Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

RUPST BRI 2025: Hery Gunardi Jadi Direktur Utama

RUPST menyetujui pemberhentian Sunarso sebagai direktur utama BRI dan mengangkat Hery Gunardi sebagai penggantinya

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 24 March 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Syahrianto
RUPST BRI 2025: Hery Gunardi Jadi Direktur Utama Hery Gunardi, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, yang terpilih menggantikan Sunarso di posisi Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Foto: Dok. BSI)

KABARBURSA.COM -  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin, 24 Maret 2025. 

Dalam RUPST yang melibatkan saham berkode BBRI ini, terdapat 10 agenda utama. Selain pembagian dividen tunai, agenda yang paling dinantikan adalah perubahan dalam struktur kepengurusan perseroan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan perombakan signifikan, terutama pada posisi direktur utama. RUPST menyetujui pemberhentian Sunarso sebagai direktur utama BRI dan mengangkat Hery Gunardi sebagai penggantinya. 

Namun, perubahan ini masih harus mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui uji kelayakan dan kepatutan (fit & proper test). 

Adapun 10 agenda RUPST BBRI meliputi:

  1. Persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan BRI.
  2. Penetapan penggunaan laba bersih BRI untuk tahun buku 2024.
  3. Penetapan gaji/honorarium, fasilitas, tunjangan tahun buku 2025, tantiem atas kinerja tahun buku 2024, serta insentif jangka panjang periode 2025–2027 bagi direksi dan dewan komisaris.
  4. Persetujuan penunjukan akuntan publik dan/atau kantor akuntan publik.
  5. Laporan realisasi penggunaan dana dari Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Tahap III Bank BRI Tahun 2024.
  6. Persetujuan pembaruan Rencana Aksi Pemulihan (recovery plan) BRI.
  7. Penetapan plafon atau batas hapus tagih atas piutang macet yang telah dihapus buku.
  8. Persetujuan rencana pembelian kembali (buyback) saham dan pengalihan saham hasil buyback yang disimpan sebagai saham treasuri BRI.
  9. Perubahan anggaran dasar perseroan.
  10. Perubahan struktur kepengurusan BRI.

Rekam Jejak Dirut Hery Gunardi

Hery Gunardi memiliki karier yang cukup moncer di dunia perbankan. Ia lahir di Bengkulu pada tahun 1962, beliau meraih gelar Doktor dalam Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2021. Sebelumnya, Hery juga menyelesaikan Pascasarjana di bidang Finance and Accounting di University of Oregon, USA pada tahun 1991, serta Sarjana Administrasi Niaga di Universitas 17 Agustus 1945 pada tahun 1987.

Hery memulai karier di dunia perbankan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ia menjabat dalam beberapa posisi penting, mulai dari Direktur Micro & Business Banking, Direktur Consumer Banking, hingga Direktur Bisnis & Jaringan. 

Selain itu, Hery juga pernah menduduki akil Direktur Utama Bank Mandiri pada tahun 2020. Pada tahun yang sama dia diangkat menjadi Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri hingga akhirnya pada 2021, diangkat sebagai Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BSI), posisi yang diembannya hingga saat ini.

Saat ini susunan komposisi pemegang saham BSI, Bank Mandiri 50,83 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85 persen, BRI 17,25 persen. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5 persen.

Bank yang lebih dikenal dengan nama BSI ini didirikan pada 1 Februari 2021. Dilansir dari laman resminya banksbsi.co.id pada Senin, 3 Januari 2025. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Dalam perdagangan pasar modar BSI lebih dikenal dengan kode emiten BRIS.

Catatan Karier Dunia Bank

Hery menapaki karir sebagai pucuk pimpinan bank syariah terbesar di Indonesia, Hery merupakan Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri pada 2020-2021. Dia berkarir lama di Bank Mandiri sebagai Direktur Consumer & Retail Transaction, Direktur Bisnis & Jaringan, Direktur Bisnis Kecil & Jaringan, hingga Direktur Micro & Business Banking

Dan beberapa catatan sejak memulai karirnya pada tahun 1998. Menghadapi krisis ekonomi, sekaligus transisi era politik berubah.

Hery memulai kariernya di Bapindo (Bank Pembangunan Indonesia) sebagai staf riset dan pengembangan.

Seiring waktu, ia mengalami kemajuan pesat dalam karirnya:

1998: Bergabung dengan Divisi Treasury Bapindo saat krisis ekonomi.

2001: Terlibat dalam proses merger yang membentuk Bank Mandiri, hasil penggabungan beberapa bank milik pemerintah.

2003-2005: Menjabat sebagai Direktur Axa Mandiri Financial Services.

2006-2009: Menjadi Presiden Komisaris Mandiri Axa sambil menjabat sebagai Senior Vice President Wealth Management di Bank Mandiri.

2013: Diangkat sebagai Senior Executive Vice President Consumer Finance di Bank Mandiri.

2019-2020: Menjabat sebagai Direktur Consumer dan Retail Transaction di Bank Mandiri.

2020: Diangkat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, kemudian menjadi Plt. Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM).

2021-sekarang: Menjadi Direktur Utama Bank Syariah Indonesia setelah penggabungan BSM, BRI Syariah, dan BNI Syariah menjadi BSI.

Bawa BSI Untung 

BSI mampu membukukan pertumbuhan laba sebesar 21,6 persen year on year (yoy) pada kuartal III 2024, ketika Hery Gunardi menjabat sebagai direktur utama.

Laba bersih perusahaan dengan kode saham BRIS ini mencapai Rp5,11 triliun, naik dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp4,20 triliun.

Hery Gunardi, bersyukur kinerja BSI terus tumbuh solid, sehat dan sustain hingga kuartal III 2024.

“Kami tetap tumbuh dobel digit sampai triwulan ketiga di tengah makro ekonomi yang cukup menantang dengan tingginya reference rate. Namun, BI mulai menurunkan suku bunga acuannya.,’’ kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024.

Menurut Hery, BSI masih terus menumbuhkan segmen-segmen bisnis yang potensial dengan kualitas terjaga sembari terus meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah, terutama dari sisi digital.

Di sisi lain, BSI juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,92 persen menjadi Rp301,22 triliun pada kuartal III 2024.

Adapun komposisi DPK didominasi produk tabungan yang pada periode yang sama tumbuh 13,40 persen (yoy) menjadi Rp130,18 triliun. Adapun rasio dana murah (CASA) berada pada posisi 61,69 persen.

Kenaikan tabungan tersebut tidak lepas dari meningkatnya customer base yang sejak merger rata-rata bertambah 2,5 juta nasabah pertahun. (*)