Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Longsor Lagi di Level 6.470: Sektor Teknologi Ambles

Sektor teknologi menyumbang keanjlokan 11,20 persen, diikuti sektor transportasi yang turun 1,01 persen, serta sektor barang konsumsi siklikal.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 17 March 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Pramirvan Datu
IHSG Longsor Lagi di Level 6.470: Sektor Teknologi Ambles Hall Bursa Efek Indonesia di Bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Foto: KabarBursa/Abbas

KABARBURSA.COM  - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah lagi pada perdagangan hari ini, Senin, 17 Maret 2025, turun 45,52 poin atau 0,70 persen ke level 6.470,11.  

Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.557,41 dan level terendah di 6.445,98, sebelum akhirnya ditutup lebih rendah.  

Total volume transaksi mencapai 185,36 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp8,42 triliun dari 1,05 juta transaksi. Untuk transaksi reguler, tercatat volume 125 juta lot.

Di tengah lemahnya IHSG, sejumlah saham malah mencatatkan kenaikan signifikan dan berada dijajaran top gainers. Saham Hotel Fitra International Tbk atau dalam kode saham FITT memimpin daftar top gainers setelah melonjak 34,62 persen ke level Rp175 per saham. 

Saham Soechi Lines Tbk (SOCI) berada di posisi kedua dengan kenaikan 27,14 persen ke Rp178 per saham, sementara saham Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) turut menguat 27,08 persen ke level Rp122 per saham.  

Saham J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang bergerak di sektor pertambangan emas juga mencatatkan penguatan signifikan, naik 25,00 persen ke level Rp300 per saham. Saham Vastland Indonesia Tbk (VAST) mengalami kenaikan 20,20 persen ke level Rp119 per saham.  

Di sisi lain, sejumlah saham mengalami tekanan jual dan masuk top losers. Saham Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) memimpin daftar top losers setelah merosot 25,00 persen ke level Rp324 per saham. 

Saham Kedaung Indah Can Tbk (KICI) juga mencatatkan penurunan 21,05 persen ke level Rp120 per saham, sementara saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) turun 19,99 persen ke level Rp144.750 per saham.  

Saham Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) terkoreksi 14,93 persen ke level Rp1.710 per saham, sedangkan saham Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) turun 14,85 persen ke level Rp172 per saham.  

Sektor teknologi menjadi pemberat utama IHSG setelah anjlok 11,20 persen, diikuti sektor transportasi yang turun 1,01 persen, serta sektor barang konsumsi siklikal yang melemah 1,36 persen. Sektor keuangan dan industri juga mencatatkan penurunan masing-masing 0,48 persen dan 0,45 persen, sementara sektor kesehatan dan properti terkoreksi 0,30 persen dan 0,24 persen.  

Di sisi lain, beberapa sektor masih mampu mencatatkan penguatan. Sektor barang konsumsi non-siklikal naik 1,11 persen, sektor bahan baku menguat 2,28 persen, sektor energi mencatatkan kenaikan tipis 0,19 persen, dan sektor infrastruktur naik 0,36 persen.

Dibuka Melemah Hari Ini

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah sebesar 0,22 persen atau turun 14,207 poin ke level 6.501 pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025.

Merujuk data RTI Business, volume perdagangan pagi ini mencapai 248,435 juta saham dan total nilai transaksi sebesar Rp213,769 miliar. Meskipun indeks dibuka di zona merah, sebanyak 192 saham mengalami kenaikan, 70 saham turun, dan 237 saham mengalami stagnan. 

Sedangkan mengutip Stockbit, saham-saham dengan kenaikan tertinggi (top gainer) dipimpin oleh PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) yang naik 10,08 persen ke harga 142. Disusul PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) yang naik 10 persen ke level 55, serta PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) yang meningkat 9,73 persen ke level 248.

Di sisi lain, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi top loser dengan penurunan signifikan sebesar 14,77 persen atau turun 26.725 poin ke level 154.200. Selain itu, saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) juga mengalami koreksi sebesar 8,61 persen ke level 446, diikuti oleh PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) yang turun 8,57 persen ke level 640.

Reliance Sekuritas, memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 6,499 dan resistance pada level 6,577 dengan kecenderungan menguat.

"Secara teknikal, candle IHSG berbentuk bearish belt hold, di bawah MA5 dan MA20 namun indikator MACD masih dalam keadaan golden cross. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar berbalik arah menjadi naik," tulis Reliance dalam risetnya kepada Kabarbursa.com.

Adapun Analis MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG terkoreksi sebesar 1,98 persen ke level 6.515 disertai dengan tekanan jual. 

“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan masih rawan terkoreksi ke rentang area 6,413-6,464 untuk membentuk bagian dari wave [b] dari wave B. Setelahnya, IHSG berpeluang menguat ke rentang 6,756-6,850 pada skenario hitam,” kata Tim Analis MNC Sekuritas dalam keterangan tertulis, Senin, 17 Maret 2025.

MNC Sekuritas mengungkapkan, level support pada perdagangan pagi ini adalah 6,361, 6,246. Sedangkan untuk resistance berada di level 6,698, 6,818. Adapun beberapa saham yang direkomendasikan oleh tim MNC sekuritas pada perdagangan pagi ini, antara lain: ASII, CBDK, LSIP, dan TINS.

IHSG Diramal Sulit Tembus Level 7.000 pada Kuartal I 2025

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksikan belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh beberapa sentimen. 

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memperkirakan pergerakan IHSG hingga kuartal I nanti masih cenderung mengarah ke bawah. 

"Kalau sepanjang kuartal 1 sampai dengan bulan Maret 2025 mungkin pergerakannya (IHSG) agak sedikit melebar ke bawah ya," ujar dia dalam acara Media Day Mirae Asset di Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025.

Meski diprediksi bergerak ke arah bawah, Rully berharap IHSG tidak menyentuh ke level 6.200 seperti beberapa waktu lalu. Dia menyebut pergerakan indeks masih dipengaruhi oleh sentimen dari global. 

Selain itu, tidak adanya sentimen positif yang signifikan terhadap pasar menjadikan IHSG belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I 2025 mendatang.  

Menurut Rully, sentimen positif terdekat yang bisa dimanfaatkan ialah pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan ini.

"Salah satu yang bisa mendorong apabila Bank Indonesia di bulan Maret ini menurunkan suku bunga, itu mungkin yang akan mendorong IHSG lebih tinggi. Mudah-mudahan bisa mendekati  antara 6.700 sampai 6.800," tuturnya. 

Lebih lanjut Rully memprediksi, IHSG baru akan mencapai level 7.000 ialah pada semester I 2025. Dalam hal ini, ia memperkirakan indeks akan berada di kisaran 6.500 hingga 7.000.

"Kalau di semester 1 sampai dengan Juni 2025 mungkin di level 6.500 sampai 7.000" ujarnya. (*)