Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Laba Anjlok Signifikan, Alfamart Hidupkan Lagi Ratusan Gerai

Penurunan laba ini terjadi meskipun AMRT mencatatkan pertumbuhan pendapatan neto sebesar 10,54 persen secara tahunan (YoY)

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Laba Anjlok Signifikan, Alfamart Hidupkan Lagi Ratusan Gerai Salah satu gerai Alfamart.

KABARBURSA.COM - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), perusahaan ritel pemilik jaringan minimarket Alfamart, menghadapi tekanan kinerja keuangan pada 2024 yang berdampak pada pergerakan sahamnya di awal 2025. Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 7,5 persen menjadi Rp3,14 triliun, dibandingkan dengan Rp3,4 triliun pada tahun sebelumnya.

Penurunan laba ini terjadi meskipun AMRT mencatatkan pertumbuhan pendapatan neto sebesar 10,54 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp118,22 triliun pada 2024. Kontribusi terbesar berasal dari operasi di wilayah Jawa (di luar Jabodetabek) dengan pendapatan Rp44,55 triliun, diikuti oleh luar Pulau Jawa sebesar Rp43,38 triliun, dan wilayah Jabodetabek sebesar Rp33,18 triliun.

Namun, lonjakan beban operasional menjadi tantangan utama bagi Alfamart. Beban pokok pendapatan meningkat signifikan dari Rp83,87 triliun pada 2023 menjadi Rp92,86 triliun pada 2024. 

Selain itu, beban penjualan dan distribusi mengalami kenaikan dari Rp17,88 triliun menjadi Rp20,2 triliun, sementara beban umum dan administrasi naik dari Rp1,89 triliun menjadi Rp2,17 triliun. Beban lainnya juga melonjak dari Rp88,63 miliar menjadi Rp126,98 miliar. 

Akibat tekanan biaya yang semakin besar, laba usaha AMRT mengalami penurunan 7,91 persen YoY menjadi Rp4,07 triliun pada 2024, dibandingkan Rp4,42 triliun pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, total aset perusahaan mengalami pertumbuhan positif sebesar 13,29 persen YoY menjadi Rp38,79 triliun pada 2024. Liabilitas turut meningkat 13,81 persen menjadi Rp21,1 triliun, sementara ekuitas naik 12,67 persen menjadi Rp17,69 triliun. Dari sisi likuiditas, kas dan setara kas akhir tahun mencapai Rp4,84 triliun, meningkat 18,91 persen YoY.

Laporan penurunan laba ini berimbas pada kinerja saham AMRT yang mengalami tekanan signifikan. Pada perdagangan Jumat, 21 Maret 2025, harga saham AMRT melemah 6,57 persen ke level Rp1.990 per lembar saham. Sejak awal tahun, saham Alfamart telah anjlok 30,18 persen secara year-to-date (YtD), mencerminkan reaksi negatif investor terhadap penurunan profitabilitas meskipun pendapatan terus bertumbuh.

Meskipun menghadapi tantangan kenaikan biaya operasional, Alfamart masih menunjukkan fundamental yang kuat dengan pertumbuhan aset dan kas yang sehat. Ke depan, strategi pengelolaan biaya dan efisiensi operasional akan menjadi kunci bagi perseroan dalam mempertahankan daya saing di industri ritel yang semakin kompetitif.

Ekspansi Besar Alfamart di 2025: 1.000 Gerai Baru, AI, dan Digitalisasi Layanan

Pengelola jaringan ritel Alfamart ini menegaskan komitmennya untuk terus berekspansi di tahun 2025. Perusahaan menargetkan pembukaan 1.000 gerai baru, melanjutkan tren pertumbuhan yang telah berlangsung sepanjang 2024. 

Optimisme ini didorong oleh prospek bisnis ritel yang tetap positif, sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat dan strategi bisnis yang semakin terintegrasi dengan teknologi.

General Manager Corporate Communications AMRT Rani Wijaya, menyatakan bahwa perseroan akan terus memaksimalkan potensi pertumbuhan melalui berbagai strategi. Selain ekspansi gerai, AMRT juga berfokus pada peningkatan penjualan melalui program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. 

Salah satu aspek utama dari strategi ini adalah penguatan layanan pesan antar melalui platform digital Alfagift. Dengan layanan ini, perusahaan berupaya menjangkau konsumen secara lebih fleksibel, memberikan pengalaman belanja yang lebih mudah dan efisien.

Tak hanya memperluas jaringan gerai dan layanan, AMRT juga semakin agresif dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) di berbagai aspek operasionalnya. Penerapan AI dilakukan untuk optimalisasi persediaan, prediksi permintaan, serta efisiensi rantai pasok. 

