Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ekonom Sebut Pasar Modal RI Selalu Dianaktirikan

Ia memandang pernyataan seorang presiden sangat bisa mempengaruhi keadaan.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 24 March 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
Ekonom Sebut Pasar Modal RI Selalu Dianaktirikan Hall Bursa Efek Indonesia di Bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Ekonom Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin menilai, pasar modal di Indonesia hingga kini masih dianggap sebagai anak tiri oleh pemerintah. 

Hal tersebut dia ungkapkan ketika menanggapi pernyataan Presiden Prabowo Subianto, yang menyebut harga saham boleh naik-turun, namun yang penting harga pangan tetap aman. 

Menurut Wijayanto, perkataan Prabowo tersebut bisa menyakiti hati para pelaku pasar modal. Ia memandang pernyataan seorang presiden sangat bisa mempengaruhi keadaan. 

"Karena, apapun yang disampaikan oleh Presiden walaupun sifatnya joke (candaan), ini dianggap serius sebagai sikap pemerintah. Jadi, statement dari pejabat tinggi, apalagi Presiden, itu sudah separuh kebijakan," kata Wijayanto dalam acara Bursa Pagi-Pagi Kabarbursa.com, Senin, 24 Maret 2025.

Wijayanto tidak menampik jika ketahanan pangan menjadi hal utama yang mesti disorot. Namun, dia berharap pasar modal juga harus diperhatikan lebih intens. 

Pasalnya, tambah dia, confiden investor bisa menurun drastis jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok secara mendadak seperti beberapa hari kemarin. 

"Dampaknya bisa lari ke masalah fiskal karena surat hutang kita sulit dipasarkan, rupiah bisa melemah," tuturnya. 

Lebih jauh  Wijayanto menganggap, sejak krisis ekonomi tahun 1998, pasar modal Indonesia selalu dianaktirikan. Sektor lain terutama perbankan, lanjut dia, setelah krisis 1998 itu sudah mengalami berbagai transformasi. 

"Tapi pasar modal didiamkan saja. Bahkan kalau kita lihat trendnya, makin lama makin mengkhawatirkan karena tidak mendapatkan perhatian yang memadai," ungkapnya. 

Sementara itu Equity Research Analyst MNC Sekuritas Catherine Florencia, memandang isu soal pangan yang tengah digarap pemerintah, bisa menjadi katalis positif untuk para investor. 

"Investor harusnya bisa mulai percaya terhadap komitmen pemerintah bahwa, yang aware (sadar) soal pangan," jelasnya dalam kesempatan yang sama. 

Terlepas dari pernyataan Prabowo soal pangan dan pasar modal, Catherine menjelaskan IHSG sendiri saat ini tengah mengalami tekanan luar biasa. 

Adapun IHSG dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Senin, 24 Maret 2025, turun 20,26 poin atau 0,32 persen ke level 6.237,92.  

Sejak pembukaan, indeks bergerak dalam rentang 6.233,58 hingga 6.268,42. Total volume transaksi tercatat sebesar 3,07 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp347,19 miliar dari 27.610 transaksi. 

IHSG Diprediksi Uji Support

IHSG diprediksi akan kembali berkutat di titik terendah karena beberapa sentimen pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, IHSG bisa diperkirakan akan kembali uji Support dari titik terendah belum lama ini di sekitar 6.200-6.150, up to level psikologis 6.000.

"Berhubung IHSG masih takluk oleh Resistance terdekat yaitu MA10 & MA20 di jajaran 6460-6500," ujar dia dalam risetnya yang diterima kabarbursa.com, Senin, 24 Maret 2025.

Liza mengungkap, sentimen buyback saham dari sejumlah emiten dalam waktu dekat ini diharapkan bisa menjadi buffer untuk menahan pelemahan IHSG lebih lanjut, dan mendorong minat belanja saham para investor atau trader.

Menurut informasi yang dirangkum kabarbursa.com, beberapa emiten yang akan buyback saham ialah BNGA, BBNI, BBRI, BMRI, CNMA, TPIA, hingga BREN. 

Lebih jauh Liza menerangkan terdapat sentimen di dunia yang akan mempengaruhi pasar. Semisal, beberapa pejabat tinggi bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengatakan bahwa  masih terlalu dini untuk mengukur dampak ekonomi dari implementasi tarif Presiden AS Donald Trump.

"Dan bank sentral masih memiliki waktu untuk menentukan arah kebijakan moneter mereka," katanya. 

Adapun serangkaian pertemuan kebijakan bank sentral menjadi fokus investor sepanjang minggu lalu. Liza menuturkan, tema umum di antara pembuat kebijakan moneter adalah kehati-hatian, dengan kebanyakan dari mereka mengadopsi sikap 'Wait & See' terhadap tarif dan kebijakan perdagangan Trump.  

"Para investor sepertinya cemas menunggu klarifikasi mengenai rincian tarif timbal balik Trump yang diperkirakan akan berlaku pada 2 April mendatang," tuturnya. 

Sentimen lainnya yang patut dicermati adalah, serangan udara Israel di Gaza dan ledakan besar dari serangan drone Ukraina di lapangan udara militer Rusia. Liza bilang, hal ini bisa menurunkan selera aset berisiko dan meningkatkan daya tarik aset safe-haven.

Seperti diketahui,  IHSG  mengalami penurunan sebesar 3,95 persen menjadi berada pada level 6.258,179 pada pekan lalu periode 17–21 Maret 2025. Penurunan turut dialami oleh kapitalisasi pasar Bursa sebesar 3,68 persen menjadi Rp10.822 triliun dari Rp11.235 triliun pada sepekan sebelumnya. 

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Kautsar Primadi Nurahmad menyampaikan, investor asing pada Jumat, 21 Maret 2025, mencatatkan nilai jual bersih Rp2,35 triliun.

"Sementara sepanjang 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp33,18 triliun," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 21 Maret 2025.(*)