Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Energi Angin Mampu Dorong Laba BREN Naik 6,8 Persen di 2024

Perusahaan membukukan pendapatan sebesar USD596,8 juta, meningkat sebesar 0,32 persen dari USD594,9 juta

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Energi Angin Mampu Dorong Laba BREN Naik 6,8 Persen di 2024 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap (PLTB Sidrap) di Pegunungan Pabbaressang di Desa Lainungan dan Desa Mattirotasi, Watang Pulu, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. (Foto: Dok. Kementerian ESDM)

KABARBURSA.COM - PT Barito Renewables Energy Tbk mencatatkan kenaikan laba yang signifikan pada tahun 2024, menegaskan fondasi keuangan yang kuat di tengah dinamika industri energi terbarukan. 

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 31 Desember 2024, perusahaan membukukan pendapatan sebesar USD596,8 juta, meningkat sebesar 0,32 persen dari USD594,9 juta pada tahun sebelumnya.

Meskipun pendapatan terdampak oleh kegiatan pemeliharaan tak terencana pada segmen panas bumi pada kuartal ketiga 2024 yang menyebabkan penurunan sementara dalam produksi, hal ini dapat dikompensasi oleh kontribusi yang kuat dari segmen energi angin yang tetap beroperasi secara optimal dan memberikan pendapatan yang stabil.

Untuk diketahui, pada Maret 2024, BREN, melalui anak usahanya PT Barito Wind Energy, mengakuisisi 99,99 persen saham PT UPC Sidrap Bayu Energi (Sidrap), operator Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 75 MW, dengan dukungan pendanaan dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kondisi angin yang menguntungkan meningkatkan produksi, memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

CEO Barito Renewables Energy Hendra Soetjipto Tan mengatakan, perseroan menghadapi tantangan operasional dengan tetap mempertahankan komitmen terhadap efisiensi dan keberlanjutan.

“Meskipun terdapat hambatan sementara dalam produksi panas bumi, portofolio energi terbarukan kami yang ekstensif berkontribusi pada pendapatan yang stabil dan peningkatan profitabilitas,” jelas Hendra melalui siaran pers, Jumat, 21 Maret 2025.

Perseroan terus berkomitmen untuk memperluas kapasitas energi terbarukan guna mendukung pencapaian target net-zero Indonesia. Keberhasilan penyelesaian proyek Salak Binary, yang mencapai kapasitas kotor sebesar 16,6 MW dan melampaui ekspektasi awal, menegaskan komitmen Perseroan dalam meningkatkan kapasitas pembangkitan serta mengoptimalkan aset yang dimiliki. 

Selain itu, Perseroan secara aktif mengeksplorasi peluang investasi dan pengembangan strategis guna memperluas portofolio energi terbarukan. Dengan pipeline proyek yang kuat, Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas terpasang, memperkuat perannya sebagai pemimpin dalam transisi energi Indonesia, serta menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.

Meskipun beban depresiasi dan amortisasi meningkat sebesar 11,89 persen menjadi USD82,8 juta dari USD74 juta di tahun 2023, laba tetap tumbuh berkat efisiensi operasional dan strategi pengelolaan biaya yang optimal. 

Beban kompensasi dan tunjangan karyawan turun sebesar 2,49 persen dari USD40,2 juta menjadi USD39,2 juta, sementara beban konsultan dan teknisi berkurang sebesar 14,07 persen dari USD19,9 juta menjadi USD17,1 juta.

EBITDA meningkat menjadi USD515 juta, didukung oleh implementasi inisiatif efisiensi biaya yang disiplin, sehingga mendorong ekspansi marjin EBITDA menjadi 86,3 persen. EBITDA yang lebih tinggi mendorong laba bersih sehingga mencapai USD155 juta, mencerminkan peningkatan 6,8 persen dibandingkan laba bersih tahun 2023, serta menegaskan efektivitas strategi keuangan dan operasional BREN.

“Perbaikan dalam struktur biaya dan efisiensi operasional telah memperkuat fundamental bisnis kami, memungkinkan kami untuk mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik. Ke depan, kami tetap berkomitmen untuk memperluas kapasitas energi terbarukan serta mendukung target transisi energi nasional,” terang Hendra.