Dengan algoritma canggih, AMRT dapat mengelola distribusi barang secara lebih akurat, mengoptimalkan proses logistik, dan mengotomatisasi berbagai tugas administratif. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional secara signifikan, memberikan nilai tambah bagi pelanggan maupun pemegang saham.

Meskipun target ekspansi sudah ditetapkan, AMRT masih belum mengungkapkan secara rinci jumlah belanja modal (capital expenditure/Capex) yang akan dialokasikan pada 2025. Namun, investasi ini dipastikan akan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bisnis dan perkembangan pasar. Perusahaan juga terus berinovasi untuk menghadirkan pengalaman belanja yang lebih modern dan adaptif terhadap perubahan perilaku konsumen.

Pada tahun 2024, AMRT berhasil membuka lebih dari 1.000 gerai baru, menegaskan posisinya sebagai salah satu jaringan ritel terbesar di Indonesia. Hingga kuartal III-2024, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp88,21 triliun, naik 10,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp80,02 triliun. 

Dari jumlah tersebut, segmen makanan memberikan kontribusi terbesar dengan total pendapatan Rp62,37 triliun, sementara segmen non-makanan menyumbang Rp25,84 triliun.

Keberhasilan ekspansi ini juga tercermin dalam kinerja keuangan yang solid. Hingga akhir kuartal III-2024, AMRT membukukan laba bersih sebesar Rp2,39 triliun, meningkat 9,52 persen dibandingkan dengan Rp2,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Menurut Rani Wijaya, pencapaian ini merupakan hasil dari strategi ekspansi yang berjalan sesuai target, pertumbuhan penjualan di sektor makanan dan minuman, serta digitalisasi layanan melalui omnichannel Alfagift.

Dengan strategi ekspansi yang agresif, pemanfaatan teknologi AI, serta peningkatan digitalisasi layanan, AMRT berupaya mempertahankan dominasinya di industri ritel modern Indonesia. Tahun 2025 diharapkan menjadi momentum penting bagi perusahaan untuk semakin memperkuat jaringan bisnisnya, meningkatkan efisiensi operasional, dan memberikan layanan terbaik bagi konsumennya.

Tutup 400 Gerai

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, perusahaan di balik jaringan ritel Alfamart, menghadapi dinamika bisnis yang menantang sepanjang tahun 2024. Dengan tekanan dari meningkatnya biaya operasional, khususnya biaya sewa gerai, perseroan mengambil keputusan sulit untuk menutup sekitar 400 gerai di berbagai lokasi. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap tekanan biaya yang semakin tinggi serta penjualan yang tidak mencapai target di beberapa area.

Corporate Affairs Director Alfamart Solihin, mengungkapkan bahwa penutupan gerai menjadi langkah yang harus ditempuh demi menjaga keberlanjutan bisnis. Ia menjelaskan bahwa selain faktor biaya operasional yang melonjak, banyak pemegang waralaba Alfamart yang memutuskan untuk mengalihkan investasi mereka ke bisnis lain. 

Sebagai informasi, sistem waralaba Alfamart memungkinkan mitra untuk membuka gerai dengan investasi awal mulai dari Rp300 juta.

Meski menghadapi penutupan ratusan gerai, Alfamart tetap mempertahankan strategi ekspansi yang agresif dengan membuka lebih banyak gerai baru. Perseroan optimistis dapat mencapai target operasional hingga 800 gerai baru sepanjang 2025. Ekspansi ini juga mencakup pembangunan pusat distribusi (distribution center) di Palangkaraya dan Luwu dengan nilai investasi mencapai Rp100 miliar. 

Kehadiran pusat distribusi baru ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat rantai pasok bagi jaringan toko yang terus berkembang.

Dari sisi kinerja keuangan, Alfamart tetap mencatat pertumbuhan positif. Hingga kuartal III 2024, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp2,39 triliun, meningkat 9,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,19 triliun. Pendapatan bersih perseroan juga mengalami kenaikan 10,23 persen secara tahunan menjadi Rp88,21 triliun dari Rp80,24 triliun di kuartal III 2023.

Kontribusi terbesar terhadap pendapatan berasal dari segmen makanan yang mencatatkan angka Rp62,37 triliun, naik 10,25 persen secara tahunan. Sementara itu, bisnis non-makanan juga mengalami pertumbuhan dengan pendapatan mencapai Rp25,84 triliun, meningkat 9,54 persen.

Meski menghadapi tantangan di beberapa aspek, Alfamart terus menunjukkan ketangguhannya dalam beradaptasi dengan dinamika pasar. Dengan strategi ekspansi yang tetap berjalan dan optimalisasi jaringan distribusi, perseroan optimistis dapat menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat ke depan.(*)