KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat, 21 Maret 2025, turun 123,49 poin atau 1,94 persen ke level 6.258,18.
Sejak pembukaan, indeks bergerak dalam rentang 6.218,60 hingga 6.434,84. Total volume transaksi tercatat sebesar 216,26 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp21,55 triliun dari 1,27 juta transaksi.
Beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan pada sesi penutupan ini. Saham PT Perma Plasindo Tbk atau dalam kode saham BINO, perusahaan di sektor manufaktur plastik, memimpin daftar top gainers dengan lonjakan 34,35 persen ke level Rp176 per saham.
Saham PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY), perusahaan di sektor arsitektur dan desain interior, menguat 25,00 persen ke Rp2.750 per saham.
Saham PT Golden Flower Tbk (POLU), perusahaan tekstil dan garmen di sektor industri, mengalami kenaikan 24,70 persen ke Rp5.150 per saham.
Saham PT Penta Valent Tbk (PEVE), distributor farmasi yang bergerak di sektor kesehatan, naik 10,69 persen ke Rp290 per saham.
Saham PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP), perusahaan di sektor manufaktur presisi, juga mencatatkan kenaikan 10,00 persen ke Rp11 per saham.
Di sisi lain, sejumlah saham mengalami tekanan jual signifikan. Saham PT Fortune Indonesia Tbk (FORU), perusahaan di sektor periklanan dan media, mencatatkan koreksi terdalam dengan penurunan 25,00 persen ke Rp810 per saham.
Saham PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS), yang bergerak di bidang transportasi laut dan logistik energi, turun 23,84 persen ke Rp230 per saham.
Saham PT OBM Drilchem Tbk (OBMD), penyedia solusi pengeboran di sektor energi, melemah 22,11 persen ke Rp155 per saham.
Saham PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN), perusahaan media dan hiburan digital, terkoreksi 20,97 persen ke Rp735 per saham.
Saham PT Multi Medika Internasional Tbk (MMIX), perusahaan yang bergerak di sektor alat kesehatan, turun 17,07 persen ke Rp102 per saham.
Pelemahan IHSG hari ini didorong oleh penurunan sektor teknologi, yang mencatat koreksi terdalam sebesar 5,00 persen, dipicu oleh aksi jual pada saham-saham digital dan infrastruktur data.
Sektor barang konsumsi siklikal juga melemah 3,68 persen, diikuti sektor barang konsumsi non-siklikal yang turun 2,17 persen.
Sektor industri dasar terkoreksi 2,83 persen, sektor properti turun 2,59 persen, dan sektor keuangan tertekan 1,96 persen.
Sektor transportasi, infrastruktur, energi, dan kesehatan juga mengalami penurunan di bawah 1,5 persen. Satu-satunya sektor yang mencatat kenaikan adalah sektor industri, yang naik tipis 0,29 persen.
Dengan pelemahan ini, IHSG melanjutkan tren koreksi setelah reli singkat yang terjadi sehari sebelumnya, di tengah tekanan eksternal dan aksi profit taking investor.
Sementara itu Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, memperkirakan indeks bisa menguji resistance di kisaran 6.500-6.700 dalam jangka menengah, khususnya menjelang kuartal ketiga yang diprediksi menjadi momentum rebound.
“Jika tekanan jual berlanjut, indeks berpotensi turun lebih dalam ke level 5.900-6.000,” ujar Hendra saat dihubungi KabarBursa.com di Jakarta, Rabu, 19 Maret 2025.
Untuk mempercepat pemulihan, ia menyarankan agar pemerintah dan regulator segera bertindak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah meningkatkan transparansi pasar dengan membuka broker summary, melonggarkan kebijakan fiskal, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Jika kebijakan ini diterapkan dengan cepat, peluang IHSG untuk kembali ke jalur positif akan semakin besar.
"Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik, investor bisa kembali percaya diri dan membawa IHSG keluar dari tekanan menuju pemulihan yang lebih kuat," jelas Hendra.
Saham-saham Layak Dikoleksi di Tengah Volatilitas
Lalu, bagaimana investor harus bersikap di tengah volatilitas pasar saat ini?
Analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy, mengatakan saat ini, sektor komoditas emas bisa menjadi pilihan di tengah kondisi pasar saham yang fluktuatif.
Menurut dia, hal itu didasari oleh kenaikan harga emas dunia yang mencetak ATH kembali diatas level USD3.000/t.oz, sehingga memicu optimisme pasar terkait potensi peningkatan penjualan emas bagi emiten emas di Indonesia.
"Adapun contoh emiten yang dimaksud Abdul adalah seperti ANTM, BRMS, dan PSAB," kata Abdul saat dihubungi KabarBursa.com di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025.
Tetapi, lanjut Abdul, consumer goods juga dapat menjadi pilihan sebagai sektor defensif dengan pergerakan yang sideways. Dia bilang, saham pada sektor consumer goods yang dimaksud adalah ICBP.
Sementara itu, ia menilai saham blue chip juga masih menarik dan memiliki imbal hasil tinggi dari dividen yang akan diberikan pada tahun 2025.
"Hal ini didasari oleh harga saham yang sudah cukup terdiskon dari peak levelnya dari tahun 2023, serta potensi Recovery dari pasar saham Indonesia dalam jangka waktu menengah," jelasnya.
Tetapi, kata Abdul, perlu diperhatikan juga bahwa saham merupakan instrumen high risk, sehingga untuk investor yang ingin lebih aman atau konservatif, bisa memanfaatkan instrumen obligasi dan emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian pasar.