Total aset perusahaan mengalami kenaikan signifikan sebesar 7,98 persen menjadi USD3,79 miliar dari USD3,51 miliar pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya nilai aset tetap sebesar 6,78 persen menjadi USD835,9 juta dan aset tidak berwujud yang tumbuh 9,77 persen menjadi USD1,46 miliar. Namun, total liabilitas juga meningkat sebesar 9,68 persen menjadi USD3,05 miliar, dengan pinjaman jangka panjang menjadi komponen terbesar, yakni USD1,89 miliar.

Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 16,44 persen dari USD444,1 juta menjadi USD516,9 juta, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan. Kepentingan nonpengendali juga bertambah sebesar 4,61 persen menjadi USD215,7 juta dari USD206,2 juta, mengindikasikan bertumbuhnya partisipasi pihak eksternal dalam ekspansi bisnis.

Barito Renewables Energy tetap fokus pada ekspansi sektor energi terbarukan dengan strategi yang mengutamakan keberlanjutan dan efisiensi. Dengan pertumbuhan yang konsisten dan pengelolaan keuangan yang solid, perusahaan optimistis dapat mempertahankan kinerja positif serta meningkatkan profitabilitas di tahun-tahun mendatang.

Perseroan tetap berfokus pada keunggulan operasional, efisiensi biaya, dan ekspansi strategis guna mendorong pertumbuhan berkelanjutan serta memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.

Koreksi IHSG tak Halangi Langkah Prajogo Pangestu

Salah satu konglomerat terkaya Tanah Air, Prajogo Pangestu, telah melakukan aksi beli saham di tengah tren penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Selasa, 18 Maret 2025, lebih dari lima persen. Ia menambah kepemilikan saham di dua perusahaannya, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), serta melalui entitas terafiliasi juga terlibat dalam transaksi saham PT Petrosea Tbk (PTRO).

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Prajogo Pangestu membeli 1,77 juta saham BREN pada harga Rp4.987 per saham. Transaksi tersebut meningkatkan kepemilikan sahamnya dari 133,69 juta saham (0,09993 persen) menjadi 135,46 juta saham (0,10125 persen).

“Tujuan transaksi adalah untuk investasi pribadi dan status kepemilikan saham adalah langsung,” ujar Sekretaris Perusahaan BREN, Merly, dikutip Kamis, 20 Maret 2025.

Selain itu, melalui Baritono Prajogo Pangestu, ia juga menambah kepemilikan saham TPIA dengan membeli 68.500 saham di harga Rp5.830 per saham pada 19 Maret 2025. Dengan transaksi ini, jumlah sahamnya meningkat dari 229.600 saham menjadi 298.100 saham.

Secara total, Prajogo Pangestu menghabiskan dana sebesar Rp9,22 miliar untuk menambah kepemilikan sahamnya. Ia menggelontorkan Rp8,82 miliar untuk membeli 1,77 juta saham BREN serta Rp399,35 juta untuk mengakuisisi 68.500 saham TPIA. Aksi ini mencerminkan keyakinannya terhadap prospek jangka panjang kedua perusahaan meskipun pasar tengah mengalami tekanan.

Selain transaksi di BREN dan TPIA, entitas terafiliasi Prajogo, PT Kreasi Jasa Persada, juga tercatat membeli saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dalam jumlah besar pada 17 Maret 2025. Berdasarkan dokumen keterbukaan informasi, PT Kreasi Jasa Persada membeli total 72,1 juta saham PTRO dengan harga antara Rp2.815,1 hingga Rp3.500 per saham. 

“Dengan transaksi ini, kepemilikan PT Kreasi Jasa Persada di PTRO meningkat dari 4,389 miliar saham (43,519 persen) menjadi 4,461 miliar saham (44,234 persen),” tulis Sekretaris Perusahaan Petrosea Anto Broto, melalui keterbukaan informasi.

Aksi ini menunjukkan konsolidasi kepemilikan di Petrosea, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pilar bisnis Prajogo di sektor energi dan infrastruktur.

Aksi beli saham oleh Prajogo Pangestu dan entitas terafiliasinya dilakukan setelah IHSG mengalami koreksi lebih dari 5 persen pada 18 Maret 2025. Langkah ini menunjukkan keyakinannya terhadap fundamental perusahaan di tengah volatilitas pasar. Para investor pun menyoroti tindakan ini sebagai sinyal positif bagi pergerakan harga saham ke depan. (*)