Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bursa Asia Bangkit, Pasar Masih Dibayangi Ketidakpastian

Bursa Asia menguat mengikuti reli Wall Street, tetapi ketidakpastian global masih membayangi pasar, terutama di tengah kebijakan The Fed dan volatilitas ekonomi dunia.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 20 March 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Bursa Asia Bangkit, Pasar Masih Dibayangi Ketidakpastian Papan pantau Indeks Harga Saham Gabungan. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM - Bursa Asia bergerak naik pada perdagangan Kamis, 20 Maret 2025, mengikuti reli Wall Street setelah Federal Reserve menegaskan kondisi ekonomi masih cukup stabil untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini. 

Namun, tidak semua indeks di kawasan mencatat kenaikan. Dilansir dari AP di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,3 persen ke 24.454,47, sedangkan Shanghai Composite turun tipis 0,1 persen ke 3.424,16. Sementara itu, Kospi Korea Selatan naik 0,5 persen ke 2.641,49, dan S&P/ASX 200 Australia menguat 1,2 persen ke 7.925,40. Pasar saham Jepang tutup karena hari libur. 

Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan dengan kenaikan 63,60 poin atau 1,01 persen ke level 6.375,26. Sejak awal sesi, indeks bergerak dalam kisaran 6.311,66 hingga 6.377,61. Aktivitas pasar pun cukup ramai, dengan volume transaksi mencapai 2,97 juta lot dan total nilai perdagangan sebesar Rp367,07 miliar dari 13.540 transaksi. 

Beberapa saham mencatatkan lonjakan signifikan di awal perdagangan. PT Green Power Group Tbk (LABA), emiten di sektor energi terbarukan, memimpin daftar top gainers dengan kenaikan 27,82 persen ke Rp170 per saham. Sementara itu, saham PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), pemilik jaringan bioskop Cinepolis, turut menguat 8,87 persen ke Rp135 per saham karena didorong oleh prospek positif di sektor konsumer siklikal. 

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII)---perusahaan penyedia layanan pusat data— berhasil bangkit 7,97 persen ke Rp150.025 per saham. Di sektor barang konsumsi non-siklikal, PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) yang bergerak di industri produk pangan berbasis kelapa mengalami kenaikan 7,30 persen ke Rp147 per saham. 

Adapun saham PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI), emiten di sektor industri manufaktur dan distribusi bahan bangunan, turut mencatatkan penguatan 7,14 persen ke Rp15 per saham. 

Di pasar global, Wall Street menguat setelah imbal hasil obligasi AS turun, memberikan ruang bagi investor untuk kembali masuk ke pasar saham. S&P 500 naik 1,1 persen ke 5.675,29, Dow Jones menguat 0,9 persen ke 41.964,63, dan Nasdaq melonjak 1,4 persen ke 17.750,79. 

Ketidakpastian Ekonomi AS, The Fed Menahan Suku Bunga

 Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga, ketidakpastian ekonomi tetap membayangi pasar. Ketua The Fed Jerome Powell mengakui meningkatnya pesimisme di kalangan konsumen dan pelaku usaha AS, tetapi ia menegaskan tingkat pengangguran yang masih rendah menjadi sinyal bahwa ekonomi tetap kuat. 

"Kadang orang berbicara pesimis tentang ekonomi, tetapi tetap saja mereka pergi membeli mobil baru," kata Powell. 

The Fed masih berencana untuk memangkas suku bunga dua kali pada akhir 2025, meskipun mereka juga melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya. Powell juga membantah kekhawatiran soal stagflasi, yaitu kondisi di mana ekonomi stagnan sementara inflasi tetap tinggi. 

"Kami tidak berada dalam situasi yang bisa dibandingkan dengan era 1970-an," ujarnya. 

Dampak Kebijakan Trump 2.0, Investor Global Melakukan Rebalancing
 
Kebijakan ekonomi Donald Trump dalam periode kepemimpinan keduanya mulai memicu gelombang ketidakpastian di pasar. Trump berencana untuk mengembalikan lebih banyak lapangan kerja manufaktur ke AS dan mengurangi jumlah pegawai pemerintah federal. 

Serangkaian kebijakan tarif dan proteksionisme yang diumumkan Trump telah membuat investor besar—termasuk hedge fund global—melakukan rebalancing aset, yakni memindahkan investasi dari negara-negara yang dianggap berisiko ke aset yang lebih aman. Investor kini menimbang ulang strategi mereka, terutama terkait potensi dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi global. 

Dua raksasa teknologi AS, Nvidia dan Tesla, mencuri perhatian di Wall Street. Saham Nvidia naik 1,8 persen, memangkas kerugian tahun ini menjadi 12,5 persen. Perusahaan ini berusaha meyakinkan investor bahwa permintaan untuk komputasi kecerdasan buatan (AI) masih tinggi. 

Sementara itu, Tesla melonjak 4,7 persen setelah sebelumnya anjlok 5 persen dalam dua sesi berturut-turut. Meski begitu, saham Tesla masih turun 41,6 persen sepanjang 2025, tertekan oleh kekhawatiran bahwa pemangkasan belanja pemerintah AS akan berdampak negatif pada bisnisnya. 

Di pasar komoditas, harga minyak mentah mengalami kenaikan. Minyak WTI naik 41 sen ke USD67,32 per barel, sedangkan Brent crude menguat 43 sen ke USD71,21 per barel.  

Sementara itu, nilai tukar dolar AS melemah terhadap yen Jepang, turun ke 148,32 yen dari sebelumnya 148,69 yen, sementara euro naik ke USD1,0909 dari USD1,0905. Ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi AS masih menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan pasar.(*)