Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emas Berpotensi Sentuh USD3.100, ini Faktornya

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 24 March 2025 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Citra Dara Vresti Trisna
Emas Berpotensi Sentuh USD3.100, ini Faktornya Harga emas diprediksi bakal tembus ke angka USD3.100. (Foto: Kabar Bursa/Abbas S)

KABARBURSA.COM – Sejumlah analis memberikan tanggapan berbeda terkait denga harga emas dunia pada pekan terakhir bulan Maret 2025. Namun, yang menjadi sentimen utama dari naik turunnya harga emas dunia adalah kondisi geopolitik di Timur Tengah.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas dunia akan terkoreksi karena harga dolar saat ini masih relatif lemah.

Gap down itu kemungkinan masih akan aktif. Tapi, ada kemungkinan emas kalau seandainya turun, dia di 2.985, itu supportnya dan resistannya di 3.070. Jadi 3.070 itu level tertinggi, kemudian level terendahnya itu 2.985,” kata Ibrahim kepada kabarbursa.com, Senin, 24 Maret 2025.

Harga emas yang terlalu tinggi di pasaran, kata Ibrahim, akan membuat investor susah melakukan pembelian sehingga banyak di antara mereka yang akan taking provit.

Upaya mengambil keuntungan ini dilakukan karena ada kemungkinan jika harga emas dunia pada kuartal pertama, yang kemungkinan pada pekan ini mampu mencapai level 3.100.

Kemungkinan 3.100 itu adalah kuartal pertama, sedangkan semester pertama itu di 3.150. Nah kenapa? Karena tensi geopolitik di Timur Tengah sekarang masih memanas, apalagi setelah terbunuhnya pemimpin Hamas oleh Israel pada saat salat tarawih,” jelasnya.

Selain masalah di Timur Tengah, lanjut Ibrahim, adalah kenaikan harga emas juga dipicu oleh perang dagang yang membuat pelaku pasar akan kembali melakukan pembelian terhadap emas. Begitu juga dengan target pertumbuhan ekonomi Tiongkok adalah 5 persen.

“Pemerintah (China) menggelontorkan stimulus triliunan Yuan tujuannya agar masyarakat itu membelanjakan uangnya. Ini yang membuat harga emas naik. Di sisi lain, Tiongkok terus menggandakan pembelian emas batangan karena tahu jika kemungkinan besar resesi akan terjadi,” jelasnya.

Selain itu, Pemerintah Tiongkok akan mendeversifikasi cadangan devisanya, yang awalnya menggunakan dolar berubah menjadi emas batangan. 

Sementara itu, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong memproyeksikan harga emas dunia akan kembali naik seiring dengan berbagai kondisi politik di luar negeri dan di dalam negeri.

“Kondisi saat ini dengan berbagai tantangan seperti pelemahan dolar AS dan situasi geopolitik di Timur Tengah, terutama di Gaza, Palestina dan jika dilihat dari inflasi sebelumnya, maka harga emas pasti akan kembali naik,” kata Lukman kepada kabarbursa.com, Minggu, 23 Maret 2025.

Lukman menjelaskan, kenaikan harga emas dunia masih cukup tinggi sejak sepekan terakhir. Menurutnya, faktor pemicunya adalah di Gaza. “Israel yang mengabaikan gencatan senjata dan ancaman AS terhadap kelompok Houthi, Yaman membuat ekskalasi konflik meningkat,” ujarnya.

Lukman memprediksi harga emas dunia bakal berada di kisaran USD3.000-3.055 per ons troi. Sedangkan untuk di dalam negeri, momentum mudik lebaran tahun 2025 disebut juga berpotensi mengerek harga emas naik signifikan.

“Jika dilihat dari permintaan, begitu juga dengan rupiah yang tertekan, maka emas Antam diprakirakan bisa sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga internasional,” jelasnya.

Terkoreksi Akibat Penguatan Dolar

Sebelumnya dibertakan, harga emas global mengalami penurunan sebesar satu persen pada Sabtu, 22 Maret 2025, dini hari WIB, akibat penguatan dolar AS dan aksi profit-taking oleh investor. Kendati demikian, faktor ketidakpastian geopolitik dan ekonomi dunia, serta harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, membuat emas tetap mencatatkan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.

Menurut laporan Reuters dari Jakarta, Sabtu, harga emas spot melemah 1 persen ke level USD3.015,43 per ons (sekitar Rp49.303.509). Di sisi lain, kontrak berjangka emas AS turun 0,7 persen menjadi USD3.021,40 per ons (sekitar Rp49.401.820). Sepanjang minggu ini, emas tetap mengalami kenaikan sekitar 1 persen.

Sebagai aset safe haven, emas sering menjadi pilihan utama di tengah ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi. Sepanjang tahun ini, emas telah mencatat 16 rekor harga tertinggi, dengan puncaknya pada Kamis lalu di angka USD3.057,21 per ons (sekitar Rp49.976.523). “Pasar sedang memasuki fase koreksi. Terjadi aksi ambil untung di level ini, sementara dolar juga menguat,” kata analis dari Marex, Edward Meir.

Indeks dolar AS mengalami kenaikan 0,3 persen dan mencapai level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Penguatan ini menyebabkan emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi investor asing. “Minat terhadap aset safe haven masih berlanjut, baik karena ketegangan perdagangan maupun faktor geopolitik. Ini tetap menjadi faktor utama yang mendukung harga emas,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan analis logam senior di Zaner Metals.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump berencana menerapkan tarif baru pada 2 April mendatang, yang membuat pasar mencermati dampaknya lebih lanjut.

Bank sentral AS (The Fed) tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan Rabu lalu, sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed memberikan sinyal akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis poin, sebelum akhir tahun.

Berdasarkan data dari LSEG, pasar saat ini memproyeksikan pemangkasan suku bunga total sebesar 71 basis poin tahun ini, dengan penurunan pertama diprediksi terjadi pada Juli. Sementara itu, Israel melancarkan serangan udara, darat, dan laut dalam skala besar ke Gaza, menekan pelepasan sandera yang tersisa dan mengakhiri gencatan senjata dua bulan, sekaligus memulai operasi militer penuh terhadap Hamas.

Di pasar logam lainnya, harga perak spot turun 1,7 persen ke USD32,97 per ons (sekitar Rp538.411), platinum melemah 1,1 persen ke USD973,45 (sekitar Rp15.888.235), sementara palladium mengalami kenaikan tipis 0,1 persen ke USD953,14 (sekitar Rp15.557.182). Ketiga logam ini diperkirakan mencatatkan kerugian mingguan. (*)