KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah sebesar 0,26 persen atau turun 17 poin ke level 6.647 pada perdagangan Kamis, 13 Maret 2025.
Mengutip RTI Business, pergerakan IHSG pada hari itu fluktuatif dengan level tertinggi 6.707 dan terendah 6.618. Seiring melemahnya indeks, 322 saham di zona merah, 287 saham menguat, dan 189 saham stagnan.
Adapun volume perdagangan hari ini mencapai mencapai 15.720 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp8.766 triliun. Sementara frekuensi perdangan senilai 1,106,153.
Di tengah koreksi IHSG sebesar 0,26 persen ke level 6.647 di tengah meningkatnya tekanan jual dan dengan penguatan yang telah mencapai target minimal, pada hari ini IHSG diperkirakan akan mengalami pullback terlebih dahulu untuk menguji level 6.586-6.618 sebelum kembali melanjutkan penguatan ke rentang 6.768-6.842 dalam skenario optimis. Dalam pergerakan jangka pendek, level support utama berada di 6.361 dan 6.246, sementara resistance berada di 6.698 dan 6.818.
Di tengah dinamika pergerakan IHSG, beberapa saham menarik untuk diperhatikan dalam strategi trading hari ini. Berikut ini rekomendasi MNC Sekuritas
BRIS: Buy on Weakness
Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menguat tipis sebesar 0,39 persen ke level 2.550 dengan dominasi volume pembelian yang masih kuat. Secara teknikal, posisi BRIS saat ini berada di awal wave c dari wave (iv), yang memberikan peluang bagi saham ini untuk melanjutkan penguatan dalam waktu dekat.
Investor dapat mempertimbangkan strategi buy on weakness pada kisaran harga 2.500-2.550 dengan target harga di 2.660 dan 2.780. Untuk manajemen risiko, disarankan stop-loss di bawah level 2.480.
BRIS semakin menarik untuk dilirik setelah mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 22,8 persen sepanjang 2024. Hingga 31 Desember 2024, laba bersih bank syariah terbesar di Indonesia ini mencapai Rp7,00 triliun, naik signifikan dari Rp5,70 triliun pada tahun sebelumnya.
Laba per saham dasar juga mengalami peningkatan menjadi Rp151,88, dibandingkan Rp123,65 pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke bursa pada Kamis, hak bagi hasil yang menjadi bagian bank mengalami kenaikan menjadi Rp17,40 triliun, dibandingkan Rp16,25 triliun pada 2023. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 6 Februari 2025.
Pendapatan usaha lainnya turut menunjukkan pertumbuhan positif, menembus Rp5,55 triliun dari sebelumnya Rp4,20 triliun, meskipun beban usaha juga meningkat menjadi Rp11,79 triliun dari Rp10,24 triliun.
Secara keseluruhan, laba usaha mengalami eskalasi menjadi Rp9,27 triliun, dibandingkan Rp7,59 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, laba sebelum zakat dan pajak naik menjadi Rp9,28 triliun, dari sebelumnya Rp7,58 triliun.
INCO: Buy on Weakness
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkoreksi sebesar 0,78 persen ke level 2.530 di tengah tekanan jual yang masih dominan. Berdasarkan analisis teknikal, saham ini berada pada bagian akhir dari wave (v) dari wave [iii], sehingga koreksi yang terjadi diperkirakan akan terbatas sebelum berbalik menguat.
Dengan demikian, investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk buy on weakness di kisaran harga 2.350-2.500, dengan target harga 2.740 dan 2.980. Untuk mengantisipasi risiko lebih lanjut, stop-loss dapat dipasang di bawah level 2.190.
Beberapa hari belakangan, aksi INCO cukup menarik perhatian investor. Perusahaan mengumumkan rencana kerja sama dengan PT Petrosea Tbk (PTRO) untuk penandatanganan kontrak jasa pertambangan senilai USD1 miliar atau sekitar Rp16 triliun. Kerja sama ini akan mencakup proyek di area Bahodopi Blok 2 dan 3, Sulawesi Tengah.
