Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pabrik CA-EDC TPIA Berpotensi Tambah Pendapatan 32 Persen

PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) atau Chandra Asri Group resmi menggelontorkan investasi senilai Rp15 triliun untuk membangun pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC)

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 20 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Pabrik CA-EDC TPIA Berpotensi Tambah Pendapatan 32 Persen Tim Chandra Asri berdiskusi di area pabrik petrokimia sebagai bagian dari upaya inovasi dan pengembangan industri. (Foto: Dok. Chandra Asri)

KABARBURSA.COM – PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) atau Chandra Asri Group resmi menggelontorkan investasi senilai Rp15 triliun untuk membangun pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) di Cilegon, Banten. Proyek ini tidak hanya berkontribusi pada hilirisasi industri kimia dalam negeri, tetapi juga berpotensi memberikan dampak besar terhadap pendapatan perusahaan.

Anak usaha TPIA, PT Chandra Asri Alkali (CAA) akan menjadi pengelola pabrik ini. Pabrik yang ditargetkan rampung pada 2027 ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 400.000 ton soda kaustik padat, 827.000 ton soda kaustik dalam bentuk likuid, serta 500.000 ton Ethylene Dichloride (EDC) per tahun.

Presiden Direktur & CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menyatakan bahwa investasi ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam memperkuat industri petrokimia nasional. Hal ini sejalan dengan pemerintah yang menetapkan proyek ini sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diharapkan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Kami memiliki pengalaman lebih dari 32 tahun sebagai tulang punggung industri petrokimia nasional dan berkomitmen untuk terus memberikan nilai bagi pemangku kepentingan serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya, melalui siaran pers Kamis, 20 Maret 2025.

Dengan beroperasinya pabrik ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor Chlor Alkali dapat ditekan hingga Rp4,9 triliun per tahun, sementara seluruh produksi EDC akan diekspor, berpotensi menambah devisa negara hingga Rp5 triliun per tahun.

Untuk mendukung proyek ini, Chandra Asri Group telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD350-400 juta atau sekitar Rp5,5-6,3 triliun pada tahun 2025. Investasi ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan organik jangka panjang perusahaan dalam memperkuat rantai pasok industri kimia nasional.

Di saat yang sama, proyek strategis ini diharapkan menciptakan 3.000 lapangan kerja selama masa konstruksi dan menyerap 250 tenaga kerja tetap saat beroperasi penuh.

“Kami percaya bahwa melalui kolaborasi yang kuat dengan berbagai pihak, Chandra Asri Group dapat terus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia dan mendorong pertumbuhan industri nasional yang lebih berkelanjutan,” tutup Erwin Ciputra.

Sementara itu, sebagai bahan baku utama bagi berbagai industri, produk dari pabrik ini memiliki forward linkage yang kuat dan memberikan multiplier effect yang signifikan. Chlor Alkali atau soda kaustik digunakan dalam pengolahan air industri, produksi sabun dan deterjen, serta pemurnian nikel yang mendukung industri kendaraan listrik global. Sementara itu, EDC berperan penting dalam produksi Polyvinyl Chloride (PVC) yang banyak digunakan dalam industri konstruksi.

Selain itu, aplikasi soda kaustik dalam industri pulp dan kertas juga sangat penting karena berkontribusi dalam proses pembuatan dan pemutihan kertas, serta meningkatkan kualitas hasil akhir.

Potensi Pendapatan Chandra Asri Pacific

Dengan kapasitas produksi yang besar dan nilai investasi yang signifikan, pendirian pabrik CA-EDC ini tidak hanya memperkuat posisi Chandra Asri Pacific dalam industri petrokimia nasional, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan pendapatan yang menjanjikan. Potensi cuan dari proyek ini semakin menarik jika melihat proyeksi harga jual produk, permintaan pasar yang terus meningkat, serta strategi ekspor yang dapat menambah devisa negara. 

Di pasar global, harga soda kaustik padat saat ini berkisar Rp20.000 per kilogram, sementara soda kaustik dalam bentuk likuid (konsentrasi 40–48 persen) dijual sekitar Rp3.000 per kilogram. Untuk konsentrasi lebih tinggi (48 persen), harga mencapai Rp20.280 per kilogram sebelum pajak. 

