KABARBURSA.COM – PT Soechi Lines Tbk (SOCI), pemilik dan operator kapal tanker di Indonesia, semakin memantapkan posisinya sebagai pemain utama di industri tanker setelah menambah jumlah unit kapal tanker liquefied natural gas (LNG). Keputusan ini tidak hanya berpengaruh terhadap ekspansi armada perusahaan tetapi juga memiliki dampak terhadap keuangan, prospek industri LNG di Indonesia.
Dalam aksi korporasi terbaru, Soechi telah menyelesaikan akuisisi satu unit kapal tanker LNG. Sekretaris Perusahaan Soechi Paula Marlina mengatakan, tanker LNG ini memiliki panjang sekitar 280 meter dan lebar 43 meter, dengan total kapasitas ±74.000 dead weight tonnage (DWT).
“Tanker LNG tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman LNG di dalam negeri, terutama dari sektor industry,” ujar Paula melalui keterbukaan informasi perusahaan, Rabu, 19 Maret 2025.
Ia menambahkan, Soechi menargetkan kapal ini mulai berkontribusi terhadap pendapatan pada tahun 2025. Terutama sebagai pemain utama dalam industri perkapalan Indonesia, khususnya dalam distribusi minyak dan gas.
Dengan pangsa pasar sekitar 20 persen berdasarkan total kapasitas DWT armada, kapasitas armada Soechi tumbuh rata-rata 15 persen Compounded Annual Growth Rate (CAGR), dalam dua decade terakhir.
Adapun sebagian besar kapal tanker SOCI disewakan melalui model kontrak time charter, yaitu penyewaan kapal dalam jangka waktu tertentu. Skema ini memberikan kepastian pendapatan dan profitabilitas yang stabil bagi kinerja keuangan perseroan.
Paula menambahkan, akuisisi ini juga merupakan bagian dari komitmen Perseroan dalam mendukung penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.
“LNG memiliki emisi karbon lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya serta tidak menghasilkan polutan berbahaya seperti sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOₓ),” ungkapnya.
Dampak Finansial Akuisisi Kapal LNG
Langkah ekspansi ini diyakini akan memberikan dampak positif terhadap struktur keuangan Soechi.
Akuisisi kapal LNG secara otomatis meningkatkan aset tetap perusahaan yang saat ini tercatat sekitar USD502 juta. Dengan harga kapal LNG yang diperkirakan berada di kisaran USD60-80 juta, maka total aset perusahaan berpotensi naik menjadi sekitar USD670 juta.
Di sisi lain, Soechi kemungkinan akan menggunakan skema pembiayaan perbankan atau leasing untuk mendanai akuisisi ini, yang akan meningkatkan liabilitasnya sebesar USD50-70 juta. Konsekuensinya, beban penyusutan diperkirakan bertambah sekitar USD6-8 juta per tahun, namun dampak ini diimbangi dengan proyeksi kenaikan pendapatan operasional.
Dengan tarif sewa kapal LNG yang berkisar antara USD80.000-120.000 per hari, Soechi diproyeksikan memperoleh tambahan pendapatan tahunan sekitar USD29-44 juta. Setelah dikurangi biaya operasional dan bunga pinjaman yang diperkirakan mencapai USD 10-15 juta per tahun, laba bersih tambahan dari akuisisi ini diperkirakan mencapai USD10-20 juta per tahun.
Dengan peningkatan laba bersih tersebut, margin laba bersih perusahaan juga berpotensi naik dari 12 persen menjadi 15 persen. Hal ini akan berdampak positif pada rasio keuangan Soechi, antara lain, debt-to-equity ratio (DER) diprediksi meningkat dari 1,18 menjadi 1,30 akibat tambahan utang, return on assets (ROA) berpotensi naik dari 4,2 persen menjadi 5,5 persen berkat tambahan aset produktif, dan return on equity (ROE) diproyeksikan meningkat dari 10,1 persen menjadi 12,3 persen, mencerminkan efisiensi penggunaan modal dalam menghasilkan keuntungan.
Kinerja Keuangan Soechi Terakhir
Sebelum akuisisi kapal LNG ini, Soechi telah mencatatkan kinerja keuangan yang cukup solid. Berdasarkan laporan keuangan terakhir per kuartal III 2024, perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebesar USD156 juta, meningkat 7,5 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba kotor SOCI juga mengalami pertumbuhan 9,3 persen yoy, mencapai USD72 juta, yang mencerminkan efisiensi operasional yang semakin baik. Sementara itu, EBITDA perusahaan tercatat sebesar USD48 juta, dengan margin EBITDA di level 30,8 persen, menunjukkan fundamental bisnis yang masih solid.
