Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Rebound di Tengah Ketidakpastian

Ini setelah Nasdaq Composite dan S&P 500 mengalami penurunan selama empat minggu berturut-turut

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 18 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Wall Street Rebound di Tengah Ketidakpastian Plang nama jalan Wall Street yang juga menjadi tempat New York Stock Exchange (NYSE). (Foto: PxHere)

KABARBURSA.COM - Seluruh indeks Wall Street menghijau pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025 setelah Nasdaq Composite dan S&P 500 mengalami penurunan selama empat minggu berturut-turut.

Seperti dikutip dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 353,44 poin atau 0,85 persen menjadi 41.841,63, S&P 500 bertambah 36,18 poin atau 0,64 persen menjadi 5.675,12, dan Nasdaq Composite menguat 54,58 poin atau 0,31 persen menjadi 17.808,66.

Jumlah saham yang naik melebihi jumlah saham yang turun dengan rasio 4,44 banding 1 di NYSE dan 2,47 banding 1 di Nasdaq.

Volume perdagangan di bursa Amerika Serikat (AS) mencapai 13,86 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 16,53 miliar saham dalam 20 sesi perdagangan terakhir.

Adapun ini karena penjualan ritel mengalami rebound tipis pada Februari, tetapi masih di bawah ekspektasi, mencerminkan meningkatnya ketidakpastian terkait tarif dan pemecatan besar-besaran pegawai pemerintah federal. 

"Satu-satunya tanda pemulihan belanja dari penurunan akibat cuaca pada Januari dan aksi pembelian menjelang tarif baru terlihat dalam belanja online," kata Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management, Menomonee Falls, Wisconsin.

"Sentimen sering kali menjadi prediktor buruk dalam belanja, tetapi optimisme yang selama ini mendorong pengeluaran kini hanya tinggal kenangan," tambah Jacobsen.

Laporan dari Departemen Perdagangan pada hari Senin, 17 Maret 2025 menunjukkan bahwa ekonomi masih tumbuh di kuartal pertama, meskipun dalam laju yang moderat. Laporan tersebut menggambarkan perilaku konsumen yang lebih berhati-hati, dengan penjualan di restoran dan bar mengalami penurunan terbesar dalam 13 bulan di tengah memburuknya sentimen.

"Laporan ini seharusnya meredakan kekhawatiran bahwa ekonomi sudah mulai menyusut," kata Samuel Tombs, kepala ekonom AS di Pantheon Macroeconomics. 

"Namun, risiko pertumbuhan yang jauh lebih lemah meningkat karena konsumen berusaha membangun kembali tabungan mereka sebagai respons terhadap kekhawatiran akan keamanan pekerjaan," sambung dia.

Penjualan ritel naik 0,2 persen bulan lalu setelah mengalami revisi turun sebesar 1,2 persen pada Januari, yang merupakan penurunan terbesar sejak November 2022, menurut Biro Sensus Departemen Perdagangan.

Secara tahunan, penjualan meningkat 3,1 persen pada Februari. Kenaikan bulanan didorong oleh lonjakan 2,4 persen dalam penerimaan dari toko online. Penjualan di toko kesehatan dan perawatan pribadi naik 1,7 persen, sementara pemasok bahan bangunan dan peralatan taman mencatat kenaikan 0,2 persen. 

Laporan terpisah menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di Negara Bagian New York pada Maret anjlok ke level terendah dalam hampir dua tahun.

Selain itu, sentimen di kalangan pengembang perumahan AS turun ke level terendah dalam tujuh bulan pada Maret akibat tarif impor yang meningkatkan biaya konstruksi.

Ketika Federal Reserve bertemu pada Rabu, 19 Maret 2025, secara luas diperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap, menurut CME's FedWatch Tool.

Pejabat The Fed juga akan mengumumkan proyeksi ekonomi mereka bersama pernyataan kebijakan, yang memberikan gambaran lebih jelas tentang bagaimana pandangan bank sentral AS terhadap dampak kebijakan pemerintahan Trump yang telah mengaburkan prospek ekonomi yang sebelumnya solid.

Federal Reserve Bank of Atlanta menyesuaikan perkiraan aktivitas ekonomi kuartal pertama menjadi kontraksi 2,1 persen, turun dari estimasi sebelumnya sebesar kontraksi 1,6 persen pada 7 Maret.

Pada akhir pekan, Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan dalam sebuah wawancara bahwa "tidak ada jaminan" AS akan terhindar dari resesi.

Tren Kinerja Bursa AS 

Pasar saham telah merosot dalam beberapa pekan terakhir, dengan S&P 500 turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya pada Februari, penurunan yang masuk dalam kategori koreksi. Pasar mengalami rebound pada hari Jumat karena investor mulai memburu saham-saham yang diperkirakan lebih tahan terhadap kebijakan Trump.

Indeks Dow, yang berisi saham-saham unggulan, kini hanya sekitar 3 persen dari zona koreksi setelah kenaikan dalam dua sesi terakhir, sementara Nasdaq sudah memasuki wilayah koreksi sejak 6 Maret.

S&P 500 mencatat sembilan level tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu level terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite mencatat 45 level tertinggi baru dan 111 level terendah baru.

Dari 11 sektor utama S&P 500, sektor real estat dan energi memimpin kenaikan, sedangkan sektor barang konsumsi diskresioner menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan.

Saham Tesla anjlok 4,79 persen setelah perusahaan pialang Mizuho memangkas target harga saham produsen kendaraan listrik tersebut dari USD515 menjadi USD430. Sepanjang tahun ini, saham Tesla telah turun 41 persen.

Saham perusahaan komputasi kuantum seperti D-Wave Quantum dan Quantum Corp masing-masing melonjak 10,15 persen dan 40,09 persen setelah produsen chip kecerdasan buatan Nvidia membuka konferensi tahunan mereka.

Saham Intel melesat 6,82 persen setelah laporan Reuters menyebutkan bahwa CEO baru Lip-Bu Tan mempertimbangkan perubahan besar dalam metode manufaktur chip dan strategi AI perusahaan. (*)