Sementara itu, berdasarkan data IMARC Group, firma riset pasar dan konsultasi global, harga EDC di Korea Selatan pada Desember 2023 mencapai USD330 per metrik ton (MT). Meski data spesifik untuk Indonesia tidak tersedia, harga di Korea Selatan dapat memberikan gambaran umum mengenai tren harga di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Selanjutnya, dari dalam negeri, konsumsi soda kaustik menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Data impor mencerminkan peningkatan kebutuhan, dengan jumlah impor mencapai 283.173 ton pada 2019, meningkat menjadi 317.926 ton pada 2020, dan melonjak ke 419.826 ton pada 2021. Di sisi lain, produksi dalam negeri mencapai sekitar 1.073.400 ton per tahun, namun belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga peluang pasar bagi produsen lokal seperti Chandra Asri Pacific masih sangat terbuka lebar.

Berdasarkan kapasitas produksi, potensi pendapatan dari soda kaustik padat dapat dihitung dengan mengalikan kapasitas produksi tahunan sebanyak 400.000 ton dengan harga jual Rp20.000 per kilogram, yang menghasilkan potensi pendapatan sekitar Rp8 triliun per tahun. 

Untuk soda kaustik likuid, jika kita mengasumsikan bahwa produksi dalam bentuk likuid sebanding dengan kapasitas tahunan 827.000 ton, dengan harga rata-rata Rp3.000 per kilogram, maka potensi pendapatan dari produk ini mencapai Rp2,48 triliun per tahun. 

Sedangkan untuk EDC, dengan kapasitas produksi tahunan 500.000 ton dan asumsi harga USD330 per metrik ton (setara Rp5,17 juta per ton dengan kurs Rp15.700/USD), pendapatan dari ekspor EDC dapat mencapai sekitar Rp2,58 triliun per tahun.

Dengan demikian, total potensi pendapatan tahunan dari pabrik ini mencapai sekitar Rp13,06 triliun. Angka ini mencerminkan potensi kontribusi signifikan bagi total pendapatan Chandra Asri Pacific, yang pada 2023 mencatatkan pendapatan sebesar Rp64,6 triliun.

Untuk melihat seberapa besar kontribusi pabrik baru tersebut terhadap Perusahaan, maka perlu kembali melihat kinerja keuangan sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2024, Chandra Asri membukukan pendapatan sebesar USD1,785 miliar, dengan segmen kimia menyumbang USD1,684 miliar dan infrastruktur USD100,8 juta. Jika pendapatan dari pabrik baru ini ditambahkan, total pendapatan TPIA secara pro forma akan mencapai USD2,648 miliar.

Dengan demikian, kontribusi pabrik baru ini terhadap total pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai 32,6 persen. Angka ini menunjukkan bahwa pabrik CA-EDC akan menjadi pilar utama pertumbuhan bisnis Chandra Asri ke depan.

Dampak bagi Industri dan Ekonomi Nasional

Selain berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan, proyek ini juga memiliki dampak luas bagi industri hilir dan ekonomi nasional. Konsumsi soda kaustik di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, tercermin dari angka impor yang terus naik dari 283.173 ton pada 2019 menjadi 419.826 ton pada 2021. Dengan kapasitas produksi domestik mencapai 1.073.400 ton per tahun, tambahan produksi dari pabrik baru ini akan membantu menekan impor dan memperkuat ketahanan industri nasional.

Chlor Alkali memiliki aplikasi luas dalam industri pengolahan air, produksi sabun dan deterjen, hingga pemurnian nikel yang mendukung rantai pasok kendaraan listrik. Sementara itu, EDC merupakan bahan baku utama dalam produksi Polyvinyl Chloride (PVC), yang sangat dibutuhkan oleh industri konstruksi. Dengan permintaan regional yang terus meningkat, ekspor EDC dapat menambah devisa negara hingga Rp5 triliun per tahun.

Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan organik jangka panjang, Chandra Asri Pacific telah mengalokasikan belanja modal sebesar USD350-400 juta atau sekitar Rp5,5-6,3 triliun untuk proyek ini pada 2025. Dengan strategi bisnis yang solid dan dukungan terhadap hilirisasi industri, pabrik CA-EDC ini berpotensi menjadi mesin pertumbuhan baru bagi TPIA dan industri petrokimia nasional secara keseluruhan.

Dengan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan mitra strategis, proyek ini diharapkan dapat memperkuat rantai pasok industri kimia dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. (*)