16 juta kunjungan, menandakan stabilnya volume pasien di atas 1 juta kunjungan per kuartal.

Dari sisi profitabilitas, Siloam mencatatkan kinerja yang impresif. Underlying EBITDA meningkat 8,2 persen YoY menjadi Rp2,11 triliun, sedangkan Underlying Net Profit tumbuh 10,6 persen menjadi Rp977,8 miliar. 

Hasil ini menunjukkan manajemen yang disiplin dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi dan efisiensi operasional, sekaligus memastikan keberlanjutan layanan kesehatan berkualitas tinggi.

Strategi ekspansi Siloam semakin terbukti dengan peningkatan tingkat okupansi rumah sakit yang kini mencapai 68 persen, naik 3 persen dari tahun sebelumnya. Bertambahnya jumlah tempat tidur operasional menjadi 4.097 unit menjadi faktor utama dalam peningkatan ini. 

Di samping itu, penguatan layanan spesialisasi dalam bidang Kardiologi, Onkologi, Neurologi, Gastroenterologi, dan Ortopedi (CONGO) semakin mengukuhkan posisi Siloam sebagai pusat layanan medis unggulan di Indonesia.

Dari segi struktur pembayaran, Siloam tetap mempertahankan keseimbangan yang baik. Sebanyak 81,7 persen pendapatan berasal dari pasien swasta, yang mencakup kategori Out of Pocket, Korporat, dan Asuransi. 

Sementara itu, kontribusi dari pasien BPJS mencapai 18,3 persen. Komposisi ini mencerminkan ketahanan keuangan perusahaan serta kemampuannya dalam melayani berbagai segmen masyarakat tanpa mengorbankan kualitas layanan.

Dalam upaya mempertahankan momentum pertumbuhan, Siloam tetap agresif dalam ekspansi. Perusahaan menargetkan pembukaan satu hingga dua rumah sakit baru setiap tahun. 

Salah satu proyek yang sedang berjalan adalah pengembangan Rumah Sakit Siloam Makassar, yang akan menambah 80 tempat tidur dan berinvestasi dalam teknologi Linear Accelerator (LINAC) untuk meningkatkan kapasitas layanan onkologi. Di sisi lain, Rumah Sakit Siloam Surabaya Gubeng tengah memperluas kapasitasnya dengan tambahan 162 tempat tidur, guna menjangkau pasar premium di pusat kota Surabaya. Kedua proyek ini diproyeksikan rampung pada kuartal pertama 2025.

Presiden Direktur Siloam Benny Haryanto, menegaskan bahwa keberlanjutan kinerja perusahaan merupakan hasil dari strategi ekspansi yang matang serta optimalisasi operasional yang konsisten. Manajemen akan terus berfokus pada inovasi layanan dan efisiensi untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

Dengan strategi pertumbuhan yang agresif, penguatan layanan spesialisasi, dan manajemen keuangan yang disiplin, Siloam International Hospitals semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin industri layanan kesehatan swasta di Indonesia. Tidak hanya menjadi entitas bisnis yang solid, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui akses layanan kesehatan berkualitas tinggi dan berkelanjutan.(*)