KABARBURSA.COM – Salah satu konglomerat terkaya Tanah Air, Prajogo Pangestu, telah melakukan aksi beli saham di tengah tren penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Selasa, 18 Maret 2025, lebih dari lima persen. Ia menambah kepemilikan saham di dua perusahaannya, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), serta melalui entitas terafiliasi juga terlibat dalam transaksi saham PT Petrosea Tbk (PTRO).
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Prajogo Pangestu membeli 1,77 juta saham BREN pada harga Rp4.987 per saham. Transaksi tersebut meningkatkan kepemilikan sahamnya dari 133,69 juta saham (0,09993 persen) menjadi 135,46 juta saham (0,10125 persen).
“Tujuan transaksi adalah untuk investasi pribadi dan status kepemilikan saham adalah langsung,” ujar Sekretaris Perusahaan BREN, Merly, dikutip Kamis, 20 Maret 2025.
Selain itu, melalui Baritono Prajogo Pangestu, ia juga menambah kepemilikan saham TPIA dengan membeli 68.500 saham di harga Rp5.830 per saham pada 19 Maret 2025. Dengan transaksi ini, jumlah sahamnya meningkat dari 229.600 saham menjadi 298.100 saham.
Secara total, Prajogo Pangestu menghabiskan dana sebesar Rp9,22 miliar untuk menambah kepemilikan sahamnya. Ia menggelontorkan Rp8,82 miliar untuk membeli 1,77 juta saham BREN serta Rp399,35 juta untuk mengakuisisi 68.500 saham TPIA. Aksi ini mencerminkan keyakinannya terhadap prospek jangka panjang kedua perusahaan meskipun pasar tengah mengalami tekanan.
Selain transaksi di BREN dan TPIA, entitas terafiliasi Prajogo, PT Kreasi Jasa Persada, juga tercatat membeli saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dalam jumlah besar pada 17 Maret 2025. Berdasarkan dokumen keterbukaan informasi, PT Kreasi Jasa Persada membeli total 72,1 juta saham PTRO dengan harga antara Rp2.815,1 hingga Rp3.500 per saham.
“Dengan transaksi ini, kepemilikan PT Kreasi Jasa Persada di PTRO meningkat dari 4,389 miliar saham (43,519 persen) menjadi 4,461 miliar saham (44,234 persen),” tulis Sekretaris Perusahaan Petrosea Anto Broto, melalui keterbukaan informasi.
Aksi ini menunjukkan konsolidasi kepemilikan di Petrosea, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pilar bisnis Prajogo di sektor energi dan infrastruktur.
Aksi beli saham oleh Prajogo Pangestu dan entitas terafiliasinya dilakukan setelah IHSG mengalami koreksi lebih dari 5 persen pada 18 Maret 2025. Langkah ini menunjukkan keyakinannya terhadap fundamental perusahaan di tengah volatilitas pasar. Para investor pun menyoroti tindakan ini sebagai sinyal positif bagi pergerakan harga saham ke depan.
Gerak Saham Ketiga Emiten Prajogo Pangestu
Berdasarkan data BEI hingga pukul 14.25 WIB, saham BREN melonjak sebesar 5,19 persen atau naik 275 poin ke level Rp5.575 per saham. Saham ini dibuka di level Rp5.350 dan sempat menyentuh harga tertinggi Rp5.800. Volume perdagangan BREN tercatat mencapai 20,45 juta lembar dengan nilai transaksi Rp114,6 miliar.
Saham TPIA mencatatkan kenaikan lebih tinggi, yakni 12,24 persen atau naik 750 poin ke Rp6.875 per saham. TPIA sempat menyentuh harga tertinggi Rp7.175 sebelum akhirnya ditutup di Rp6.875. Volume transaksi saham ini mencapai 32,21 juta lembar, jauh melampaui rata-rata volume perdagangan sebelumnya sebesar 19,41 juta lembar. Kenaikan saham TPIA didorong oleh aksi borong yang dilakukan oleh Prajogo Pangestu melalui Baritono Prajogo Pangestu, yang menambah kepemilikannya dalam jumlah signifikan.
