Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analis: Buyback Saham Beri Sinyal Positif untuk Pasar

Buyback atau pembelian kembali saham itu berpotensi mengembalikan keperkasaan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 20 March 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
Analis: Buyback Saham Beri Sinyal Positif untuk Pasar Pengunjung melihat papan pantau yang ada di BEI. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menilai kebijakan buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memberikan dampak positif pada pasar modal Indonesia. 

Diketahui, kebijakan buyback saham tanpa RUPS itu resmi diumumkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Rabu, 19 Maret 2025. Adapun langkah ini diambil guna bisa menstabilkan pasar. 

Nafan menganggap, buyback atau pembelian kembali saham itu berpotensi mengembalikan keperkasaan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menurun drastis beberapa waktu lalu. 

"Buyback saham tanpa RUPS ini tentu memberikan sinyal positif," ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025.

Nafan melihat kebijakan yang berlaku hingga 6 bulan sejak diumumkan ini, juga berpotensi meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal di Indonesia. 

Tak hanya itu, menurutnya, pengembalian saham tanpa RUPS ini juga bisa mengerek saham-saham emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 

Nafan melihat mayoritas saham emiten saat ini tengah mengalami penurunan. Meski begitu, dia mengakui fundamental perusahaan di pasar modal masih cukup kuat. 

"Jadi dengan adanya buyback ini diharapkan mampu meningkatkan likuiditas pasar modal Indonesia," kata dia.  

Senada dengan Nafan, Founder WH Project William Hartanto, menilai kebijakan buyback ini bisa menjadi sentimen positif, tetapi efektivitasnya tetap bergantung pada keputusan masing-masing emiten. Emiten harus mempertimbangkan kesiapan dana serta kondisi pasar sebelum melakukan buyback.

“Emiten bisa buyback tanpa RUPS, tapi apakah mereka akan melakukannya atau tidak, itu kembali pada pertimbangan mereka sendiri. Mereka harus melihat apakah dana yang dimiliki cukup serta bagaimana kondisi pasar saat ini,” ujar William dalam Dialog Analis di program Kabar Bursa Hari Ini, Rabu, 19 Maret 2025.

Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi pasar yang penuh kepanikan, tekanan jual yang tinggi bisa membuat buyback kurang efektif. Jika pasar masih didominasi sentimen negatif, buyback hanya akan menjadi sarana menampung aksi jual investor panik tanpa benar-benar mendorong harga saham naik secara signifikan.

Selain itu, William menekankan pentingnya pengumuman resmi dari emiten terkait besaran dana yang dialokasikan untuk buyback serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham dalam enam bulan ke depan. Jika buyback mampu menahan tekanan jual dan stabilisasi harga saham, hal ini bisa meningkatkan optimisme investor ritel yang cenderung melakukan trading jangka pendek.

Di sisi lain, William juga menyoroti peran investor asing dalam menentukan kepercayaan pasar. Menurutnya, aktivitas investor asing dalam membeli atau menjual saham dalam jumlah besar menjadi indikator utama sentimen pasar. Saham yang terus mengalami tekanan jual dari investor asing perlu diwaspadai oleh pelaku pasar.

“Jika ada saham yang mengalami net sell asing dalam jumlah besar dan terus berulang setiap hari, ini patut diwaspadai. Sebaliknya, saham yang masih memiliki tren penguatan layak untuk dipantau,” tambahnya.

Dengan kondisi pasar yang masih fluktuatif, William menyarankan investor untuk bersikap wait and see. Tren transaksi harian IHSG yang turun di bawah Rp10 triliun menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar juga memilih untuk menunggu kejelasan sentimen sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.

Pasca pengumuman kebijakan buyback tanpa RUPS, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat ke level 6.311 atau naik 1,42 persen pada perdagangan Rabu, 19 Maret 2025. 

Mengutip RTI Business, pergerakan indeks menunjukkan pada perdagangan kemarin menunjukan tren positif sejak pembukaan perdagangan dengan level terendah di 6.147 dan level tertinggi di 6.332.

Seiring menguatnya IHSG, sebanyak 352 saham terpantau menghijau, 209 saham melemah, dan 241 saham mengalami stagnan.  Volume perdagangan kemarin pun mencapai 18.380 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp14.176 triliun.

Sementara itu, William menilai kondisi IHSG rebound merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar saham.

“Kalau turunnya signifikan seperti kemarin, akan ada teknikal rebound. Jadi ini kondisi yang sudah umum terjadi dan sudah terekspektasi untuk hari ini, walaupun memang masih di bawah level psikologi,” ujar William.

Menurutnya, IHSG berpotensi mencapai level psikologis dalam sisa dua hari perdagangan pekan ini, meskipun kemungkinan tersebut masih terbatas. Salah satu sentimen yang disambut positif oleh pasar adalah kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan buyback saham oleh emiten untuk meredam tekanan jual.

“Hal ini memicu optimisme pasar karena ada peran dari emiten dalam membeli sahamnya sendiri. Namun, volume perdagangan hari ini masih kecil, sehingga penguatan yang terjadi diperkirakan masih bersifat terbatas,” jelasnya.

William menambahkan bahwa sejak November 2024, tren IHSG cenderung melemah dan belum menunjukkan tanda-tanda perubahan menuju tren naik. “Pergerakan IHSG masih dalam tren pelemahan dan belum kembali ke fase uptrend,” pungkasnya.

Dengan kondisi ini, investor diimbau untuk tetap mencermati pergerakan pasar dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.

Salah satu sentimen positif datang dari kebijakan OJK yang mengizinkan buyback saham oleh emiten, meski volume perdagangan yang masih rendah membuat pemulihan belum cukup kuat. 

Tren IHSG sejak November 2024 masih menunjukkan pelemahan, sehingga investor disarankan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi(*)