KABARBURSA.COM - Bursa saham Asia mulai merangkak naik pada Jumat, 14 Maret 2025, berusaha pulih dari aksi jual brutal yang bikin indeks rontok seminggu belakangan. Sementara itu, emas justru makin menggila, mencetak rekor baru karena investor panik dan lari ke aset aman gara-gara tensi dagang global yang makin panas.
Kabar baik datang dari Washington. Drama potensi shutdown pemerintah AS akhirnya mulai mereda setelah Senator Demokrat, Chuck Schumer, bilang bakal mendukung rancangan anggaran darurat dari Partai Republik. Sinyal ini bikin pasar sedikit lega karena kemungkinan besar pemerintah AS gak bakal mogok kerja dulu.
Dampaknya langsung terasa di bursa saham. Futures Nasdaq lompat 0,87 persen, S&P 500 naik 0,7 persen, sementara EUROSTOXX 50 dan FTSE juga ikut menguat tipis. Alvin Tan dari RBC Capital Markets bilang, untuk hari ini, kabar dari Kongres ini setidaknya bikin sentimen pasar lebih positif.
Tapi, tetap saja ketegangan dagang masih jadi momok. Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang (MSCI Asia-Pasific) naik 0,2 persen, tapi tetap bakal tutup minggu ini dengan kerugian lebih dari 2 persen karena drama perang tarif terus berlanjut.
Yang bikin makin runyam adalah Trump makin garang. Kamis kemarin, dia menyatakan akan menyasar impor anggur dan minuman keras dari Eropa dengan tarif 200 persen kalau Uni Eropa tak mencabut bea masuk untukwhiskey Amerika bulan depan. “Siapapun yang menyerang duluan, bakal saya hantam balik lebih keras,” kata Trump, dikutip dari Reuters di Jakarta, Jumat, 14 Maret 2025.
Akibat ulah Trump ini, Wall Street kemarin ambruk. S&P 500 resmi masuk fase koreksi, menyusul Nasdaq yang sudah lebih dulu jeblok seminggu lalu. Michael Strobaek dari Lombard Odier sampai bilang Trump periode kedua ini sangat beda dari yang pertama. Kali ini dia tampaknya siap membiarkan ekonomi AS terkena hantaman, asalkan agenda ‘America First’ jalan terus.
Di tengah kehebohan ini, emas malah jadi bintang utama. Harga emas melonjak ke rekor baru USD2.990,09 per ons dan naik 2,6 persen sepanjang minggu ini. Investor jelas lebih milih mencari perlindungan di logam mulia dibanding kena getah dari drama perang dagang.
Sementara itu, indeks Nikkei Jepang naik 0,12 persen setelah sebelumnya turun, Hang Seng Hong Kong menguat 1 persen, meski tetap bakal tutup minggu ini dengan koreksi 2,3 persen. Saham China juga bangkit, CSI300 naik 1,4 persen hari ini dan mencatat kenaikan 0,6 persen untuk minggu ini.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah sebesar 54 poin atau turun 0,82 persen ke level 6.593 pada perdagangan Jumat, 14 Maret 2025.
Mengutip RTI Business, di pembukaan sesi I ini, telah terjadi transaksi yang mencapai Rp337,161 miliar dengan frekuensi perdagangan sebanyak 29.382 kali. Adapun jumlah saham yang mengalami kenaikan sebanyak 136 saham, 115 saham turun, dan 230 lainnya stagnan.
Dolar Masih Goyah, Pasar Menunggu Langkah The Fed
Dolar AS sempat menguat hari ini berkat aliran modal ke aset safe haven, tapi tekanan belum hilang sepenuhnya. Kekhawatiran akan resesi di AS masih bikin greenback kesulitan bangkit dari level terendahnya baru-baru ini.
Di pasar mata uang, euro turun tipis 0,1 persen ke USD1,0841, sementara pound sterling melemah 0,05 persen ke USD1,2944. Namun, euro masih dapat sentimen positif dari rencana besar Jerman untuk merombak kebijakan fiskalnya dengan membentuk dana 500 miliar euro buat infrastruktur dan pertahanan. Paket ini bakal diputuskan dalam voting parlemen Jerman pada 18 Maret, sebelum kabinet baru resmi terbentuk 25 Maret.
Pasar kini menunggu serangkaian pertemuan bank sentral pekan depan, termasuk The Fed, yang diharapkan bisa memberikan petunjuk lebih lanjut soal arah suku bunga. Kebijakan perdagangan Trump yang semakin agresif juga bikin pelaku pasar makin waspada terhadap dampaknya ke inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS.
Menurut Vishnu Varathan dari Mizuho, tren suku bunga tetap mengarah ke penurunan, tinggal masalah waktu kapan The Fed akan mengeksekusi pemangkasan. Ia menilai tarif baru Trump bakal mengganggu pasar, tapi bukan penghalang utama buat pemotongan suku bunga.
Sementara itu, dolar menguat 0,3 persen terhadap yen ke level 148,25, meski tetap mencatat pelemahan mingguan. Pasar mulai mempertimbangkan peluang Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga lagi, apalagi dengan rapat BOJ yang juga akan digelar minggu depan.
Di pasar komoditas, harga minyak mulai bangkit setelah sesi sebelumnya mengalami penurunan. Brent naik 0,54 persen ke USD70,26 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,6 persen ke USD66,96 per barel.
Saat ini, investor masih dalam mode “wait and see”, menunggu kepastian arah kebijakan moneter global dan dampak dari langkah-langkah terbaru pemerintahan Trump terhadap pasar.(*)