Sementara itu, saham PTRO juga mengalami apresiasi dengan kenaikan 3,82 persen atau 100 poin ke Rp2.720 per saham. PTRO dibuka di Rp2.650 dan sempat mencapai level tertinggi di Rp2.860 sebelum terkoreksi.
Volume perdagangan PTRO mencapai 121,71 juta lembar, menunjukkan lonjakan minat investor setelah laporan keterbukaan informasi bahwa PT Kreasi Jasa Persada menambah kepemilikan sahamnya hingga 44,234 persen melalui transaksi pembelian 72,1 juta lembar saham pada 17 Maret 2025.
Fundamental Emiten Prajogo Pangestu Solid
Barito Renewables Energy mengumumkan kinerja keuangan untuk sembilan bulan 2024. Perusahaan mencatat pendapatan sebesar USD441,3 juta, dengan EBITDA mencapai USD377,0 juta dan laba bersih USD110,7 juta. Meski terjadi sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, manajemen tetap optimis akan pemulihan di kuartal mendatang seiring dengan penyelesaian gangguan operasional di unit 2 Darajat dan ekspansi kapasitas geotermal hingga 104,6 MW dalam beberapa tahun ke depan.
Aksi strategis lainnya yang mendukung kinerja BREN adalah keberhasilan refinancing fasilitas Bangkok Bank yang menurunkan biaya bunga dari 4,4 persen menjadi 2,5 persen di atas SOFR, memberikan ruang lebih bagi perusahaan untuk investasi lanjutan.
Sementara itu, Chandra Asri Pacific juga melaporkan kinerja neraca yang solid per akhir 2024, dengan total likuiditas mencapai USD2,4 miliar, terdiri dari USD1,4 miliar kas dan setara kas, USD0,8 miliar marketable securities, serta USD0,2 miliar fasilitas kredit berkomitmen. Selain itu, pabrik CA-EDC milik Chandra Asri kini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), yang akan menjadi katalis pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia.
Perusahaan juga memperoleh pinjaman sebesar Rp2 triliun dari PT Bank Danamon Tbk (BDMN) untuk ekspansi infrastruktur, memperkuat strategi pertumbuhan jangka panjangnya. Komitmen terhadap keberlanjutan juga menjadi fokus, dengan pengelolaan lingkungan yang lebih ketat serta investasi pada teknologi ramah lingkungan.
Di samping itu, PT Petrosea Tbk (PTRO) membukukan pendapatan sebesar USD690,81 juta pada tahun 2024, meningkat 19,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD577,62 juta. Kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan bisnis dan ekspansi operasional yang dilakukan perusahaan.
Meskipun pendapatan meningkat, laba bersih tahun berjalan tercatat turun menjadi USD9,95 juta dari sebelumnya USD12,44 juta pada 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban usaha langsung yang mencapai USD600,52 juta, naik 21,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD495,51 juta. Hal ini menekan laba kotor Petrosea yang hanya naik menjadi USD90,29 juta dari USD82,11 juta pada tahun sebelumnya.
Selain itu, beban penjualan dan administrasi meningkat menjadi USD51,63 juta dari USD46,78 juta pada 2023. Beban bunga dan keuangan juga mengalami kenaikan signifikan dari USD19,81 juta menjadi USD25,90 juta, turut membebani profitabilitas perusahaan.
Di sisi lain, laba sebelum pajak Petrosea mengalami penurunan menjadi USD7,87 juta dibandingkan dengan USD16,05 juta pada tahun sebelumnya. Meski demikian, perusahaan memperoleh manfaat pajak penghasilan bersih sebesar USD2,08 juta setelah pada tahun sebelumnya mengalami beban pajak bersih sebesar USD3,61 juta.
Sementara itu, penghasilan komprehensif lain juga mengalami penurunan dari USD13,81 juta pada 2023 menjadi USD8,91 juta pada 2024. Faktor yang mempengaruhi antara lain penurunan selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang berubah dari keuntungan USD0,98 juta pada 2023 menjadi kerugian USD2,88 juta di 2024. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.