Dari sisi laba bersih, SOCI mencatatkan peningkatan 13,2 persen yoy, mencapai USD18,5 juta, dengan margin laba bersih sebesar 11,8 persen. Adapun total aset perusahaan per akhir 2024 tercatat sebesar USD502 juta, dengan ekuitas sebesar USD210 juta.
Setelah akuisisi kapal LNG, total aset Soechi diproyeksikan meningkat menjadi sekitar USD670 juta, sementara ekuitas perusahaan berpotensi naik hingga USD230-250 juta, seiring dengan peningkatan laba yang lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Dari sisi liabilitas, tambahan pembiayaan akibat akuisisi ini kemungkinan akan menaikkan total utang perusahaan dari USD292 juta menjadi USD350-360 juta. Namun, dengan peningkatan pendapatan dari bisnis LNG, rasio utang terhadap ekuitas (DER) masih akan tetap berada dalam level yang wajar, yakni sekitar 1,30 kali.
Kinerja Industri Perkapalan dan Transportasi Energi
Dalam beberapa tahun terakhir, industri perkapalan global dan domestik menunjukkan pertumbuhan yang cukup positif, didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan distribusi energi. Harga sewa kapal tanker minyak (VLCC) meningkat 20-30 persen dalam setahun terakhir, sementara sewa kapal LNG melonjak lebih dari 50 persen akibat meningkatnya permintaan global terhadap energi bersih.
Di Indonesia, prospek industri perkapalan didukung oleh kebijakan pemerintah dalam mempercepat penggunaan LNG sebagai sumber energi utama. Konsumsi LNG nasional diperkirakan tumbuh 8-10 persen per tahun hingga 2030, seiring dengan upaya dekarbonisasi dan transisi energi.
Beberapa indikator industri menunjukkan bahwa ekspansi Soechi ke bisnis LNG memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Pertumbuhan volume kargo LNG global diprediksi meningkat dengan CAGR sebesar 5,2 persen hingga 2030, seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi bersih di berbagai negara. Di kawasan Asia Tenggara, permintaan LNG juga mengalami lonjakan lebih dari 30 persen sejak 2022, didorong oleh industrialisasi serta upaya diversifikasi energi di banyak negara berkembang.
Selain itu, tarif sewa kapal LNG dengan skema time charter saat ini berada di kisaran USD80.000-120.000 per hari, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tarif sewa kapal tanker minyak yang hanya berkisar USD50.000-70.000 per hari. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis pengangkutan LNG menawarkan profitabilitas yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, rasio utilisasi armada LNG global telah mencapai 92 persen, mencerminkan tingginya permintaan terhadap kapal pengangkut LNG di pasar internasional.
Dengan tren ini, langkah Soechi dalam mengakuisisi kapal LNG dinilai sebagai keputusan strategis yang akan memberikan keuntungan jangka panjang. Selain memperkuat posisinya di industri perkapalan nasional, ekspansi ke LNG juga akan memberikan diversifikasi pendapatan yang lebih stabil bagi perusahaan, mengingat sektor energi bersih terus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan industri global.
Saham SOCI Masih Undervalued?
Saat ini, harga saham SOCI berada di level Rp182 per saham. Dengan perkiraan peningkatan laba bersih dari akuisisi LNG, valuasi SOCI semakin menarik. Price-to-earnings ratio (P/E) saat ini berada di 4,1 kali, jauh di bawah rata-rata historisnya di 6-8 kali dan lebih rendah dibandingkan industri perkapalan global yang berada di kisaran 7-12 kali.
Jika valuasi SOCI kembali ke level rata-rata historisnya, maka harga sahamnya berpotensi naik ke kisaran Rp238–Rp318 per saham.
Perhitungan ini menggunakan pendekatan pertumbuhan laba bersih dan valuasi historis untuk memperkirakan potensi kenaikan harga saham SOCI. Dengan laba bersih yang diproyeksikan meningkat dari USD18,5 juta menjadi USD28,5-38,5 juta setelah akuisisi kapal LNG, pertumbuhan laba perusahaan berkisar antara 54 persen hingga 108 persen.
Dengan tren ini, langkah Soechi dalam mengakuisisi kapal LNG dinilai sebagai keputusan strategis yang akan memberikan keuntungan jangka panjang.
Selain memperkuat posisinya di industri perkapalan nasional, ekspansi ke LNG juga akan memberikan diversifikasi pendapatan yang lebih stabil bagi perusahaan, mengingat sektor energi bersih terus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan industri global. (*)