Corporate Secretary PTRO Wiwik Wahyuni, menyatakan bahwa PT Petrosea telah dinyatakan sebagai pemenang tender melalui proses lelang yang mematuhi tata kelola perusahaan yang baik.
"Proses penandatanganan kontrak oleh kedua pihak diharapkan rampung pada Maret 2025," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu 15 Januari 2024.
Kontrak ini memiliki nilai pekerjaan yang signifikan dengan durasi 10 tahun. Area yang menjadi fokus proyek meliputi pengupasan lapisan tanah, penambangan dan pengangkutan bijih nikel, hingga pembangunan infrastruktur pendukung jasa pertambangan.
Menurut Wiwik, kerja sama ini akan memperkuat operasional PT Vale dengan tambahan produksi bijih nikel dari Bahodopi Blok 2 dan 3, yang akan melengkapi produksi dari Blok Sorowako, lokasi yang telah lama menjadi andalan.
"Kontrak ini merupakan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan, sekaligus mendukung target peningkatan produksi bijih nikel secara optimal," tegasnya.
Dengan potensi besar dari proyek ini, PT Vale dan PT Petrosea berkomitmen untuk menghadirkan dampak positif terhadap operasional pertambangan nasional, khususnya di Sulawesi Tengah.
INKP: Accumulate Buy
Saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) terkoreksi tipis 0,21 persen ke level 4.800 di tengah tekanan jual yang masih mendominasi. Secara teknikal, saham ini masih berada dalam bagian wave (v) dari wave [v], sehingga masih ada potensi koreksi lebih lanjut sebelum berbalik menguat.
Oleh karena itu, investor dapat mulai melakukan akumulasi pembelian pada kisaran harga 4.050-4.660, dengan target harga di 5.125 dan 5.475. Untuk batasan risiko, stop-loss disarankan di bawah level 3.930.
INKP mengonfirmasi kesiapan dana untuk melakukan pembayaran pokok dari Obligasi Berkelanjutan II Indah Kiat Pulp & Paper tahap III Tahun 2022 seri B.
Wakil Presiden Direktur INKP Suhendra Wiriadinata, mengungkapkan bahwa perusahaan telah menyiapkan dana dalam bentuk kas dan setara kas untuk pembayaran pokok obligasi tersebut. Ia juga menegaskan bahwa INKP tidak berencana menggunakan utang baru dari bank atau lembaga keuangan lainnya untuk melunasi pokok obligasi yang jatuh tempo. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 10 Desember 2024.
Lebih lanjut, Suhendra menjelaskan bahwa perusahaan juga tengah mempersiapkan dana untuk pembayaran Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I tahap III Tahun 2022 Seri B pada saat jatuh tempo. Meski demikian, ia menambahkan, jika terdapat minat dari investor untuk melakukan refinancing melalui penerbitan instrumen utang baru, INKP tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penilaian terhadap instrumen utang baru tersebut.
Suhendra juga menekankan bahwa perusahaan sudah mempersiapkan pencadangan dana dan akan memastikan pembayaran tepat waktu untuk Obligasi dan Sukuk yang jatuh tempo.
UNTR: Buy on Weakness
Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami koreksi 1,28 persen ke level 23.050 di tengah tekanan jual yang cukup tinggi. Saat ini, UNTR berada pada bagian wave [ii] dari wave C, yang menunjukkan bahwa koreksinya masih relatif terbatas sebelum berpotensi mengalami rebound.
Investor dapat memanfaatkan koreksi ini dengan strategi buy on weakness di kisaran 22.575-22.850. Target harga jangka pendek berada di 23.750 dan 24.475, sementara untuk manajemen risiko, stop-loss dapat ditempatkan di bawah 21.900.
Secara keseluruhan, meskipun IHSG mengalami koreksi, peluang investasi di beberapa saham masih terbuka. Strategi buy on weakness dan accumulate buy dapat dimanfaatkan untuk menangkap momentum penguatan berikutnya. Namun, tetap perhatikan level support dan resistance untuk mengelola risiko dengan optimal.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.