KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah sebesar 0,26 persen atau turun 17 poin ke level 6.647 pada perdagangan Kamis, 13 Maret 2025.
Mengutip RTI Business, pergerakan IHSG hari ini fluktuatif dengan level tertinggi 6.707 dan terendah 6.618. Seiring melemahnya indeks, 322 saham di zona merah, 287 saham menguat, dan 189 saham stagnan.
Adapun volume perdagangan hari ini mencapai mencapai 15.720 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp8.766 triliun. Sementara frekuensi perdangan senilai 1,106,153.
Sementara itu mengutip Stockbit, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemimpin volume perdagangan. Dalam kategori ini, GOTO mencatatkan transaksi sebesar 3,93 miliar lembar saham.
Di posisi kedua, PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) mencatatkan volume sebesar 1,10 miliar lembar saham. Sementara itu, PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH), Bumi Resources Tbk (BUMI), dan Sentul City Tbk (BKSL) juga masuk dalam daftar dengan volume perdagangan masing-masing 395,28 juta, 364,05 juta, dan 360,45 juta lembar saham.
Di sisi lain, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menduduki peringkat pertama dalam kategori nilai transaksi dengan total Rp840,99 miliar. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyusul dengan transaksi senilai Rp805,67 miliar, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di posisi ketiga dengan total transaksi Rp751,03 miliar.
Sementara itu PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dan GOTO juga masuk dalam daftar dengan nilai transaksi masing-masing Rp362,47 miliar dan Rp323,59 miliar.
Secara sektoral, teknologi menjadi sektor dengan kenaikan tertinggi, mencatatkan pertumbuhan sebesar +5,87 persen. Sektor non-siklikal dan properti juga mengalami kenaikan masing-masing +0,42 persen dan +0,05 persen.
Di sisi lain, sektor industri mengalami penurunan terbesar dengan -0,77 persen, disusul oleh sektor transportasi -0,82 persen, serta infrastruktur yang turun -0,51 persen.
Adapun pada pagi tadi, IHSG sempat dibuka menguat dengan kenaikan sebesar 25,97 poin atau 0,39 persen, menuju level 6.691,02. Indeks sempat bergerak di kisaran level 6.660 hingga 6.540 pada sesi perdagangan intraday ini.
Total volume transaksi mencapai 5,32 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp322,45 miliar dari 25,35 ribu transaksi. Sementara itu, transaksi reguler tercatat dengan volume 5 juta lot dan nilai perdagangan Rp322 miliar.
IHSG Diramal Sulit Tembus Level 7.000 pada Kuartal I 2025
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksikan belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh beberapa sentimen.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memperkirakan pergerakan IHSG hingga kuartal I nanti masih cenderung mengarah ke bawah.
"Kalau sepanjang kuartal I sampai dengan bulan Maret 2025 mungkin pergerakannya (IHSG) agak sedikit melebar ke bawah ya," ujar dia dalam acara Media Day Mirae Asset di Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025.
Meski diprediksi bergerak ke arah bawah, Rully berharap IHSG tidak menyentuh ke level 6.200 seperti beberapa waktu lalu. Dia menyebut pergerakan indeks masih dipengaruhi oleh sentimen dari global.
Selain itu, tidak adanya sentimen positif yang signifikan terhadap pasar menjadikan IHSG belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I 2025 mendatang.
Menurut Rully, sentimen positif terdekat yang bisa dimanfaatkan ialah pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan ini.
"Salah satu yang bisa mendorong apabila Bank Indonesia di bulan Maret ini menurunkan suku bunga, itu mungkin yang akan mendorong IHSG lebih tinggi. Mudah-mudahan bisa mendekati antara 6.700 sampai 6.800," tuturnya.
Lebih lanjut Rully memprediksi, IHSG baru akan mencapai level 7.000 ialah pada semester I 2025. Dalam hal ini, ia memperkirakan indeks akan berada di kisaran 6.500 hingga 7.000.
"Kalau di semester 1 sampai dengan Juni 2025 mungkin di level 6.500 sampai 7.000" pungkasnya.
Peringkat Pasar Saham RI Turun: Efek Investor Asing?
Kepercayaan investor asing berpotensi tergerus setelah Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight ke market weight.
Pengamat Pasar Modal, Wahyu Tri Laksono mengatakan dampak kepercayaan investor asing terhadap pasar di Indonesia bisa terjadi dalam jangka pendek maupun panjang.
"Jangka pendek, downgrade ini dapat memicu reaksi negatif dari investor asing karena Goldman Sachs adalah institusi keuangan global yang berpengaruh," ujarnya kepada KabarBursa.com melalui aplikasi pesan di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2025.
Wahyu menyebut, investor cenderung memperhatikan rekomendasi dari bank investasi besar seperti Goldman Sachs sebagai sinyal pasar.
Jika peringkat yang lebih rendah ini diartikan sebagai tanda menurunnya prospek pertumbuhan atau meningkatnya risiko, kata dia, kepercayaan investor asing bisa terguncang.
"Yang berpotensi tercermin dalam penurunan aktivitas pembelian saham atau bahkan aksi jual. Apalagi dalam medium term ini terutama sejak akhir tahun IHSG nasibnya kurang baik," ungkapnya.
Untuk jangka panjang, Wahyu menjelaskan investor asing akan melihat penurunan peringkat ini sebagai perubahan sementara atau indikasi masalah struktural yang lebih dalam di ekonomi Indonesia.
Dia mengingatkan, jika faktor penurunan peringkat (misalnya risiko fiskal atau pelemahan rupiah) tidak segera membaik, kepercayaan investor asing bisa terus tergerus.
"Terutama jika diikuti oleh penilaian serupa dari lembaga lain seperti Morgan Stanley atau Fitch," tuturnya.
Namun, Wahyu berpandangan dampak jangka panjang itu bisa diredam jika pemerintah dan otoritas pasar modal merespons dengan langkah konkret untuk mengatasi kekhawatiran tersebut.
"Bahkan bisa membaik dan peringkat dinaikkan kembali," ujar dia. (*)