Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Timteng Bergejolak, Rupiah Ditutup Lesu di Level Rp16.400

Sentimen juga datang dari Presiden AS yakni Donald Trump

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 17 March 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Syahrianto
Timteng Bergejolak, Rupiah Ditutup Lesu di Level Rp16.400 Mesin penghitung uang di salah satu cabang Haji La Tunrung Money Changer Juanda, Jakarta Pusat. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 50 poin ke level Rp16.400 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh beberapa faktor eksternal, seperti meningkatnya gejolak geopolitik di Timur Tengah (Timteng), setelah AS melancarkan gelombang serangan udara terhadap pemberontak Houthi di Yaman sebagai balasan atas serangan mereka terhadap jalur pelayaran di Laut Merah. 

Sentimen juga datang dari Presiden AS yakni Donald Trump. Ibrahim bilang, Trump pada Minggu malam mengulangi ancamannya tentang tarif timbal balik dan sektoral yang akan dikenakan pada tanggal 2 April 2025 mendatang. 

Menurut dia, itu merupakan sebuah langkah yang secara luas diperkirakan akan meningkatkan perang dagang global yang sedang terjadi. 

"Namun pasar tidak yakin tentang seberapa besar Trump akan berkomitmen pada tarif tersebut, mengingat bahwa ia telah mengubah langkah-langkah terhadap Kanada dan Meksiko pada awal bulan ini," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 17 Maret 2025.

Sentimen juga datang dari Benua Eropa. Ibrahim menyebut,  ada tanda-tanda  kemajuan dalam perundingan gencatan senjata Rusia-Ukraina. Dikatakan dia, Donald Trump dikabarkan akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Lebih jauh Ibrahim menerangkan, fokus pasar  di pekan ini adalah antisipasi serangkaian pertemuan bank sentral, terutama Federal Reserve, Bank of Japan, dan Bank of England.

"Tanggal produksi industri dan penjualan ritel AS juga ditetapkan untuk memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di dunia," pungkasnya. 

Adapun untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp16.390 - Rp16.450.

BI: Strategi Amankan Cadangan Devisa untuk Stabilitas Rupiah

Bank Indonesia (BI) terus mendorong transformasi pengelolaan cadangan devisa di tengah meningkatnya ketidakpastian global, ketegangan geopolitik, dan dinamika ekonomi dunia. Gubernur BI Perry Warjiyo, menegaskan bahwa strategi pengelolaan cadangan devisa yang lebih agile dan fleksibel sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

“Transformasi ini berperan penting dalam meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, memastikan kecukupan likuiditas, dan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia terhadap guncangan eksternal,” ujar Perry dalam keterangan resminya, Rabu, 13 Maret 2025.

BI juga memperkuat digitalisasi proses bisnis dalam pemantauan pasar keuangan dan portofolio selama 24 jam, yang dilakukan melalui koordinasi kantor perdagangannya di Jakarta, New York, London, dan Singapura.

Dalam upaya memperkuat pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia kembali meraih penghargaan “Reserve Manager of The Year 2025” dari Central Banking Award, berkat keberhasilannya dalam mengimplementasikan Transformasi Framework Pengelolaan Cadangan Devisa 4.0.

BI dinilai mampu meningkatkan fleksibilitas dan daya tanggap dalam menghadapi perubahan pasar global, memperkuat tata kelola cadangan devisa, serta mendorong strategi investasi berkelanjutan dan ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Kami telah mengubah pendekatan pengelolaan cadangan dari sekadar optimalisasi imbal hasil menjadi strategi yang lebih tangkas dalam menghadapi ketidakpastian,” jelas Rahmatullah Sjamsudin, Direktur Eksekutif Pengelolaan Cadangan BI.

Sejak Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga pada 2022, BI menerapkan pendekatan baru dengan lebih proaktif dalam penyesuaian alokasi aset strategis (SAA). Ini dilakukan untuk mengurangi risiko nilai tukar dan memastikan cadangan devisa tetap stabil meski terjadi guncangan pasar global.

Strategi Baru: Likuiditas dan Diversifikasi Cadangan Devisa

BI juga memperkenalkan tiga level kecukupan cadangan devisa, yakni Minimum Reserve Adequacy, Required Reserve Adequacy, Enhanced Reserve Adequacy (ERA).

Saat ini, posisi cadangan devisa BI berada di atas ERA, yang berarti ketahanan eksternal Indonesia masih cukup kuat untuk menghadapi potensi volatilitas pasar global.

Selain itu, BI memperluas diversifikasi aset dengan menambahkan instrumen sekuritas berbasis hipotek dan lebih banyak aset dalam denominasi dolar AS. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan imbal hasil serta menjaga nilai cadangan devisa dari tekanan pasar.

“Dengan adanya fleksibilitas ini, kami bisa lebih cepat menyesuaikan strategi portofolio ketika pasar bergerak dinamis,” tambah Rahmatullah.

BI juga aktif melakukan repo aset, baik untuk likuiditas maupun untuk meningkatkan pengembalian investasi. Selain itu, BI juga menggunakan tolok ukur investasi yang lebih dinamis, dengan memperbaruinya secara berkala agar tetap relevan dengan kondisi pasar.

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, BI juga menerapkan pendekatan “conditional value-at-risk”, yang lebih fokus pada perlindungan nilai aset dibandingkan dengan strategi sebelumnya yang lebih mengejar optimalisasi imbal hasil.

“Dalam situasi ini, kita harus tangkas, bereaksi cepat, dan mengantisipasi perubahan pasar,” kata Rahmatullah.

Bank Indonesia, lanjut Rahmatullah, akan terus menyesuaikan strategi cadangan devisa agar tetap responsif terhadap perubahan ekonomi global, sekaligus memastikan stabilitas nilai tukar dan mendukung kebijakan moneter nasional. (*)