KABARBURSA.COM -
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 26 Maret 2025. Salah satu agenda utama dalam rapat ini adalah persetujuan atas penggunaan laba bersih tahun buku 2024. BNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 2,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp 21,46 triliun dari Rp 20,91 triliun pada 2023.
Dalam RUPST ini, para pemegang saham juga akan diminta untuk menyetujui laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan, termasuk penetapan gaji dan tunjangan bagi jajaran direksi serta dewan komisaris. Selain itu, BNI akan membahas rencana tantiem atas kinerja 2024 serta insentif jangka panjang untuk periode 2025-2027.
Perseroan juga akan membahas penunjukan kantor akuntan publik yang akan mengaudit laporan keuangan tahun berikutnya. Tidak hanya itu, agenda lain yang cukup menarik perhatian adalah rencana pembelian kembali (buyback) saham dan pengelolaan saham hasil buyback sebagai saham treasuri.
Perubahan anggaran dasar perusahaan serta restrukturisasi susunan pengurus BNI juga menjadi bagian dari agenda yang akan diputuskan dalam RUPST kali ini.
Salah satu aspek yang menjadi sorotan dalam rapat ini adalah kebijakan pembagian dividen. BNI berencana meningkatkan dividend payout ratio (DPR) ke kisaran 60-65 persen, yang berarti jumlah dividen tunai yang akan dibagikan berkisar antara Rp12,88 triliun hingga Rp13,95 triliun. Keputusan final mengenai besaran dividen ini akan ditentukan dalam rapat mendatang.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, menegaskan bahwa kebijakan ini telah mempertimbangkan kondisi permodalan perseroan yang kuat. Pada akhir 2024, rasio kecukupan modal (CAR) BNI tercatat sebesar 21,4 persen, memberikan landasan yang solid bagi perusahaan untuk terus bertumbuh. Dengan modal yang memadai, BNI optimistis dapat tetap menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan imbal hasil bagi pemegang saham.
Meskipun beberapa bank besar seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) telah menerapkan skema pembagian dividen interim, BNI masih berkomitmen untuk membagikan dividen secara tahunan. Keputusan ini mencerminkan strategi perusahaan dalam mengelola kas dan modal untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Dengan sejumlah agenda strategis yang akan dibahas, RUPST BNI tahun ini diharapkan menjadi momen penting dalam menentukan arah bisnis dan kebijakan keuangan perusahaan ke depan. Para pemegang saham tentu akan mencermati setiap keputusan yang diambil, terutama terkait dengan kebijakan dividen yang menjadi salah satu faktor utama dalam menarik minat investor.
Bukukan Laba 21,46 Triliun pada 2024
BNI berhasil mencatatkan kinerja gemilang sepanjang tahun 2024 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp21,46 triliun, atau naik sebesar 2,64 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini meningkat dari Rp20,9 triliun pada tahun sebelumnya.
Adapun, BBNI memperkirakan net interest margin (NIM) di tahun 2025 akan berada di kisaran 4,0 hingga 4,2 persen, sedikit menurun dari capaian NIM tahun 2024 yang tercatat pada 4,24 persen. Bank ini berkomitmen untuk tetap mempertahankan kinerja positif meskipun harus berhadapan dengan tantangan likuiditas yang mempengaruhi biaya pendanaan.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyebut bahwa pencapaian ini didorong oleh langkah-langkah strategis dan transformasi digital yang berdampak pada kenaikan nilai tabungan sebesar 11 persen dari Rp232 triliun pada 2023 menjadi Rp258 triliun pada 2024.
“Kemampuan BNI menjaga pertumbuhan tabungan di tengah tantangan likuiditas, mencerminkan daya saing perusahaan yang kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi baik domestik maupun global. Pencapaian yang kami raih pada tahun 2024 menjadi momentum penting untuk menghadapi masa depan BNI,” ujar Royke dalam paparan kinerja 2024 yang diadakan secara daring, Rabu, 21 Januari 2025.
Bos BNI itu menilai peluncuran aplikasi digital terbaru, yaitu Wondr by BNI untuk segmen ritel dan BNI Direct untuk segmen bisnis korporasi, menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam mendorong peningkatan transaksi berbasis data.
BNI mencatat total dana pihak ketiga (DPK) BNI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp805,5 triliun, pertumbuhan nilai tabungan disebut naik dua kali lipat pada semester kedua setelah diluncurkannya wondr by BNI.
Wakil Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, mengungkapkan bahwa sejak diluncurkan pada 5 Juli 2024, wondr by BNI berhasil menarik 5,3 juta pengguna hingga akhir Desember 2024 dengan tingkat aktivitas lebih dari dua kali lipat dibandingkan aplikasi sebelumnya, yakni BNI Mobile Banking.
“Transaksi perbankan melalui wondr by BNI selama kurang dari enam bulan sejak diluncurkan mencapai Rp191 triliun dengan Rp195 juta transaksi. Peningkatan transaksi ini juga mendorong kenaikan non-interest-income (NII) sebesar 11,9 persen yoy menjadi R24,04 triliun,” ujar Wahju.
Sementara itu, BNI Direct yang mendukung layanan perbankan segmen wholesale banking juga mencatatkan pertumbuhan signifikan. Hingga akhir 2024, nilai transaksi melalui BNI Direct meningkat sebesar 23,3 persen yoy menjadi Rp7.931 triliun, dengan jumlah transaksi naik 36,5 persen menjadi 1,2 miliar.
“Pengguna BNI Direct mencapai 173 ribu user atau naik 15 persen yoy, sejalan dengan tujuan BNI untuk meningkatkan rekening giro transaksional menjadi 72 persen dari total rekening giro dibandingkan tahun 2023 yang hanya 66 persen,” jelasnya.
Target Pertumbuhan Kredit
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8-10 persen pada 2025, dengan fokus pada segmen korporasi dan konsumer. Adapun, target ini di bawah pencapaian kredi
t BNI pada 2024 yang mencapai 11,9 persen, dan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang menetapkan kredit industri perbankan mencapai 11-13 persen.
Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, mengatakan bahwa BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 8-10 persen. BNI juga menetapkan proyeksi untuk segmen kredit konsumer.
"Kemudian pertumbuhan di segmen korporasi itu di sekitar 10-12 persen, angka yang sama juga kami tetapkan untuk segmen kredit konsumer," ujar Novita dalam Paparan Kinerja Keuangan 2024 yang diadakan secara daring, Rabu, 22 Januari 2025.
Menurut Novita, BNI masih melihat peluang di segmen korporasi yang terlihat memiliki prospek positif, terutama di sektor komunikasi, infrastruktur, dan perindustrian. "Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk pemerataan pembangunan juga industri," katanya.
Sementara itu, di segmen konsumer, BNI mengandalkan tiga produk utama, yakni kredit payroll, kredit pemilikan rumah (KPR), dan pembiayaan bersama (joint financing) dengan salah satu anak perusahaan, yakni BNI Finance. "Jadi, peluang untuk tumbuh di segmen korporasi ini dengan tiga produk unggulan seperti yang saya sebutkan tadi, masih cukup tinggi," terang Novita.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.