KABARBURSA.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi Profesi Pasar Modal Indonesia (PROPAMI) Bidang Keanggotaan, Boris Sihar Sirait, memberikan pandangannya terkait pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasca Lebaran serta penyebab terjadinya penghentian sementara atau trading halt pada perdagangan hari ini.
Boris menjelaskan bahwa, berbeda dengan tren historis di mana IHSG cenderung menguat setelah lebaran akibat peningkatan konsumsi, tahun ini pasar justru mengalami tekanan hebat.
Saat ditanya apakah sentimen negatif berasal dari kombinasi makro ekonomi faktor domestik, terutama defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang melebar, kasus korupsi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta ketidakpastian regulasi terkait pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI yang menuai kontroversi di kalangan investor namun ia tak menjawab pasti.
“Biasanya, pasca Lebaran sektor konsumsi memberikan dorongan positif bagi IHSG. Namun, kali ini ada tekanan fiskal yang luar biasa, terutama dari defisit APBN yang lebih besar dari perkiraan. Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, karena berpotensi memicu kebijakan pengetatan anggaran yang berdampak pada perlambatan ekonomi,” ujar Boris saat sesi tanya jawab dalam acara edukasi wartawan Pasar Modal secara daring pada Selasa, 18 Marert 2025.
Namun, Boris menepis anggapan bahwa defisit APBN menjadi satu-satunya faktor utama di balik anjloknya IHSG. Menurutnya, tekanan jual yang besar juga dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas tata kelola perusahaan negara setelah mencuatnya skandal korupsi di beberapa BUMN besar. Hal ini menimbulkan ketidakpercayaan yang signifikan terhadap saham-saham emiten pelat merah yang selama ini menjadi andalan investor institusi.
“Kasus korupsi di BUMN menciptakan ketidakpercayaan yang besar terhadap emiten-emiten milik negara, yang selama ini menjadi kontributor utama di IHSG. Investor asing melihat ini sebagai sinyal negatif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia,” ujar dia.
Selain itu, Boris menyoroti dampak dari pembahasan RUU TNI yang menimbulkan perdebatan politik dan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Menurutnya, polemik mengenai perluasan peran militer di sektor sipil telah menimbulkan ketidakpastian yang bisa berimbas pada stabilitas investasi jangka panjang.
“Investor selalu mencari kepastian dalam regulasi. Pembahasan RUU TNI yang kontroversial justru menambah ketidakpastian di pasar modal, karena bisa berimbas pada stabilitas politik dan ekonomi jangka panjang,” ungkapnya..
Menanggapi trading halt yang terjadi setelah IHSG anjlok lebih dari 7 persen, Boris menegaskan bahwa tekanan utama bukan hanya dari defisit anggaran, tetapi juga kombinasi faktor ketidakpastian kebijakan dan krisis kepercayaan terhadap tata kelola perusahaan dan pemerintahan.
“Kami melihat aksi jual besar-besaran karena investor mengantisipasi risiko makroekonomi yang semakin besar. Jika tidak ada respons yang meyakinkan dari otoritas pasar dan pemerintah, tekanan ini bisa berlanjut dalam beberapa pekan ke depan,” paparnya.
Boris menekankan bahwa pemulihan IHSG pasca trading halt sangat bergantung pada respons pemerintah dan otoritas pasar. Ia berharap Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera memberikan klarifikasi terkait situasi pasar, sementara pemerintah perlu menyampaikan strategi konkret dalam mengelola defisit APBN serta memperbaiki tata kelola BUMN untuk memulihkan kepercayaan investor.
“Pasar membutuhkan sinyal yang jelas. Jika pemerintah bisa menunjukkan langkah konkret dalam menyeimbangkan fiskal dan menangani isu tata kelola BUMN, ada peluang pemulihan. Namun, jika ketidakpastian terus berlanjut, volatilitas tinggi masih akan mewarnai pergerakan IHSG,” ujar dia.
IHSG Sempat Anjlok
IHSG hari ini sempat dibekukan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta. Pembekuan sementara dilakukan karena IHSG sempat anjlok sebesar 5 persen atau turun 325 poin ke level 6.146. Sebanyak 552 saham terpantau melemah, 97 saham menguat, dan 197 saham stagnan bahkan masih terus turun.
Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan pembekuan dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat dan mulai diperdagangkan lagi pada pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan.
Ternyata trading halt tidak dilakukan pertama kali oleh BEI. Sebelumnya BEI telah beberapa kali menerapkan kebijakan penghentian sementara perdagangan saham dalam situasi tertentu untuk menjaga stabilitas pasar.
Misal pada 2008 saat terjadi krisis finansial. Tepat pada 8 Oktober 2008, bursa menghentikan perdagangan karena IHSG anjlok lebih dari 10 persen. Langkah ini diambil untuk menahan kejatuhan tajam IHSG yang sudah berlangsung beberapa minggu sebelumnya akibat kekhawatiran akan meluasnya krisis ekonomi di Amerika Serikat ke seluruh dunia.
Kemudian, BEI juga pernah menghentikan perdagangan pada Maret 2020 saat wabah pandemi Covid-19 melanda. Bahkan selama Maret trading halt diterapkan hingga enam kali untuk menjaga investor dari kepanikan akibat pandemi. Pada 12 Maret 2020, BEI menghentikan sementara perdagangan saham setelah IHSG turun 5,01 persen ke level 4.895,75 pada pukul 15.33 WIB.
Kebijakan tersebut diambil untuk mencegah kepanikan lebih lanjut di kalangan investor dan menjaga stabilitas pasar modal Indonesia.
Penghentian perdagangan ini juga membuat Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad nenyambangi Gedung BEI hari ini.
Sufmi Dasco mengatakan, kunjungan tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan kepada pasar modal agar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat.
"Kami pada hari ini melakukan kunjungan untuk memberikan support dan meyakinkan kepada pasar untuk tetap tenang," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung BEI Jakarta pada Selasa, 18 Maret 2025.
Pria 57 tahun itu menerangkan, pihaknya dan pemerintah kan mengambil langkah konkret secepat mungkin guna memberikan sentimen positif untuk pasar modal Indonesia.(*)